48. Pasangan Orang Lain

229 31 1
                                    

"Maaf jika saya menginjak kaki anda."

"Tidak masalah, percobaan lainnya bisa anda lakukan pada orang lain. Saya bukan satu-satunya yang kakinya anda injak malam ini. Saya dengar anda adalah pengusir roh, anda juga menemukan pelaku tentang kematian paman dan bibi saya, terima kasih banyak."

"Hanya sebuah kebetulan saya bisa membantu Duke Jacorey. Apakah anda percaya pada ramalan? Saya bisa sedikit meramal!"

Aku melirik Violet yang masih berdansa dengan Nathan. Mereka seperti sedang bertengkar akan sesuatu sampai tidak sadar kami berada di dekat mereka.

"Apa itu? Saya akan dengarkan."

"Saya melihat tentang bagaimana hubungan anda dengan seseorang dari masa lalu. Kalian terlihat memiliki ikatan erat sampai saya yakin itulah takdir cinta anda. Sebentar lagi anda akan bertemu dengannya lagi. Jika anda mencintainya maka katakan saja. Takdir kalian memiliki takdir baik!"

Mata Carl mengerjap beberapa saat. Aku melepaskan diri darinya dan menarik Nathan ketubuhku.

"Kak Violet aku akan berdansa dengan Nathan. Marquess Barnett, anda tidak keberatan berdansa dengan Kak Violet?"

"I-ya!" Marquess Barnett masih dalam keterkejutannya. Berbeda dengan Violet yang diam mematung. Semoga saja Lucius melakukan hal baik untuk mereka. Aku menyerahkannya padanya. Dia akan merasuki seorang pelayan dan menumpahkan anggur pada gaun Violet. Dia juga akan membuat mereka pergi ke taman Levin. Aku menyiapkan bunga-bunga yang akan bertebaran disana. Jika keadaan memburuk Lucius akan merasuki tubuh Violet untuk meluruskan kesalahpahaman. Maafkan, Violet. Ini demi hidupmu!

"Nathan! Mari menyingkir cukup jauh dan kita..."

"Kenapa kau berdansa dengannya?" Nathan mengeratkan tubuhku padanya.

"Ini demi Kak Violet."

"Untuk apa?"

"Dia adalah kekasih kakakmu saat berada di akademi, aku hanya sedang memperbaiki hubungan mereka saja. Kenapa?"

"Bukankah sudah kukatakan untukmu tidak berdansa dengan pria lain? Bagaimana jika dia curiga pada identitasmu?"

Ayolah siapa yang curiga? Aku sedang berusaha membuat mereka saling mengutarakan hari mereka. Aku juga hanya sebentar saja berdansa dengannya. Hanya meramal dan pergi ke Nathan. Nathan masih menatapku tajam dengan tubuhnya yang menjadi begitu condong padaku.

"Kau marah karena aku berdansa dengan laki-laki lain?" Aku memiringkan kepalaku dan mengalungkan tanganku pada lehernya.

"Ck... Iya! Iya aku marah! Kenapa? Bagaimana jika dia... Hiskkk... Aku tidak mau kau berdansa dengan laki-laki lain, aku tidak tahu kenapa. Tapi aku tidak suka, Lucy! Aku harus apa? Hiskkk..."

Kenapa dia justru menangis? Aku berhenti dan mengusap kedua pipinya. Jangan sampai orang lain tahu bahwa Nathan menangis disini.

"Itu hanya sebuah dansa. Sekarang aku berdansa denganmu, aku juga melakukannya untuk Kak Violet bukan untuk membongkar identitasku pada orang lain. Jangan menangis! Pelayan, tongkatku!" Aku melambaikan tangan pada pelayan yang membawa tongkat emasku.

"Hiskkk... Jangan berdansa lagi dengan orang lain! Kumohon!" Nathan menarik gaunku.

"Iya, aku tidak akan lakukan. Mari menyingkir dari sini, semua orang melihatmu. Mereka akan kira aku sedang memarahimu."

"Hmm..." Nathan mengangguk dan mengikutiku ke tepian. Disini jauh lebih aman untuk mengamati sekitar.

Keluarga Madison berada disana tapi sepertinya ibu tidak terlihat bersama mereka. Sepertinya ibu tidak datang. Rexton sudah berdansa dengan seorang wanita entah siapa sedangkan Viston berdiri disana sembari memandang sesuatu. Dia sedang melihat Violet dan Carl berdansa bersama. Ini jauh lebih menyenangkan melihat wajahnya yang kian jelek.

Ini menyenangkan. Tapi dimana putra mahkota? Apakah dia belum datang?

Sebuah pengumuman menghentikan segalanya, pelayan membuka pintu dan menyebutkan nama sepasang laki-laki dan perempuan yang datang bersama. Itu Maya dan putra mahkota. Baju mereka tampak serasi dengan warna merah itu. Astaga! Wajah ayah jadi buruk!

"Lucy! Lucy! Kau mau minum?"

"Hmm... Jangan alkohol! Aku tidak bisa minum!"

"Baiklah!"

Nathan berlari cepat, aku menahan tawa melihatnya yang telah berhenti menangis dengan wajah sembabnya. Kuharap dia cepat dewasa. Bagaimana dia menjadi penerus dengan tingkahnya seperti itu? Aku jadi ragu.

"Aku melihatmu berdansa dengan sepupuku. Apakah kau sedang melakukan pengusiran roh darinya?" Dallen berdiri disampingku dengan sebuah anggur ditangannya.

"Iya, aku melihat roh jahat dipunggungnya. Apakah anda juga membutuhkannya? Wajah anda tampak tidak baik-baik saja hari ini Duke!"

"Kau benar. Apakah roh juga dipunggungku?" Tanya Dallen.

"Tidak ada. Anda baik. Tapi tidak dengan ini!" Aku menunjuk dadanya.

Kasian. Aku tersenyum dan mengamati pergerakan putra mahkota yang berdansa dengan Maya. Setelah hari ini, dunia Maya akan menjadi lebih gila. Apakah dia tidak berpikir bahwa suatu hari nanti semua identitasnya akan terbongkar? Anak haram dari Marquess Madison. Apakah bangsawan akan menerimanya dekat dengan putra mahkota? Tentu tidak! Apa dunia akan terus mendukungnya?!

"Bagaimana caraku untuk meminta maaf pada jiwa yang telah pergi? Apakah kau melihat roh Miya?"

"Saya telah mengusirnya beberapa hari yang lalu dari rumah itu. Apakah anda ingin meminta maaf? Datang saja ke makamnya dan meminta maaflah secara tulus."

"Aku membuat kesalahan besar padanya. Aku telah membuat Maya datang ke rumah itu dan membuat kesalahan besar pada Miya. Harusnya aku tidak percaya bahwa dia akan terus mencintaiku, harusnya aku tahu bahwa Miya adalah anak yang lebih baik darinya. Ini salahku yang mengantarkan petaka itu untuk gadis lugu itu. Aku benar-benar ingin meminta maaf. Ini salahku! Tidak bisakah kau katakan itu pada Miya? Jika aku tidak membawa Maya ke rumah itu, mungkin saja hidupnya masih terus berlanjut." Mata Dallen begitu berkaca-kaca.

"Duke, apakah anda ingin tahu bahwa keadaan atau pilihan tidak akan menjadi baik walau anda memilih keputusan lain. Takdir buruk akan terus mengikuti arah anak itu. Jika anda merasa bersalah atas tindakan anda, anda hanya perlu membalasnya dengan berbuat baik pada sesama. Jangan memandang rendah orang lain, jangan membeda-bedakan mereka, karena kita tidak tahu bagaimana masa depan akan terjadi. Miya mungkin telah memaafkan anda. Jadi jangan merasa bersalah dan menyalahkan diri anda sendiri."

"Hiskkk..." Dallen menunduk dengan air mata terus mengalir diwajahnya.

Kenapa hari ini banyak laki-laki menangis? Aku menepuk punggung Dallen pelan. Semoga dia bisa berubah menjadi anak baik.

"Lucy! Kenapa kau bersama Duke Jacorey? Katamu tadi... Hiskkk..."

Dimana aku menyimpan sapu tangan?

🕊️🕊️🕊️

Salam ThunderCalp!🤗

Lucy jangan biarkan mereka menangis 🤣

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Putri Yang Dicintai Para Roh ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang