Yang baca doang tapi nggak vote, pantatnya kelap kelip.
WARNING⚠️⚠️
TYPO BERTEBARAN
TERDAPAT KATA KATA KASAR DALAM CERITA
______________________________________Happy reading all📖
______________________________________Azka membawa mobilnya tanpa arah tujuan. Pikiran Azka kacau, dia tidak dapat berhenti memikirkan Melvin dengan Stella. Ada sedikit harapan di hati Azka, berharap agar semua ini hanya mimpi buruk. Azka membiarkan kaca mobilnya turun agar dinginnya udara malam masuk dan menjernihkan pikirannya yang sedang kacau.
Azka pikir, hubungannya dengan Melvin akan membaik, namun sekarang malah sebaliknya. Mungkin Melvin lah yang seharusnya kecewa dengan perlakuannya selama ini, namun sekarang, Azka juga kecewa dengan Melvin.
Belakangan ini, Azka merasa hubungannya dengan Melvin perlahan membaik, dia juga sudah bisa menahan sedikit emosinya. Hanya sedikit. Azka juga berusaha merubah sikapnya. Yang dulu senggol bacok ke senggol tampol dikit.
Tapi kenapa di saat Azka berusaha memperbaiki hubungan, Melvin malah mengecewakannya? Azka tidak mengerti mengapa Melvin berbuat demikian. Yang Azka tau, Melvin bukan tipe orang seperti itu. Tapi jika Azka pikirkan lagi, dia tidak tau segalanya tentang Melvin, sebab beberapa tahun ini, Azka selalu menjaga jarak.
Pikiran Azka sangat kacau. Yang jelas, dia sudah gagal menjadi seorang kakak.
"Harusnya gw paksa pulang" ujar Azka dengan pelan.
"Harusnya tadi gw samperin langsung"
"Harusnya gw aja yang anter" lanjutnya lagi.
Azka menggeleng pelan.
"Harusnya dari awal gw nggak izinin" lanjutnya dengan lirih. Azka meremas kuat setir mobillnya. Dia kesal, marah, sedih, semuanya bercampur aduk.
Benar, mungkin lebih baik Azka tidak memberi izin dari awal. Dengan begitu semua ini tidak perlu terjadi.
"Apa kata umi nanti?" Ujar Azka di akhiri dengan tawa sumbang.
"Gw bakalan di ceramahin tujuh hari tujuh malem" ujarnya lagi.
"Kata Abi, Azka bisa jadi kakak yang baik buat adek. Tapi nyatanya Azka nggak bisa" lanjut Azka kembali. Azka pikir, mungkin kedua orang tuanya akan sangat marah kepadanya, mengingat semua perlakuannya kepada Melvin selama ini. Jika saja mereka masih hidup...
Azka memejamkan matanya sejenak.
"Liat diri lo ka, udah gede masih aja ngerengek sama orang tua. Tolol tau gak?" Gumam Azka.
"Astaghfirullah, woi hati hati kalau nyebrang" Azka meneriaki kucing yang baru saja menyebrang tak liat kiri kanan terlebih dahulu.
"Salah lo sendiri naik mobil pake merem" mungkin kalau kucingnya bisa ngomong, dia bakal bilang kayak gini ke Azka.
Untung saja sudah tengah malam hingga kendaraan tidak terlalu padat. Membuat Azka bisa ngebut sepuasnya.
Setelah cukup lama Azka menyetir tanpa tujuan, dia melewati jembatan yang sepertinya cocok untuk menenangkan pikirannya.
Azka menepi dan menghentikan mobilnya. Menghabiskan malamnya disini bukan ide yang buruk, pikir Azka setelah keluar dari mobilnya.
Azka menghela nafas panjang. Angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya membawanya ke arah ketenangan, walau hanya untuk sementara waktu.
Azka ingin membuang pikirannya ke bawah jembatan ini, agar beban pikirannya pergi jauh mengalir mengikuti arus air.
"Gw cemplungin aja kepala gw disini" ujar Azka. Dengan berkata seperti ini, Azka berusaha menghibur dirinya sendiri dengan jokes yang tidak lucu sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang,Gw Kangen..
Teen Fiction"gw harus gimana lagi supaya lo maafin gw, bang?" "Gw juga bisa capek kali" _________________________________________ "HANCUR" Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan hubungan Melvin dengan azka yang merupakan kakak serahimnya. Suatu kejadian ya...