"Marquess Madison mengirimkan surat lagi! Apakah kau akan datang?"
"Hmm... Saya akan memikirkannya. Bagaimana pendapat mereka tentang keberadaan saya?"
"Beberapa bangsawan mulai takut, lainnya masih menyangkal. Tapi mereka tidak berkata tentangmu yang mirip dengan Miya. Penampilanmu jauh berbeda dengan Miya. Oh, ada satu ksatria yang mendaftar pagi ini. Aku baru saja membuka surat rekomendasinya. Apakah dia ksatriamu? Namanya Diego."
"Dia ksatria saya. Dia akan bekerja untuk saya, jika anda tidak keberatan biarkan Sir Diego menjadi tanggung jawab saya. Karena dia ingin selalu berada disisi saya, saya tidak bisa membuatnya mengucapkan sumpah lain untuk anda."
"Tapi biarkan aku yang membayarnya, kau juga sedang menjadi tanggungjawabku. Berkatmu posisi Nathan menjadi stabil. Para bangsawan mulai menerima peristiwa hari itu. Terima kasih, Lucy!"
"Saya hanya mengatakan keadaan sebenarnya, jika hal itu membantu Nathan. Saya sangat senang."
"Kalau begitu beristirahatlah, hari ini kau sudah bekerja keras."
"Baik, Duke. Saya permisi!"
Akhirnya aku bisa tidur juga! Hari ini aku sudah banyak melakukan pengusiran roh sampai aku harus berhadapan banyak orang dipertemuan itu. Aku cukup takut ayah dan kakak akan mengenaliku tapi sepertinya mereka sudah melupakan keberadaan Miya. Besok, aku akan mencoba pergi ke tempat itu. Apakah bisa? Aku masih belum menerima apakah aku akan pergi atau tidak.
Entahlah, memikirkannya membuatku pening.
"Arghttt..."
Tubuhku seakan tertarik oleh seseorang secara cepat. Napasku memburu saat melihat tangan seseorang menutup mulutku. Nathan membekap mulutku dan mengunci pintu dengan satu tangannya yang lain. Apa yang akan dilakukan laki-laki ini? Apakah dia ingin berbuat jahat? Dimana Lucius?
"Hmm..."
Nathan mengangkat tubuhku dan melemparkanku ke atas tempat tidur. Dia merangkak dan berhenti di atas tubuhku.
"Nathan?"
"Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau memojokkanku dan menyuruhku mengatakan kebenaran hari itu? Kenapa Lucy?"
"Apa kau marah?"
"Iya! Kau tahu betapa aku menahan amarahku? Kau tahu betapa aku ingin sekali memukul diriku sendiri? Hari itu, aku juga memiliki kesalahan hari itu! Kenapa kau memaksaku mengatakannya dihadapan banyak orang? Bukankah katamu kau akan membantuku?" Teriak Nathan.
"Maka marahlah padaku. Untuk apa kau menahan emosimu? Jika kau ingin marah marahlah, jika kau ingin menangislah, kenapa kau harus menahannya disaat kau bisa mengeluarkannya? Jika kau benci mereka benci saja. Hari itu kau memang salah. Maka tamparlah dirimu, tapi apakah sepenuhnya salahmu? Tidak. Kau juga manusia yang memiliki keterbatasan Nathan. Kau tidak harus menjadi sempurna. Kau cukup tahu bahwa di dunia ini manusia memiliki kelebihan dan kekurangan mereka. Maka terima saja."
"Hiskkk... Aku takut Lucy! Aku takut!" Nathan jatuh dan menimpa tubuhku.
Dia meringkuk dan memeluk tubuhnya dengan bergetar. Dia menangis cukup kencang di ruangan ini. Aku hanya bisa pasrah dan menepuk punggungnya saja.
"Hari itu aku takut, hari itu aku ingin menolong mereka tapi aku tidak bisa. Aku takut. Aku sangat takut. Hiskkk... Aku juga tidak tahu bagaimana aku justru senang saat itu melihat mereka mati. Tapi... Tapi... Aku ingat kata ibu. Manusia harus pemaaf. Jadi aku... Mencari pertolongan. Hiskkk..."
"Lalu kenapa kau justru menjadi ksatria jika kau penakut?"
"Aku ingin membuktikan bahwa aku memang laki-laki. Tapi saat aku berhasil menjadi ksatria pertama, mereka justru mencemoohku. Mana ada ksatria bertumbuh kurus, berwajah cantik, juga lemah. Mana ada ksatria menyukai warna ungu dan boneka. Mana ada ksatria yang cerewet dan penakut. Aku... Tidak seperti mereka. Setiap saat aku akan menerima pukulan dari mereka, mereka melempariku dengan batu, menyuruhku ini itu, merobek bajuku, membuang makananku, mendorongku dalam bahaya, mengunciku di dalam gudang senjata. Aku tidak sekuat mereka, Lucy!" Nathan kian mengeratkan pelukannya.
"Kau tidak harus kuat Nathan! Kau tidak harus menjadi ksatria jika hanya ingin membuktikan bahwa kau laki-laki. Dimataku kau adalah anak laki-laki. Setiap orang tidak bisa disamakan, walau kau lemah, tapi kau pintar. Kata ibumu, kau lulus lebih cepat dari ksatria lainnya, kau juga berhasil lulus dari akademi dengan nilai terbaik diseluruh Arabella, kau juga pembuat obat terbaik sejauh ini. Kau hanya perlu melihat dirimu sendiri jangan bandingkan dengan orang lain. Nathan, tidak apa-apa. Menjadi lemah juga bukan dosa. Jadi, jangan memikirkan sesuatu yang memberatkan hidupmu. Besok, mari pergi ke makam para ksatria. Beri mereka penghormatan dan bunga. Kau mau pergi denganku?"
"Hiskkk... Kau mau menemaniku?"
"Iya. Aku akan bersamamu!"
Nathan bangkit dan mengusap wajahnya yang penuh dengan airmata dan ingus. Apakah dia mengotori bajuku? Nathan mengusap hidungnya dan menatapku dengan mata yang telah bengkak penuh air mata. Besok, dia akan mendapatkan banyak lebam diwajahnya.
"Berbaliklah, aku akan memberikanmu obat lagi. Ini obat oles untuk menghilangkan luka. Aku sudah mengujinya pada tubuhku dan luka hasil pedang di tanganku sudah menghilang." Nathan menunjukkan sebuah botol aneh. Cairannya berwarna hijau.
"Apa bekerja untuk punggungku?" Tubuhku berbalik seketika.
"Kau harus memakainya beberapa kali! Baru bisa hilang. Lucy, jika... Jika aku membuka bajumu, apakah kau tidak masalah?"
"Lakukan saja! Kau bukan pria mesum!"
"Hmm... Kau tidak takut?"
"Aku tinggal menyuruh Lucius datang menghantuimu!"
"Baiklah, jangan lakukan dan aku minta maaf."
Aku merasakan satu persatu kancing baju belakangku terbuka. Selanjutnya sensasi aneh menjalar dipunggungku dingin dan geli menjadi satu. Aku memiliki banyak bekas cambukan. Pertama kali ayah lakukan saat umurku 10 tahun. Saat itu aku tidak sengaja memecahkan barang antiknya dan dia langsung mengurungku di kamar. Mulai saat itu. Aku tidak bisa keluar tanpa izin ayah dan ibu. Pertama kalinya juga, aku merasa rasa sakit yang hebat. Aku tidak terlalu berharap lukaku hilang begitu saja. Luka ini sudah terjadi selama 12 tahun. Jika Nathan berhasil menghilangkannya, aku sangat berterima kasih.
"Aku membeli alat untuk kaki juga. Aku sedikit merubahnya untukmu, aku akan mencoba melakukan terapi untuk kaki kananmu."
"Terapi apa?"
"Kaki kananmu lebih pendek beberapa senti dari kaki kiri. Kita hanya perlu membiarkannya merasakan tarikan agar setidaknya dia kembali ke bentuk awal. Metode ini belum terbukti tapi kita harus mencobanya. Bagaimana rasanya?"
Aku merasakan tarikan kuat di kaki kananku. Tidak sakit tapi membuatku meringis beberapa kali.
"Lumayan."
"Kita akan lakukan beberapa kali sampai kakimu kembali normal. Memang membutuhkan waktu, tapi hal ini tidak akan merugikanmu!"
Jika benar kakiku bisa kembali normal, aku lebih-lebih berterima kasih padanya. Walau belum terbukti tapi aku memiliki harapan besar untuk ini. Aku menunduk dan menutup telingaku yang panas.
"Terima kasih, Nathan!"
🕊️🕊️🕊️
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
![](https://img.wattpad.com/cover/343141549-288-k91041.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Yang Dicintai Para Roh ( END )
FantasyTentang sebuah pengorbanan demi kebebasan! 🕊️🕊️🕊️ Sejak kecil Miya selalu mendapatkan banyak pelecahan dari keluarganya. Dari ayah yang tidak suka padanya, ibu yang tidak menganggapnya, dan kedua kakaknya yang sama buruknya. Tidak ada seorangpun...