63. Epilog

524 38 2
                                    

"Hahaha..."

"Tangkap aku!"

"Arghttt... Kakak!"

"Dunia sangat berisik sampai aku tidak tahu apakah mereka sedang bermain atau menangis! Lucy, aku tidak mau ikut dalam permainan mereka?"

Ikut apa?

Permainan saling lempar benda hanya untuk anak kecil! Anakku sedang tidur hari ini. Dia begitu terlelap dengan begitu indah. Rambut putihnya yang cantik dan mata ungunya yang sesekali akan terlihat. Bagaimana malaikat ini bisa terlahir di dunia ini?

Anakku memang yang terbaik!

"Hah... Aku lelah! Bibi, apakah dia masih tidur?" Tanya anak dengan rambut merahnya.

"Yang mulia, dia sedang tidur. Apakah anda lelah? Maka duduklah disini."

"Ibu! Ibu! Kenapa aku tidak bisa memukul si mata merah ini!" Tunjuk anak pertamaku pada anak yang sedang duduk didekatku.

"Karena aku putra mahkota! Aku akan jadi raja! Wlekkk..."

"Hah? Raja! Laki-laki sepertimu yang suka marah-marah akan menjadi raja?"

"Kenapa? Ayahku mengatakan bahwa aku akan menjadi raja yang besar. Bukan begitu bibi?" Tanya putra mahkota padaku.

"Iya! Lihat rambut merah dan mata merahnya, dia akan jadi orang besar nanti. Saya mendukung anda yang mulia." Aku mengusap rambut putra mahkota.

"Hiskkk... Kenapa ibu mendukung dia?" Tunjuk anak pertamaku dengan suara tangis yang amat kencang.

"Karena memang seperti itu. Putra mahkota sangat mirip dengan ayah dari Kerajaan Arabella dan aku sangat mirip dengan raja pertama. Kenapa? Ibu hanya mengatakan bahwa putra mahkota memang akan jadi raja yang bijaksana. Kau juga! Kau harus menjadi Duke yang baik membantunya!"

"Aku juga mau jadi raja!" Katanya dengan pipi yang mengembang.

"Tidak bisa! Kau mau melakukan pemberontakan?"

"Iya! Kenapa?"

Apakah aku harus mendukung gerakan anakku? Tidak. Nanti raja akan marah padaku. Anak-anak memang suka sekali bercanda.

"Hey! Hey! Memangnya raja itu menyenangkan?" Seorang anak perempuan mengangkat tangannya yang penuh dengan pedang.

"Tentu saja! Tidak mungkin ayahku menjadi raja jika tidak menyenangkan!" Putra mahkota tersenyum puas.

"Ayahku berkata bahwa menjadi raja memiliki tanggung jawab yang tinggi. Bahkan sulit untuk bermain dan bersenang-senang. Ian, kau mau jadi raja? Kau tidak bisa bermain dengan adikmu dan menjadi ksatria seperti pamanmu!" Shofie mengangkat pedangnya pada Ian.

Anak perempuan berambut emas dan mata emas itu memang lebih tanggung daripada dua anak ini. Aku akan mendukungnya menjadi ratu! Putri Dallen memang luar biasa!

"Hiskkk... Aku tidak mau! Aku mau jadi ksatria seperti paman." Ian menangis lagi.

"Makanya biarkan aku menjadi raja. Ian, kau akan menjadi ksatriaku dan Shofie, kau akan jadi penasehat kerajaan sekaligus kaki tanganku." Putra mahkota berdiri di atas kursi dan meja.

"Sungguh, mereka mengingatkanku pada seseorang. Kau tidak lelah menjadi pengasuh mereka? Mereka suka sekali bermain disini! Bukankah mereka memiliki rumah?" Tanya Nenek Levin yang tidak suka dengan keberadaan mereka. Dia adalah wanita yang mengatakan tentang emas di ruangan bawah tanah. Nenek dari para nenek.

Dia sangat lama tinggal dan tidak mau pergi. Katanya dia masih ingin melihat dunia ini juga karena aku bisa berbicara dengannya jadi dia tidak pernah bosan. Dia juga mengajariku cara menyulam, menjahit, memasak, dan pekerjaan lainnya.

Putri Yang Dicintai Para Roh ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang