"Ini laporan rapat dari divisi kami, Rania!"
"Makasih ya, Bu Nita!"
Rania lalu pergi lagi setelah dia mendapatkan data yang dia inginkan.
"Yang ini dari hasil laporan divisiku. Sukses ya Rania!"
"Makasih Pak Cahyo, ya!"
Rania keluar lagi dari ruang divisi dan sudah naik lift lagi menuju ke divisi selanjutnya. Terus-terusan mengumpulkan laporan.
"Makasih, Bu Lidya. Lega aku semua data kekumpul. Aku mau ke mejaku buat laporannya dulu ya,"
"Iya Rania, semangat ya. Kamu nggak usah pikirin macam-macam emang CEO kita ini agak gila. Kamu yang sabar ya jadi sekretarisnya!"
Terharu hati Rania melihat kebaikan para staf di kantornya. Padahal Rania tak cerita apa-apa soal dirinya yang diminta Reza menyelesaikan tugasnya.
Awalnya saat Reza meminta Rania menyelesaikan laporan, Rania kebingungan karena dia tidak ada di rapat itu. Ke mana dia harus cari informasinya?
'Untung aja aku dapat pesan Whatsapp dari Pak David dan bilang kalau sebaiknya aku coba hubungin di divisi lain. Untung dia masih baik padaku!’
Rania memang tidak bisa berpikir jernih. Tapi David yang mungkin saja merasa kasihan juga pada Rania dia memang mengirim pesan tanpa sepengetahuan Reza.
Sebuah bantuan yang membuat Rania sekarang masih punya waktu setengah jam untuk membuat laporan seperti yang diminta Reza. Rapat akan dilaksanakan sejam lagi.
“Selamat pagi, Pak! Ini laporannya."
Sudah seperti mau di ospek saja Rania perasaannya.
Deg-degan, bingung, terus saja diteror dengan sikap Reza yang tidak ada manis-manisnya dan selalu sinis menanggapinya, kadang membuat Rania juga berpikir bukankah lebih baik dia memberikan surat resign sekarang juga sesuai dengan saran yang diberikan oleh Amar dan dia tidak akan lagi diganggu Reza?
"Hari ini kau ikut mendampingiku ke semua agendaku. Sekarang kita rapat dulu. Setelah itu masih banyak urusan di luar."
'Agendanya apa aja, ya?’
Rania tak tahu! Tapi dia tak berani bertanya. Mau mengirim pesan pada David juga sulit karena saat ini Rania sudah ada di samping Reza. Buru-buru ke ruang rapat dan masih banyak lagi urusannya sehingga dia tak mengirim pesan ke David.
Lagi pula, biasa agendanya yang mengurus David bukan? Rania hanya ikut-ikut saja.
"Kalian pikir pekerjaan kalian ini, aku suka?" mood Reza sedang tidak baik dan semua divisi kena omel.
Mereka semuanya diam. Tak ada yang berani memberikan jawaban.
"Kalau kalian seperti ini terus kerjanya di Light Up, perusahaan ini tidak akan pernah maju. Kalian tidak ada inovasi! Terutama tim kreatif. Apa-apaan ini."
Reza melemparkan berkas yang mereka berikan. Dia terlihat lepas kendali. Lagi-lagi membuat hati Rania deg-degan.
'Dan tim IT, sistem seperti itu harus didukung dengan nilai investasi sebesar itu? Kalian pikir aku sudah gila apa mau membiayai itu?’ Reza makin menjadi.
Mood-nya memang membuat semua orang di dalam ruangan rapat itu tidak ada tenang-tenangnya.
"Dan ini! Buat apa pasang iklan ke media ini? Apa untungnya buat kita? Kenapa masih berpikir kolot? Siapa yang masih senang baca majalah, koran, kalian pikir orang-orang itu melek teknologi? Baliho, apa ini? Kalian pikir ini berguna? Non sense!"
Reza menyindir lagi divisi yang menyiapkan agenda Advertisement.
"Kerja begini aja kalian nggak ada yang becus! Nggak ada yang bener! Maunya apa sih?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby Yang Tak Diinginkan
Romance"Aku mau tubuhmu setiap hari, Rania! Kamu siap?" "Ti-tiap hari Om Reza? Terus sekolahku gimana?" Rania Juwita Raharja yang berusaha mencari sedikit kebahagiaan, berani bermain api dengan mencari sugar daddy di situs dating online hngga akhirnya bert...