BAB 9: PENGACAU AGENDA

1.8K 55 0
                                    

"Ganjen!"

"Mood booster Ran," bujuk Amar merengek.

"Enggak Amar! Sampai ikatan kita resmi!"

"Eh, pelit banget!"

"Bye Amar!"

Rania memilih menyelamatkan hatinya dari mobil Amar sebelum pria itu melakukan modus lainnya.

Rania belum siap! Rania takut jika dia bermain hati dengan Amar nantinya dia akan menyakiti Amar lebih dalam. Rania masih berpikir apakah keputusannya ini adalah yang paling tepat atau tidak?

Menyerahkan dirinya pada Amar karena ingin kehidupan putrinya Marsha terjamin. Ini terkesan konyol. Menikah hanya karena uang. Apakah ini yang Rania inginkan? Apa tidak ada solusi lain untuknya?

Pagi ini sesampainya di kantor pikiran ini yang merajai pikiran Rania.

"Selamat pagi Bu Rania!"

"Oh! Selamat pagi, Pak David, Selamat Pagi Tuan Clarke!"

Rania sampai tak sadar kalau dia duduk melamun di kursinya dan tak tahu kalau bosnya sudah datang. Bahkan Rania tidak membukakan pintu untuk Reza. Tadi David yang menyapanya duluan sebelum pria itu membukakan pintu untuk CEO Light Up yang wajahnya tak ingin ditatap oleh Rania.

'Aku gak bukain pintu, ada hukuman gak ya?'

Rania yang kikuk berusaha berdiri dan sebetulnya dia agak ngeri juga kalau Reza nanti akan marah padanya.

'Tapi kalau aku dipecat dari perusahaan ini juga tidak masalah kan? Aku akan menikah dengan Amar dan dia itu keluarganya pemilik departemen store. Pasti bisa mencukupi kebutuhanku dan Marsha'

Namun setelah memikirkan ini dan membayangkan tentang kemarahan Reza juga sikap bosnya itu Rania secara tidak sadar menepis tentang keraguannya akan menjadi istri Amar. Itu malah seperti anugerah.

Dilihat dari segi manapun akan lebih menyenangkan baginya jika tidak harus berhubungan dengan Reza lagi. Rania tidak harus memikirkan tentang masa lalunya. Rania juga tidak harus dimaki-maki setiap hari dan dikatakan tidak becus bekerja. Yang lebih menguntungkan, Rania bisa menghabiskan waktunya bermain bersama dengan putrinya dan tak perlu memikirkan besok berapa banyak uang yang akan dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan Marsha.

Bukankah setiap wanita menginginkan kehidupan yang tenang dan terpenuhi semua kebutuhannya?

Inilah yang membuat Rania berdiri tegak dan segera ke pantry menyiapkan apa yang seharusnya dibuatkan untuk bosnya.

"Permisi Tuan Clarke, ini cemilan pagi dan minumannya."

Rania memasuki ruangan Reza tanpa ada beban seperti biasa. Dia terlihat lebih baik dari hari-hari kemarin karena tidurnya juga cukup jadi tidak terlihat lemas.

"Persiapkan untuk rapat nanti! Aku tidak mau ada staff yang terlambat. Segera informasikan pada mereka datang sebelum rapat dan siapkan agendanya."

"Baik Tuan Clarke."

Segi positif hubungan Rania dengan Amar membuat dirinya bisa lebih balance dalam menghadapi Reza. Rania bisa bersikap biasa dengan pikirannya mengingat masa kelamnya, menarik-narik membayangkan lukanya dengan mengalihkan pada pernikahannya yang akan berlangsung dengan Amar.

Gambaran masa depannya nanti yang akan lebih bahagia dan ini membantunya lebih fokus pada pekerjaannya karena tak lagi dibayang-bayangi oleh kemarahan Reza dan ketakutannya akan dipecat.

"Permisi Tuan Clarke, ini laporan untuk rapat pagi ini."

Rapat dimulai tadi jam sembilan, selesai jam sepuluh. Dan sekarang, baru seperempat jam berlalu Rania sudah masuk lagi ke ruangan Reza untuk menyerahkan laporannya. Ini lebih cepat dari biasanya.

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang