BAB 6: AYAH UNTUK MARSHA

3K 78 0
                                    

"Sekolah ini, punya tanteku, Soraya."

"Bu Raya?"

"Hmm. Kebenaran banget ya Rania!"

Lemas pula hati Rania mendengar jawaban dari Soraya yang juga ikutan datang.

"Amar sama Marsha itu lengket banget! Pokoknya kalau Amar udah dateng, kita udah deh nggak ada yang bisa main lagi sama Marsha soalnya dia tuh selalu pengen mainnya sama Amar doang. Bahkan makan juga disuapi oleh Amar. Mereka ini udah kayak nge-date deh! Apa-apa dilakuin berdua,"  makin tak berkutik Rania apalagi sudah melihat senyum dari Amar yang dipuji Soraya.

"Jangan bilang kalau selama seminggu ini, Marsha sering bermain denganmu! Dan sengaja kau menunjukkan sekolah ini padaku tujuanmu untuk membuat putriku bisa dekat denganmu. Iya kan?"

"Hehehe!" ingin sekali tangan Rania menggetok kepala Amar yang malah cengengesan bukan menjawab pertanyaannya.

Rania memang sudah mencari tahu tentang sekolah terbaik di sekitaran apartemennya dan mendapatkan sekolah yang ditunjukkan oleh Amar di media sosialnya beberapa bulan yang lalu sesuai dengan kriterianya. Review-nya juga mendukung.

Tapi sungguh Rania tak menyangka kalau sekolah itu masih milik anggota keluarga Amar.

Andaikan Rania tahu dia pasti akan memilih sekolah yang lain dan menjauhkan putrinya dari Amar. Bukan karena Amar adalah orang yang jahat dan sangat berbahaya bagi putrinya.

"Om Amal! Acha mau liatin mama yang tadi itu loh yang di dalem!"

"Oh, ayo Sayang!"

Keduanya sudah sangat bersemangat sedangkan Rania tak tahu apa yang mereka lakukan di dalam.

"Ayo Mama cepetan!" dan kini, tangannya sudah digeret oleh putrinya masuk ke Aula bermain. Kalau bukan karena rasa tak enak pada ibu Soraya yang juga seakan menyuruh Rania untuk masuk ke dalam Dia pasti sudah pamit pulang dan tidak mau menuruti permintaan putrinya.

'Ini yang kutakutkan! Marsha nyaman dengannya. karena dari dulu dia memang selalu saja baik dan berusaha untuk tetap baik pada Marsha. Padahal aku sudah menghindar darinya dan mengatakan kalau kami sebaiknya jaga jarak.'

Melihat kedekatan Amar dan Marsha yang bermain bersama lalu menunjukkan permainan apa saja yang sering mereka lakukan, jelas membuat Rania merasa terbebani hatinya.

Amar bukan orang asing untuk Rania.

Saat Rania diusir dari rumah dan kesulitan untuk menjalankan hidupnya, pekerjaan yang didapatkan oleh Rania pertama kali sebagai pramuniaga di departemen store

Di sanalah dia bertemu dengan Amar yang menjadi CEO di departemen store tersebut. Sejak  Amar melakukan survei dan melihat pekerjaan para karyawannya, termasuk Rania Amar sudah menunjukkan sikap yang sangat baik dan sopan di awal pertemuan mereka. Rania kadang merasa tak enak karena dari hari ke hari Amar jadi semakin memperhatikannya sampai akhirnya mengakui perasaannya pada Rania.

Dia terpesona dengan kecantikan Rania dan selalu saja berusaha untuk dekat dengan wanita itu meski Rania sudah berusaha menghindar darinya

Bahkan Rania sudah mengatakan kalau dirinya mengandung anak dan tidak mau menceritakan Siapa ayah dari anak itu.

Tapi Amar tetap saja tidak peduli malah ingin terus melindungi Rania.

Padahal Rania sudah menjelaskan kalau dia tidak ingin berhutang Budi, Amar tak mau dengar. Rania yang mencoba menghindari gosip di departemen store memilih keluar dari pekerjaannya dengan alasan kehamilannya yang sudah masuk ke bulan ke-tujuh kala itu.

Amar sebetulnya masih ingin Rania bekerja dan sudah ingin memindahkannya ke bagian lain yang tidak perlu terlalu banyak berdiri. Dia menahan Rania. Sayangnya Rania menolak.

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang