"Apa? Rania putrimu?"
"Maaf, bukan!"
Bayu jelas kaget mendengar pengakuan dari sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya, Ganes.
Dan lebih kaget lagi dirinya saat mendengar jawaban Rania dengan tatapan matanya penuh dengan emosi.
Bisa dilihat di sana Rania memang mengenal pria itu tapi dia menyimpan amarah. Rania tak bisa menutupinya.
"Rania, Apa yang kamu katakan? kamu ingin mempermalukan papamu di depan teman sekaligus rekan kerja papa dengan mengatakan kamu bukan anak papa?"
Ingin sekali Rania menampar papanya sendiri! Masih jelas dalam ingatan Rania Bagaimana papanya sudah mengusirnya. Mamanya juga tidak pernah membelanya. Tapi sekarang Rania bisa melihat seorang wanita mendekat dan sepertinya akan membuat sandiwara makin mencengangkan setelah tadi papanya lebih dulu menghampiri.
"Ya ampun Rania! Kamu kemana aja nak? Sudah lama Mama mencarimu sayang!"
"Jakarta ini sebesar apa sih? Kalau kalian berniat untuk mencariku kalian sudah melakukannya sejak dulu! Apalagi dengan semua kemampuan ekonomi yang kalian punya! Tidak perlulah bersandiwara di hadapanku!"
Selama enam tahun ini Rania menahan deritanya sendiri. Saat ini dirinya sudah tidak lagi bisa menahan emosinya. Tangannya dingin, tubuhnya bergetar penuh dengan luapan amarah. Mata Rania berkaca-kaca. Dia tak tahan lagi.
"Rania--"
"Sudah cukup! Hentikan semua sandiwara kalian!" deru napas Rania sudah turun naik tak beraturan. Dia sudah tak kuat lagi berada di sana dan memilih untuk berlari keluar menghentakkan tangannya dari genggaman Amar yang kebingungan
"Papa, Mama, aku permisi! Rania, tunggu!" dan tak mau ada apa-apa dengan Rania makanya Amar mencoba mengejarnya.
Dia meninggalkan Bayu dan Rahma yang mematung tak tahu harus merespon bagaimana.
"Ya ampun Pah, Rania masih marah sama kita! Apa ini artinya kita nggak mungkin bisa lagi ngeliat dia Pa? Mama ... Sssshh!"
"Sayang tenanglah!" Ganes, memegang istrinya yang seakan mau pingsan.
"Jangan sampai kamu berpikir macam-macam dan membuatmu jatuh sakitm Ma! Yang penting sekarang kita sudah menemukan Rania lagi dan kita bisa mencoba mengajaknya pulang, coba bicara baik-baik."
"Oh, Ganes, sebaiknya bawa Tantri duduk dulu ya. Dia butuh minum! Ayo Tantri biar kubantu." Rahma Ibu Amar memang sangat baik sekali. Dia tidak peduli bagaimana pandangan para tamu dengan kejadian barusan.
Karena memang pada dasarnya Rahma adalah seorang yang sangat peduli, makanya dia mengambilkan gelas berisi air mineral untuk Tantri Ibu Rania dan duduk di samping wanita itu
"Maafkan aku Bayu. Aku tidak berniat untuk menghancurkan acaramu, tapi tadi aku melihat putriku dan aku tidak bisa menahan diri. Kau tahu kan bagaimana sulitnya seorang ayah yang sudah lama sekali tidak bertemu dengan putrinya mengendalikan diri? Aku sangat merindukan putriku." Ganes dengan wajah sedihnya menghela napas seakan-akan dia ingin melepaskan semua bebannya.
"Sudahlah, tenanglah! Rania aman bersama dengan Amar, Ganes. Amar sangat mencintai putrimu. Mungkin nanti kita bisa bicarakan ini secara kekeluargaan dan biarkan kami membantumu. Aku akan mencoba membujuk Rania dan bicara dengannya."
"Rania meninggalkan rumah. Kami tidak tahu bagaimana cara mencarinya dan kurasa dia akan membuat cerita yang membuatmu akan membenci kami dan menuudh kami adalah orang tua yang kejam!" jawaban Ganes membuat senyum di bibir Bayu.
"Jangan berpikir buruk dulu, Ganes." Bayu menggelengkan kepalanya.
"Tenang saja. Rania putrimu itu sangat baik dan dia wanita luar biasa. Aku mengenalnya sudah sejak enam tahun yang lalu. Jadi kau tidak perlu khawatir. Mungkin hanya kesalahpahaman saja. Maklum saja Rania kan masih muda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby Yang Tak Diinginkan
Romance"Aku mau tubuhmu setiap hari, Rania! Kamu siap?" "Ti-tiap hari Om Reza? Terus sekolahku gimana?" Rania Juwita Raharja yang berusaha mencari sedikit kebahagiaan, berani bermain api dengan mencari sugar daddy di situs dating online hngga akhirnya bert...