"Lucy!!!"
Lucius berteriak kencang memenuhi ruangan ini. Aku membuka mata melihat sekitar dan inilah kamarku. Dalam ingatanku aku tertidur di kereta sampai dimana aku terbangun sekarang. Sial, aku melewatkan makan malam. Pantas saja aku lapar sekarang. Lucius berjalan kesana-kemari tidak tahu arah. Jika begini pasti dia ingin mengatakan sesuatu padaku.
"Apa?"
"Di luar! Kau harus melihat keluar! Kemarin apa yang kau lakukan disana? Hmm?"
"Mengusir roh! Apa yang kau temukan di istana?" Tanyaku mengambil air di meja.
"Ada banyak roh disana. Mereka tidak suka padaku, tapi mereka memiliki informasi mengenai mata merah. Jika kau ingin tahu, mereka menyuruhmu pergi ke istana!"
"Aku masih memikirkan cara pergi."
Brukkk...
Pintu terbuka sangat keras, Nathan mendatangiku begitu terburu-buru. Aku menyipitkan mata dan melihatnya masih memakai piyama tidur. Kenapa pagi-pagi dia datang ke kamar ini? Aku seorang wanita jika dia lupa!
"Ayo!" Nathan mengangkat tubuhku seperti sebuah karung.
"Hey! Hey! Apa yang kau lakukan? Nathan! Nathan!"
"Stttt... Ini lebih cepat! Diamlah!"
"Apa yang terjadi? Turunkan aku! Nathan!"
Sialan! Apa yang mau anak ini lakukan? Nathan berjalan cepat sampai kami berhenti di depan banyaknya hadiah. Ini seperti pohon hadiah. Aku membuka mulut melihat berbagai bingkisan tertata sempurna. Apa ini hadiah untuk kami? Dallen memberikan semua ini? Aku tahu dia kaya. Tapi... Ini?
Luar biasa!
Aku bisa menjual semua ini dan menjadi uang untuk masa depan di Verena.
"Saat aku bangun. Aku melihat semua ini. Jadi aku berpikir kau belum melihatnya. Lihat ini, ada perhiasan, gaun, barang antik, ini juga apa gunanya? Oh, ini buku obat dan ini tongkat! Lihat tongkat untukmu! Tapi kau tidak perlu, tongkat dariku lebih bagus." Nathan melemparkan tongkat dan melihat barang lain yang menarik perhatiannya.
"Ada apa ini? Wah, apa ini?" Violet berlari dan melihat tumpukan hadiah seperti Nathan.
Mereka adik dan kakak. Tentu saja mirip.
"Pekerjaanmu kemarin pasti berhasil! Selamat!" Lavender datang dengan memberikan acungan jempol.
"Aku hanya membantu, kak!"
"Apa? Kak?" Violet muncul dari dalam tumpukan hadiah.
"Aku yang meminta Lucy memanggilku, kakak! Jadi dia adikku!" Lavender menjulurkan lidahnya.
"Apa? Lucy panggil aku kakak juga! Aku yang paling tertua disini! Panggil aku kakak! Cepat!" Teriak Violet.
"Baik, Kak!" Aku tersenyum padanya.
Lebih cepat lebih baik membuat mereka semua bahagia. Violet berlari dan memeluk tubuhku. Dia menggeram dan mencubit kedua pipiku. Entah sejak kapan pipiku begitu empuk untuk mereka cubit. Aku makan dengan baik disini!
"Hari ini kita harus pergi! Bagaimana dengan jalan-jalan?" Tanya Violet antusias.
"Tidak! Lucy denganku! Dia denganku! Kami sangat sibuk mengurus roh dimana-mana. Jadi jangan mengusik kami!" Nathan mengangkat tubuhku lagi dan berlari membawaku.
Bukankah aku seperti boneka yang tidak memiliki perasaan? Aku akan membunuhnya suatu hari nanti!
🕊️🕊️🕊️
"Duke Jacorey mengirimkan surat dan hadiah untukmu dan Nathan. Dia sangat berterima kasih pada kalian khususnya kau Lucy, karena kau yang menyelesaikan permasalahan disana juga menangkap pelaku pembunuhan orangtua Duke Jacorey."
"Jadi Duke Jacorey menghukum pelakunya?"
"Aku tidak tahu apakah itu hukuman atau bukan. Tapi Duke Jacorey meminta Wade untuk tinggal di rumahnya dan menjadi pelayannya. Entah apa maksudnya, aku tidak tahu."
Pelayan di rumahnya? Yang benar saja! Terserah saja, aku sudah membantu sebisaku. Kali ini aku cukup senang ada akhir bahagia untuk Dallen. Dia akan lebih memikirkan dirinya sendiri mulai saat ini.
"Jadi, apakah anda berhasil mencari informasi tentang mata merah?"
"Ini yang kau inginkan. Banyak daftar disini dan hampir semuanya telah mati." Duke Levin memberiku dokumen berisi mata merah.
Semuanya memiliki mata merah sepertiku, dari perempuan laki-laki, tua muda, bahkan bayi. Tapi hanya beberapa yang hidup tanpa tahu keberadaan mereka. Lainnya mati. Bunuh diri, dipenggal, tenggelam, dan cara mati lainnya. Kebanyakan dari mereka memilih mengakhiri hidup mereka sendiri. Tekanan dari keluarga, sosial, dan lainnya yang akan membuat mereka memilih cara itu. Mungkin dunia ini terlalu melelahkan untuk mereka semua.
"Terima kasih, Duke!"
"Lucy, aku menceritakan tentang apa yang terjadi di desa pada petinggi kerajaan. Mereka sangat terkejut melihat kepala makhluk itu sampai beberapa dari mereka menginginkan pihak keagamaan untuk memusnahkannya. Aku mengatakan bahwa keberhasilan pembunuhan makhluk itu berkatmu. Kemungkinan besar kau akan terus dipanggil untuk mengusir roh tentu saja dengan pihak keagamaan. Apa itu tidak masalah?"
Pihak agama? Aku belum pernah bertemu mereka tapi mereka juga membenci mata merah. Sulit jika mereka tahu aku pemilik mata ini.
"Asalkan keselamatan saya dijamin, saya baik-baik saja."
"Keluargaku yang akan menjaminnya, Nathan akan selalu bersamamu! Jadi, tidak masalah bila ada pihak agama. Mereka tidak memiliki wewenang mengusikmu."
"Saya tahu. Apakah saya bisa pergi ke istana?"
"Kau ingin pergi?"
"Saya membutuhkan informasi tambahan juga saya ingin mengunjungi hutan milik Vector tapi sepertinya saya belum bisa ke tempat gelap itu saat ini."
Aku belum sekuat itu!
"Beberapa hari lagi kami akan mengadakan rapat membahas hal ini. Pergilah denganku bersama Nathan. Walau anak itu belum pantas, tapi dia akan menjadi penerusku."
"Saya akan pergi! Apakah ada pekerjaan lain yang harus saya kerjakan?"
"Ada. Tapi apakah kau mau pergi?"
"Jika menghasilkan uang akan saya lakukan!"
"Marquess Madison! Mereka membutuhkan bantuanmu!"
Apa?
Tempat itu?
Aku menahan tawa mendengar nama keluargaku disebut. Ternyata para roh disana memang menggila. Aku tersenyum dan menggeleng pada Duke Levin. Bukan sekarang waktunya pergi. Ini masih terlalu cepat menemui mereka. Sampai mereka begitu tersiksa, aku baru akan membantu. Untuk apa mereka disana jika tidak bersenang-senang. Maka Maya harus bertahan disana dengan semua roh membencinya.
"Biarkan mereka memohon Duke! Saya baru akan membantu!"
🕊️🕊️🕊️
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Yang Dicintai Para Roh ( END )
FantasiTentang sebuah pengorbanan demi kebebasan! 🕊️🕊️🕊️ Sejak kecil Miya selalu mendapatkan banyak pelecahan dari keluarganya. Dari ayah yang tidak suka padanya, ibu yang tidak menganggapnya, dan kedua kakaknya yang sama buruknya. Tidak ada seorangpun...