Se-sembuh?
Celetukan Marsha yang ingin membuat Rania mencubit putrinya sendiri. Bukankah selama ini putrinya yang sakit?
Lalu kenapa dirinya yang dibilang sudah sembuh? Dan ada satu kata lagi yang membuat Rania seakan tergelitik
Papa? Ish, lelucon apa ini? Rania gemas!
Dia tahu putrinya itu seperti apa. Dan Marsha, bukan anak yang mudah untuk dipengaruhi. Marsha bukan bocah yang gampang percaya dengan orang lain tapi sekarang apa yang Rania lihat?
"Marsha, belum bisa minta gendong sama mama ya, Marsha sama Papa dulu dan makannya juga kayak biasa, disuapin sama Papa. Biar mama enggak keberatan gendong Marsha dan bisa istirahat. Marsha mau kan mama cepat sembuh?"
"Iya mau! Malsha ma Papa aja!"
Lalu bocah itu menatap Rania dengan senyum polosnya bicara lagi:
"Mama, Mama bobo aja dulu biar Malsha main sama Papa! Nanti kalo Mama udah sembuh, mama bisa ikut main sama Malsha sama Papa!"
Reza, apa yang sudah kau katakan pada putriku sampai dia mau memanggilmu Papa? Kenapa juga dia sangat akrab denganmu? Dan bagaimana kalian bisa sampai suap-suapan begitu? Marsha tak takutkah? Kurasa dia tidak bisa dekat dengan seseorang secepat itu!
Rasanya hati Rania ingin sekali menjerit mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya karena rasa penasarannya. Bagaimana putrinya bahkan tak melihat padanya dan sangat menurut sekali pada Reza.
Berapa lama aku tertidur?
Dan pertanyaan ini juga Rania tidak tahu harus menjawab apa. Karena tadi malam dia lupa menanyakan itu pada Reza.
Tapi memang mengagumkan kedekatan dua orang itu. Ada canda tawa, Marsha juga sangat menurut pada Reza dan seakan-akan mereka sudah mengenal satu sama lain bertahun-tahun.
Apa dia sedang mempersiapkan membawa anakku bertemu dengan istrinya?
Pikiran ini yang paling menyakitkan untuk Rania. Dia tidak bisa komentar dengan kedekatan mereka justru menunduk, lebih memilih untuk memutar-mutar garpu di makanan yang belum dimakannya.
Rania malas memperhatikan keduanya karena rasa sakit itu semakin menjadi-jadi dalam relung hatinya.
"Papa, ayo main lagi kayak kemalen, Malsha suka banget main kayak kemalen!"
"Oke, satu suapan ini habis kita main!"
"Yeay!"
Bahkan Marsha tidak melihatku dulu dan minimal melambaikan tangannya padaku atau sekedar menyapaku dan bilang 'Mama, Acha mau main!' Oh tidak, sekarang lagi anehnya dia suka memanggil dirinya sendiri Malsha, bukan Acha.
Rania belum memasukkan makanan satu suap pun ke mulutnya, tapi ayah dan anak itu sudah pergi meninggalkannya dan menaiki tangga ke ruang bermain.
Rania hanya meliriknya sepintas dan kembali matanya menatap ke arah piring karena tak tahu bagaimana dia harus merespon juga.
Marsha, apakah sudah lupa dengan mamamu yang melahirkanmu dan membesarkanmu bahkan mengasuhmu selama lima tahun awal kehidupanmu? sedih rasa di hati Rania karena anak yang begitu dikawatirkannya justru cuek sekali sikapnya, hanya bertanya saja dan sangat menurut pada Reza saat dibilang tidak boleh mengganggu Rania maka anak itu benar-benar tidak bicara lagi dan tidak membuat ibunya sibuk.
Dan apa kamu lebih bahagia bersama dengan papamu itu?
Rania tidak bisa menahan lagi air matanya tapi memang dia tidak menangis sesegukan, hanya menghapus tetesan air yang tumpah di sudut matanya. Rania bahkan tidak peduli dengan orang-orang yang matanya masih menatap ke arahnya seakan akan sangat penting memperhatikan apa yang akan dilakukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/344256927-288-k201334.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby Yang Tak Diinginkan
Romance"Aku mau tubuhmu setiap hari, Rania! Kamu siap?" "Ti-tiap hari Om Reza? Terus sekolahku gimana?" Rania Juwita Raharja yang berusaha mencari sedikit kebahagiaan, berani bermain api dengan mencari sugar daddy di situs dating online hngga akhirnya bert...