BAB 71: INSTALASI LIFT

195 19 1
                                    

"Kenapa kau senyum-senyum padaku, David?"

Di ruang kerjanya setelah Reza menghempaskan tubuhnya duduk di kursi kerja, David yang senyum-senyum memang mengganggunya.

"Iya, aku memang senyum-senyum. Selamat untukmu, Reza."

Dan sambil berjalan mendekat pada Reza, lalu duduk di kursi di seberang meja kerja Reza, David mengucapkan kata-kata itu tanpa menghilangkan senyum penuh makna di bibirnya.

"Tidak percuma apa yang kau lakukan pada kakekmu beberapa bulan terakhir ini. Menemaninya naik gunung, main golf, mancing, apalagi ya? Banyak sekali. Sampai aku pun pusing dengan semua kegiatan kalian. Tapi ini membuahkan hasil. Begitukah caramu membujuk kakekmu?"

Reza belum menjawab. Dia masih membuka lembaran berkas di mejanya dan mencocokkan dengan data di laptopnya.

"Hei, aku bicara padamu sebagai seorang teman bukan sebagai asistenmu!"

"Aku tidak menerima teman di ruang kerjaku."

David kembali mencebik.

"Kau menunjukkan pada kakekmu kalau kau mencintai wanita itu. Kau mengatakan padanya kau mencintainya. Tapi kenapa kau tidak pernah mengatakan padanya?" dan kata-kata David ini mengingatkan Reza pada sesuatu yang memang selama dua setengah bulan ini dilakukan olehnya.

FLASHBACK ON

"Apa kau sangat mencintainya sampai kau berusaha untuk membuatku senang demi mendapatkan restu atas hubunganmu dengannya Reza?"

Pertanyaan kakeknya yang tidak dijawab oleh Reza di saat dia sedang menemani kakeknya memancing beberapa hari lalu.

Reza hanya tersenyum saja sambil menatap pancingannya. Tak ada keberanian untuknya menatap kakeknya dan dia masih diam, membiarkan Vladimir terus bicara.

"Aku tidak pernah melihatmu membujukku dengan cara seperti ini sebelumnya. Ya kecuali saat kau memintaku untuk memberikan kesempatan padamu mengurus perusahaan dulu. Kau sangat rajin sekali di rumah, hampir mirip seperti ini tapi kau tidak segila ini dengan menghabiskan semua waktumu untukku.”

Vladimir benar. Reza memang melakukan segala hal untuknya. Dan kembali dia tersenyum di saat Reza juga memberikan senyum meski dia tidak menatap kakeknya

"Tapi syukurlah. Dengan caramu yang membujukku begini aku jadi punya kesempatan untuk bermain lagi dengan cucu yang sudah besar ini. Cucu kesayanganku dan mengingatkanku dengan masa kecilmu. Bagaimana kita menghabiskan hari-hari kita bersama, hanya bedanya sudah tidak ada lagi nenekmu di sisi kita."

Mengingat tentang neneknya membuat Reza menghempaskan napas. Dan baik Vladimir maupun Reza sama-sama menunjukkan wajah yang penuh dengan kesedihan.

"Kau tahu Reza? Hal yang terburuk yang dialami seorang lelaki adalah kehilangan wanita yang sangat dicintainya yang biasanya selalu ada di sisinya dan menemaninya bertahun-tahun."

Reza tahu. Makanya dia tidak berani bicara apapun. Dia tahu kesedihan kakeknya sejak neneknya meninggal.

"Kakek, sepertinya kail pancinganku sudah dimakan ikan."

Dan memang pas sekali dengan tali pancing yang bergoyang itu akhirnya Reza mengangkat talinya.

"Wah ikan yang besar. Malam ini Marsha akan makan banyak. Dia suka sekali dengan ikan sama sepertimu saat kau kecil dulu. Hasil pancinganku selalu habis olehmu."

Reza tersenyum tapi memang dia tidak menjawab kakeknya, hanya menaruh ikan itu di ember yang mereka siapkan untuk tampungan ikan mereka.

"Kau tahu siapa Rania kan, ngomong-ngomong?"

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang