"Sudah puas kau?"
"Sayangnya aku melakukan ini bukan untuk kepuasan."
Rania tak tahu harus berkomentar apa tapi satu tangannya meremas sprei sangat kencang sekali.
Ingin rasanya dia mencakar orang di hadapannya tapi tangannya terikat jadi bisa apa dia?
"Apa alasanmu ingin sekali menghamiliku, Za? Kau bisa meminta anak pada istrimu. Kenapa harus aku? Apa dosaku sampai kau memperlakukanku seperti ini? Enam belas hari sudah. Maumu apa?"
Rania tak tahan. Sudah dua minggu lebih berlalu, Reza selalu datang ke kamarnya untuk melakukan hajatnya. Tapi memang tidak pernah ada kenikmatan. Kurang dari semenit asal dia sudah memasukkan sesuatu ke dalam rahim Rania, selesai. Dan itu dilakukannya sehari bisa dua, tiga kali. Lebih banyak di malam hari, lalu saat bangun tidur sisanya.
Awalnya Rania pasti kaget jika Reza melakukannya di pagi hari saat matanya masih terlelap. Tapi setelah beberapa hari pria itu melakukan hal yang sama dia sudah tak pernah mau peduli dan tak mau membuka matanya ketika Reza mengganggu tidurnya.
Lagi pula memang Rania tidak merasakan apapun kecuali intinya yang dimasukkan dan dia tidak pernah merasakan kenikmatan seperti yang dulu selalu diberikan Reza.
Yang timbul hanya kekesalannya saja kini.
"Setidaknya kau bisa memberikanku kesempatan untuk bertemu dengan Marsha." Rania melirik orang yang baru keluar dari kamar mandi dan seperti biasa membawakan handuk hangat untuk membersihkan bagian tubuh Rania yang tadi dipakainya.
"Aku tidak tahu sampai kapan kau akan bicara padaku tapi setidaknya biarkan aku bertemu Marsha dan buat perjanjianlah denganku saat aku sudah melahirkan anak ini untukmu dan untuk istrimu, biarkan aku dan Marsha pergi dari sini."
Rania tahu anaknya sangat merindukannya sama seperti dirinya. Makanya meski kesempatannya sangat kecil dia mencoba mengutarakan isi hatinya pada seseorang yang kini merebahkan tubuhnya di samping Rania, sudah menutup matanya.
"Za, apa kau tidak pulang-pulang istrimu tidak mencarimu?"
"Pelayaaaan!"
Rania juga tak tahu apa maunya tapi seorang pelayan sudah datang mendekat
"Lakban mulutnya biar tidak berisik!"
Wow, kalau dia mau tidur sepi tidak berisik sebaiknya dia keluar dari kamar ini. Ish.
Rania kesel betul dengan perlakuan Reza. Malam ini dia tidur sambil menyumpahi pria itu sampai Rania terlelap
Lagi-lagi jadi tempat pembuangannya.
Dan seperti biasa di beberapa hari terakhir ini Rania selalu terbangun dengan seseorang yang mengganggu intinya.
"Sudah selesai hajatmu? Kupikir kau tidak akan pernah melepaskan lakban ini dari bibirku."
Pagi itu Reza sendiri yang melepaskannya dan omelan itu sudah keluar dari bibir Rania. Tapi apa dia peduli?
"Kau mau apa? Melepaskanku?"
Ini juga tak dijawab oleh Reza dan dia sudah membawa Rania ke kamar mandi. Perlakuannya lembut saatmembersihkan inti wanita itu di kamar mandi.
"Tuang di sini air senimu."
Rania tahu apa gunanya itu. Meski malas dia mengambilnya dan melakukan apa yang diminta Reza.
"Apa hasilnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby Yang Tak Diinginkan
Romance"Aku mau tubuhmu setiap hari, Rania! Kamu siap?" "Ti-tiap hari Om Reza? Terus sekolahku gimana?" Rania Juwita Raharja yang berusaha mencari sedikit kebahagiaan, berani bermain api dengan mencari sugar daddy di situs dating online hngga akhirnya bert...