Yang baca doang tapi nggak vote, pantatnya kelap kelip.
WARNING⚠️⚠️
TYPO BERTEBARAN
TERDAPAT KATA KATA KASAR DALAM CERITA
______________________________________Happy reading all📖
______________________________________Melvin sedang di tangani oleh dokter. Sudah beberapa menit berlalu sejak Melvin tiba di rumah sakit. Luka Azka juga sudah selesai di tangani oleh David. Sebenarnya David tidak mengizinkan Azka untuk berkeliaran terlebih dahulu, namun karena kekhawatiran Azka yang tidak bisa ditahan, akhirnya Azka duduk di depan ruang IGD tempat Melvin di tangani. Ditemani oleh David disana.
"Azka"
"Azkaa"
"Altharazka Aditya!"
"Ck apasih?!" Azka berdecak kesal kepada David yang terus memanggil namanya.
"Bisa diem dulu nggak? Duduk disini" ujar David yang melihat Azka mondar mandir dengan gelisah sejak tadi. David mengerti jika Azka mengkhawatirkan Melvin, tapi Azka juga harus mengkhawatirkan dirinya sendiri.
"Duduk!" Ujar David yang tidak ingin di bantah. Azka membuang nafas kasar kemudian berjalan ke arah David dan duduk di sampingnya.
"Tenang dulu ya? Kita bantu doa" Ujar David kepada Azka. Dengan Azka mondar mandir seperti itupun tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan keadaan Melvin.
"Iya" ujar Azka seraya mengangguk.
"Kalau sekarang lo belum mau cerita ke gw nggak papa. Tapi lo hutang cerita sama gw" ujar David. Dia juga memikirkan keadaan Azka. Mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk berbicara.
Tapi tentu saja David syok berat. Bagaimana tidak? Tiba tiba saja Melvin datang ke rumah sakit, bukan untuk berkunjung tapi sebagai pasien. Dan lebih parahnya lagi dengan luka tusuk di perut? Dan juga Azka yang babak belur. Bagaimana David bisa tenang?
David bahkan bergelut dengan pikirannya sendiri. Apa mereka berantem? Apa mereka terlibat perkelahian? Tawuran? Berbagai kemungkinan David pikiran namun dia tidak bisa tenang jika tidak mendengarnya langsung dari orangnya.
"Kenapa bukan lo yang nanganin Melvin?" Tanya Azka. Jika David yang menanganinya Azka bisa sedikit tenang... Mungkin
"Gw nggak bisa. Tangan gw bisa gemeter..." Ujar David. Dia memang seorang dokter, tapi jika menangani orang terdekatnya David bisa saja terbawa perasaan dan menjadi tidak fokus menanganinya.
"Gw takut" ujar Azka pelan. David menoleh melihat Azka yang menunduk dalam.
"Melvin kuat, lo paling tau itu" ujar David. Dia tidak berniat menyinggung perasaan Azka tapi jika tersinggung itu lebih baik. Tentu saja Azka lebih tau jika Melvin kuat. Azka saja sering memukul Melvin. Tapi, Azka tidak tau sekuat apa mental Melvin. Dia tidak ingin Melvin menyerah karena kesalahpahaman yang sudah di atur sedemikian rupa oleh William.
"Gw nyesel..." Ujar Azka dengan sangat pelan namun David masih bisa mendengarnya. Pura pura tidak dengar saja.
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Jika Melvin memberinya kesempatan Azka ingin memulainya dari awal lagi.
"kita doakan yang terbaik buat Melvin" ujar David menenangkan Azka. Azka mengangguk menanggapinya. Tak lama kemudian, dokter dan suster yang menangani Melvin keluar dari pintu IGD.
Azka dan David berdiri dari duduk mereka dan menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana dok?" Tanya David kepada dokter yang menangani Melvin sekaligus rekan kerjanya di rumah sakit ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/321032627-288-k425979.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang,Gw Kangen..
Fiksi Remaja"gw harus gimana lagi supaya lo maafin gw, bang?" "Gw juga bisa capek kali" _________________________________________ "HANCUR" Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan hubungan Melvin dengan azka yang merupakan kakak serahimnya. Suatu kejadian ya...