BAB 28. MUNGKINKAH SINGAPURA?

1.6K 53 0
                                    

Suara napasnya sendiri terdengar, suara detakan jantung juga mulai dirasakan tubuhnya di saat wanita itu kembali pada kesadarannya.

Mata itu memang masih belum terbuka tapi sedikit demi sedikit otaknya me-refresh kembali semua ingatannya.

Meski memang tidak cepat tapi dia pun sadar kalau ada sesuatu yang tak beres dengan tubuhnya.

Jarum infusan? terheran dia di hatinya.

Rania memang langsung memindai tangan kirinya karena sesuatu di punggung tangan kirinya itu seakan-akan terlalu berat dan mengganggunya.

Matanya pun mengarah ke tiang infusan.

Agak bingung juga Rania kenapa dirinya harus diinfus?

"Selamat malam Nyonya. Anda sudah sadar?"

Sapaan itu membuatnya bingung. Tapi dia belum bisa mengatakan apapun saat menatap ke arah perawat.Perasaan dirinya tidak sakit.  Rania baik-baik saja dan bahkan saat merefresh pikirannya, dia tahu kalau memang terakhir kali di rumah sakit itu dia tidak kenapa-napa.

"Putriku!" 

Justru ada seseorang yang dikawatirkannya, karena Rania ingat yang menimpa putrinya.

"Nona Marsha dalam keadaan baik-baik saja dan sekarang kondisinya sudah sema--"

"Kalian di dalam ruangan ini tidak untuk menjelaskan itu!"

"Maafkan saya Tuan Clarke."

Wanita itu tidak berani lagi bicara. Begitupun Rania yang menyadari suara tersebut. Pandangan matanya pun mengarah kepada seseorang yang memang tidak menatap ke arahnya.

Tubuh jangkungnya menghadap ke arah luar jendela yang tentu saja langit di sana sudah terlihat gelap. Rania ingin sekali bertanya padanya tentang putrinya, tapi rasanya bukan itu yang harus dikhawatirkan sekarang.

Kalau dia berada di dalam ruangan ini mungkin benar kalau Marsha sudah tidak apa-apa. Tapi kenapa kondisiku seperti ini? Rania juga tak tahu jawabnya. Dia tidak tahu bagaimana harus mendeskripsikan kondisi dirinya.

"Tensi Anda stabil. Infusannya akan dilepaskan sekarang Nyonya!" Dokter yang sudah masuk dan mengecek kondisi Rania memberitahukan. 

"Dan mereka juga akan membuka kateternya, lalu Anda bisa belajar jalan ke kamar mandi, mencoba membuang air kecil sendiri dan melatih keseimbangan tubuh Anda lagi setelah berhari-hari tidak melakukan apapun."

Jadi sudah berapa lama aku tertidur? Dia membiusku selama berhari-hari kah?

Rania tak tahu apakah dirinya harus bersyukur karena saat dia bangun kondisi Marsha katanya sudah membaik, ataukah dia harus berhati-hati karena sekarang Rania juga tidak tahu apa yang direncanakan oleh seseorang yang masih memunggunginya?

Yang terburuk, Rania juga tidak tahu di mana mereka berada.

Tapi dari tampilan perawat ini, aku yakin sekali aku masih berada di Asia. Singapura kah? Hong Kong? Bahasa Inggris mereka seperti bahasa Inggris Singapura ya kan? Atau Malaysia?

Rania hanya menduga. Tapi memang dia tidak tahu di mana dia berada. Rania hanya mengikuti para perawat itu yang membantunya menuju kamar mandi dan membersihkan tubuh Rania.

Badannya masih lemas. Benar kalau dia tidak ditolong oleh para perawat itu, Rania yakin sekali kalau dia tidak akan bisa sampai ke kamar mandi.

Kakinya lemas. Seakan-akan tubuhnya juga belum stabil. Untungnya perawat-perawat itu sangat telaten. Mereka membantu Rania dengan sabar dan sudah menyisirkan rambutnya juga, membantunya berpakaian meski pakaian yang dikenakannya bukan sesuatu yang disukai oleh Rania.

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang