"Miya, kau baik-baik saja?" Maya menggenggam tanganku.
Bisakah aku jujur? Aku terdiam melihat wajah Maya yang begitu teduh ini. Dia sangat baik padaku. Aku mengangguk dan mengikuti keluarga ini masuk ke dalam kereta. Kereta pertama berisi para laki-laki dan kereta kedua berisi pada perempuan. Disinilah aku bersama ibu dan Maya.
Pertama kalinya dalam sejarah hidupku, aku pergi ke tempat orang-orang sedang berburu. Kata ayah putra mahkota mengundangku secara langsung. Jadi, aku harus pergi. Sangat aneh saat tahu putra mahkota tahu keberadaanku selama ini. Apakah pertemuan kami beberapa waktu yang lalu menyadari kehadiranku?
"Ibu, apa ibu sehat?" Tanya Maya pada ibu.
"Iya. Terima kasih telah mengkhawatirkan ibu." Ibu tersenyum dan mengusap rambut Maya disampingnya.
"Aku hanya khawatir melihat wajah ibu. Jika ibu tidak enak badan, kita bisa kembali ke rumah."
"Tidak apa-apa Maya!"
Memang benar wajah ibu menjadi begitu pucat. Apa ibu takut aku pergi dengannya? Apa ibu takut aku menimbulkan kekacauan? Aku menatap kakiku dan ibu bergantian. Mungkin lebih baik aku yang sakit saja daripada ibu. Aku lebih bisa menahan rasa sakit. Tapi, jika aku sakit. Putra mahkota akan bertanya-tanya padaku.
"Ibu tenang saja. Aku akan diam di tenda! Aku akan membaca buku saja. Aku sudah membawa banyak hal, nanti biarkan aku di dalam tenda saja. Jika putra mahkota bertanya. Katakan saja jika aku sakit karena panas. Maya, kau bisakan melakukannya?" Aku tidak ingin ibu khawatir identitasku terbongkar. Bukankah hal ini yang ditakutkan ibu. Karena setelah aku mengatakannya ibu terlihat sehat. Benar-benar sehat.
🕊️🕊️🕊️
"Beruang, serigala, babi..." Aku melihat gambaran jelas dibuku bagaimana bentuk mereka sebenarnya.
Mengerikan jika aku juga turun langsung disana. Tapi syukurlah aku bukan laki-laki yang harus pergi berburu. Aku lebih suka berada di tempat ini dengan teh dan kue. Ada pelayan susu dan dua ksatria disini. Lebih menyenangkan rupanya berada dalam tenda sembari membaca buku yang ada.
Sejauh ini tidak ada masalah untukku. Orang-orang lebih suka mendekati Maya. Karena dia baru saja terjun di dunia sosial. Orang baru yang akan menggemparkan dunia. Aku tersenyum dan menyesap teh dengan nikmat.
"Kalian pergi saja keluar melihat acara ini. Aku akan disini bersama pelayan susu. Mungkin kalian bisa melihat kedua kakakku membawa sesuatu." Aku membalik kertas dan membaca bagaimana cara menghadapi beruang.
"Apa tidak masalah nona?" Tanya ksatria bisu.
"Tidak, ksatria wajah dingin kau juga pergi saja. Ada banyak hal yang bisa kalian tahu di luar." Aku ingin mengusir mereka berdua dari sini.
Satu hal yang kutahu, mereka tidak keberatan dengan nama panggilan mereka dariku. Walau awalnya mereka terkejut tapi mereka tidak masalah asalkan bukan nama mereka yang kupanggil. Sampai sekarang aku tidak terlalu peduli dengan nama asli mereka. Lagipula mereka saja tidak mau aku menyebut nama mereka dari mulut ini.
"Kami akan berjaga di luar. Kami permisi nona." Mereka keluar dari dalam tenda.
Aku bisa tahu raut senang mereka. Tentu saja mereka adalah seorang laki-laki yang ingin melihat apa yang terjadi di luar sana. Aku menatap pelayan susu yang masih setia menuangkan teh padaku. Dia tidak suka orang terluka. Itu yang kutahu dari wanita ini. Dia lebih banyak ingin menangis saat mengobatiku. Matanya selalu berkaca-kaca saat mengobati lukaku. Jadi kusimpulkan dia jijik padaku.
Tentu saja siapa yang mau mengobati seseorang dengan luka dipunggungnya. Bahkan beberapa kali luka dipunggungku berbau tidak sedap. Ada banyak faktor. Salah satunya adalah ayah terus mencambukku tanpa tahu lukaku dulu sembuh atau tidak. Luka akan terus tertumpuk dan menghasilkan lebih banyak luka lagi dan lagi. Kadang aku merasakan punggungku panas dan perih walau lukanya sudah beberapa hari berlalu dibuat.
Maka dari itu aku mengambil obat-obatan dari kebun Viston untuk mengoles lukaku ini. Lebih baik dari yang kuduga, aromanya sangat menenangkan dan lebih baik dari punggungku dulu. Pelayan susu juga tidak menangis lagi. Jadi dia tidak keberatan mengobatiku lain kali.
"Apa ayah dan kedua kakakku menerima hadiah ku? Katakan jujur saja, aku tidak apa-apa."
"Tuan menerimanya, tuan muda pertama membuangnya, dan tuan muda kedua menerimanya menjadi alat untuk menghapus noda di pedangnya."
Rexton memang tidak menyukai apapun dariku. Mungkin aku bernapas saja adalah sebuah kesalahan. Viston adalah seseorang yang melihat apakah benda itu berguna atau tidak. Sedangkan ayah, mungkin ayah hanya menyimpannya saja. Dari ketiga orang itu, lebih baik Viston menggunakannya untuk mengusap pedangnya. Itu jauh lebih baik. Jadi ada nilai yang bisa dia lihat dariku bukan?
"Hmm... Terima kasih telah mengantarkannya. Besok, kau bisa tidak mengurusku. Berliburlah dan temui keluargamu. Aku hanya perlu disediakan roti, buah, dan teh. Jika aku memerlukan bantuan, ada dua orang disana. Aku tahu kau belum memiliki liburan seperti mereka. Jadi berliburlah beberapa hari. Aku tidak akan menemui orang lain selama kau pergi."
Pelayan susu menatapku lekat dan mengangguk pelan. Aku masih memikirkan cara agar dua orang itu tidak mengikutiku. Mereka juga membutuhkan liburan mereka. Mungkin saat pelayan susu kembali, aku akan meminta dia orang itu bergantian berlibur. Aku tidak membutuhkan banyak pengawal. Aku hanyalah anak angkat di mata hukum.
"Nona, apa anda ingin kue lagi?" Tanya pelayan susu melihat kue ku yang hampir habis.
"Hmm? Tidak, istirahatlah disini. Aku tidak membutuhkan apapun lagi. Apakah acara ini akan selesai? Aku ingin pulang dan minum susu hangat. Acara ini membosankan!"
🕊️🕊️🕊️
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Yang Dicintai Para Roh ( END )
FantasyTentang sebuah pengorbanan demi kebebasan! 🕊️🕊️🕊️ Sejak kecil Miya selalu mendapatkan banyak pelecahan dari keluarganya. Dari ayah yang tidak suka padanya, ibu yang tidak menganggapnya, dan kedua kakaknya yang sama buruknya. Tidak ada seorangpun...