20. Orang Itu

303 32 0
                                    

Berapa lama aku tidur?

Tempat ini sepertinya penuh dengan aroma obat-obatan. Sangat menyengat, begitu juga dengan punggungku yang rasanya sangat sakit. Aku melirik Lucius yang menikmati waktunya di depan cermin. Sungguh untuk apa? Dia bahkan tidak memiliki bayangan.

"Kau sadar Miya?"

"Menurutmu? Ah... Siapa dia? Dimana orang yang kau maksud? Aku harus segera membuat kesepakatan dengannya!"

"Beristirahatlah, kau hampir mati tahu! Kau bahkan tidak sadarkan diri selama tiga hari!"

Tiga hari? Aku jadi hampir mati selama itu? Untunglah aku hidup dengan baik disini. Bagaimana jika aku mati sebelum membunuh orang dibalik roh jahat? Mungkin kerajaan ini akan musnah! Tapi siapa orang pemilik rumah ini? Aku kira dia bukan orang biasa. Bahkan aku bisa merasakan kemewahan di tempat ini. Siapa dia?

"Nona? Anda bangun?" Seseorang membuka pintu.

Seorang wanita muda menutup mulutnya dan pergi entah ke mana. Kenapa jika aku bangun? Aku melirik Lucius yang diam menatap pintu dan mengangkat kedua pundaknya tidak tahu.

"Kau bangun?" Seorang pria berkacamata masuk ke dalam. Rambut putih panjangnya sangat indah terutama mata ungunya. Siapa dia? Aku tidak ingat satupun sosok ini. Apakah dia bangsawan?

"Siapa kau?"

"Aku yang menyembuhkanmu! Apa lukamu baik-baik saja?" Tanyanya mendekatiku.

"Baik. Terima kasih."

"Semalam kau tiba-tiba datang ke rumah ini dan memintaku untuk menyembuhkanmu. Aku merasa kau dalam masalah semalam."

"Benar. Aku dalam masalah. Apakah kau pernah bertemu Lucius? Dia memintaku untuk mendatangimu."

"Lucius? Makhluk disana?" Tunjuknya pada depan cermin.

"Kau melihatnya? Sungguhan?"

"Iya. Dia menceritakan segalanya semalam, sebenarnya aku tidak tahu sosoknya tapi dia memberiku banyak tulisan aneh dimana-mana sampai aku lelah menghadapinya. Beritahu padanya jika aku akan membantumu!" Bisik pria ini.

Pria ini takut rupanya. Aku mengangguk dan kembali tidur karena sekarang aku mulai lelah. Mungkin lapar.

"Siapa kau?" Tanyaku ingin tahu.

"Kau tidak tahu aku? Bukankah kemarin kita bertemu saat minum teh?" Dia meninggikan suaranya sampai berapa oktaf.

"Tidak kenal! Siapa kau?"

"Kau memang memiliki masalah hidup rupanya. Aku Nathan Levin! Aku keluarga Levin!"

Levin?

Jadi aku berada di kediaman Levin?

Lucius bersenandung dan menatap kakinya. Sialan! Kupikir dia akan pergi kesebuah keluarga lain tapi dia berada disini? Membawaku ke tempat ini? Aku bisa gila! Aku menjambak rambutku dan menatap Nathan.

"Beraninya kau membawaku kesini! Apakah ini balas dendam mu pada keluarga ini?" Tanyaku pada Lucius disana.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Nathan.

"Bukan kau! Tapi roh disana!" Aku menunjuk Lucius.

"Jadi, bagaimana sekarang? Keluargaku tahu kau disini tapi beberapa hari yang lalu kau dinyatakan mati dan dikubur kemarin. Kau tahu? Semua orang terkejut dan menangis tapi kau baik-baik saja disini! Jika keluarga lain tahu, aku dalam masalah!"

Benar.

Tidak kusangka aku berada di rumah salah satu pondasi negara ini. Bagaimana caraku menjelaskannya pada Duke Levin? Apakah aku bisa mengatakannya bahwa kerajaan akan hancur?

Tidak!

Sialan! Lucius!

"Aku akan menemui keluarga mu. Hah, apa yang kau tahu tentang keluargaku?" Tanyaku.

"Keluargamu? Mereka sudah baik-baik sekarang mungkin."

"Siapa saja yang tahu aku berada disini?"

"Semua orang di rumah ini. Tapi tenang saja kami tutup mulut."

Kenapa aku merasakan dia menyembunyikan sesuatu dariku? Aku mengetahui karena dia begitu gelisah dan matanya tidak bisa diam. Laki-laki mudah ditipu! Aku menepuk dahiku dan merasakan aku ingin sekali membunuh Lucius. Tapi bukan saat ini. Aku masih membutuhkan kemampuannya.

Tapi kekuatan Levin juga bisa menjadi sarana untuk membunuh roh jahat dan orang itu. Aku belum bisa tahu siapa dia. Tapi jika dia memiliki kekuatan dan kekuasaan, aku membutuhkan tempat yang juga memiliki hal yang sama. Duke Levin juga pendiam dan aku yakin dia bisa diajak untuk bekerja sama. Jika tidak, tidak mungkin dia diam saja saat aku datang ke rumah ini. Aku harus mencari sekutu!

🕊️🕊️🕊️

"Salam pada Duke Levin! Nama saya Miya tapi sekarang tolong panggil saya Lucy!"

Aku tidak tahu harus memakai nama siapa tapi Lucius memberiku ide berlian. Duke Levin menghentikan aktivitasnya dan menatapku tajam. Mata ungunya membuatku merasakan perasaan aneh. Berbeda dengan mata ayah, mata Dallen, atau mata putra mahkota. Mata ungu sungguh indah dan menakutkan dalam satu waktu. Aku baru tahu bahwa Nathan adalah anak aneh di keluarga ini. Dia juga sama sepertiku tapi dia lebih baik mendapatkan banyak keuntungan hidup di keluarga ini. Asalkan bukan penganiyaan, dia bisa hidup baik.

Anak pertama bernama Violet dan anak kedua bernama Lavender. Kenapa Nathan memiliki nama berbeda dari kedua kakak perempuannya? Tapi baik Violet atau Lavender mereka berdiri di depan pintu mengintip pertemuan mendadak ini.

"Jadi nona Lucy bisa kau jelaskan tentang semua ini?"

"Tapi sebelum itu bisakah anda menutup rapat tentang saya berada di rumah ini? Saya harus tetap mati bagaimanapun caranya."

"Kenapa?"

"Karena jika saya tetap hidup, mereka tidak akan pernah bisa tenang. Saya tetap akan diburu seperti seekor binatang. Anda pasti tahu bahwa saya adalah anak cacat. Bahkan kaki saya juga tidak normal." Aku melepaskan sepatuku dan berjalan tertatih-tatih.

"Baiklah. Aku akan diam saja tapi aku harus tahu kenapa kau memilih datang ke rumah ini."

"Saya datang tidak sendirian. Tapi saya datang dengan seseorang yang meminta saya datang ke tempat ini. Saya tidak tahu kenapa dia memilih keluarga ini tapi saya rasa karena kemampuan andalah yang membuatnya datang ke tempat ini. Karena baik keluarga Jacorey dan Vector tidak mungkin menerima saya."

"Jadi apa yang ingin kau katakan sebenarnya?"

"Kerajaan ini tidak akan bertahan lama Duke! Beberapa minggu yang lalu, beberapa desa mengalami penyerangan roh jahat dan iblis. Entah anda percaya atau tidak, tapi kenyataannya memang seperti itu. Bahkan di wilayah Jacorey juga mengalami hal serupa dengan keluarga kami. Wajah linglung dan mata memutih. Itu adalah tanda-tanda dari seseorang yang akan diambil jiwa mereka kepada iblis. Sayangnya hanya saya yang bisa membunuh mereka. Anda tahu, mata merah bukan hanya simbol kesialan. Tapi mata ini adalah kutukan dan berkah. Orang-orang yang memiliki mata merah memiliki ikatan yang kuat dalam pengusiran roh jahat. Saya bisa menunjukkannya pada anda. Di rumah ini di kamar paling ujung, saya merasa disana tidak ada seorangpun yang bisa hidup."

🕊️🕊️🕊️

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Putri Yang Dicintai Para Roh ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang