BAB 16: GAK PEKA

1.4K 40 0
                                    

"Carrot! Sejak kapan aku suka makan carrot? Dan kenapa dipiringku selalu ada carrot?"

ACHA GA MO WOLTEL MAMA! ACHA GA SUKA!

Selintas setelah mendengar ucapan Reza, Rania jadi terngiang-ngiang kata-kata putrinya yang memang suka sayur apapun tapi tidak dengan wortel. Marsha sangat tidak menyukai wortel.

Rania tidak pernah tahu sebelumnya kalau Reza tidak menyukai wortel. Rania kembali berpikir apakah ada yang dia lupa saat dulu dia bersama dengan Reza?

Pria itu memang tidak pernah menceritakan makanan yang dia suka dan tidak suka. Tapi seharusnya di catatan Pak Bagus ada.

Apakah dia membaca cepat-cepat sampai dia tidak fokus?

"Harusnya sebagai sekretarisku kau tahu makanan ini tidak mungkin bisa kumakan. Di pertemuan lalu juga aku tidak memakan makananku. Harusnya kau berpikir apa yang salah dengan makanan ini bukan diam saja dan menghabiskan makananmu. Apa sulit untuk sedikit peka?"

"Sa-saya--"

"Kenyang kau sekarang?”

Mau bilang apa Rania? Dia juga bingung dan sudah nge-dredeg jantungnya mendengar suara alat makan yang di lempar Reza.

"Harusnya sebagai sekretarisku kau tahu makanan apa yang harus kau pesan untukku karena semestinya sudah di luar kepala makanan apa yang aku suka dan tidak. Termasuk makanan apa yang baik atau tidak untukku. Bukan memesan makanan yang sama dengan klienku pesan. Memang kau pikir aku suka makanan yang mereka makan?"

Sampai pelayan di ruangan VIP restoran itu kaget sangat dengan kemarahan Reza.

Ada dua pelayan yang menemani mereka dan ini adalah bagian service untuk pernyewa meeting room restoran.

Dan makanan yang ada meja itu semuanya memang tanggung jawab Rania. Reza tadi tidak mengatakan apa yang mau dia makan dan menyerahkan semuanya pada Rania lewat lirikan matanya. Rania yang bingung, memilih yang sama saja seperti kliennya. Reza bukan orang yang suka dengan perasmanan segala makanan ada dan tak dimakan.

Lalu David dia juga tidak mengatakan apapun.

Pria itu memang agak sedikit aneh menurut Rania harusnya dia memberikan pesan pada Rania tapi kalau di dalam rapat seperti ini David sangat serius sama seperti Reza. Hanya satu bantuan yang dia berikan saat di ruangan Reza tadi pagi.

Lalu apakah Rania harus menyalahkan David. Padahal dia juga sudah ditolong olehnya?

'Harusnya semua catatan yang diberikan Pak Bagus aku baca tiap malam supaya tidak ada yang lupa.’ Rania merutuki kebodohannya sendiri.

Ya, catatannya sangat tebal sekali dan Rania yakin sekali dari catatan itu tidak semuanya dia baca. Apalagi waktu dia membacanya dia sedang emosi dan mencari siapa wanita itu.

Ini malah makin membuat hati Rania jadi kesal sendiri.

"Apa selanjutnya?"

"Oh, yang selanjutnya--"

"Apa aku memintamu menjawab?"

Rania diam! Reza tidak mengatakan kalau yang boleh menjawabnya hanya David.

Rania tak berani berkata-kata lagi.

"Rencana selanjutnya ada kunjungan di project SSG. lalu kita akan membahas perpanjangan kontrak dengan rekanan Light UP dan terakhir rapat luar biasa lanjutan yang tadi pagi di Light Up, Pak Reza."

'Fuuh, sudah capek hati sekarang juga capek badan! Ish, kenapa langkahnya cepat sih?’

Selepas mendengar penjelasan dari David, Reza sudah berdiri dari kursinya dan berjalan cepat. Rania mengikutinya agak sulit karena high heels yang dia gunakan.

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang