BAB 22: CARI GARA-GARA

1.4K 34 0
                                    

"Aku tidak mau!"

Rania ketakutan! Dia tidak yakin orang tuanya berniat baik padanya.

"Rania, kau tidak bisa menentang permintaan orang tuamu!"

Tapi sayangnya, ayah Rania, memang sudah berkeras hati dan kini dia menatap para bodyguard yang datang bersamanya.

"Bawa putriku dan anaknya!"

"Aku bilang aku tidak mau! Aku bukan putrimu!"

Rania yang ketakutan mundur. Dia segera mendekat pada Marsha dan menggendongnya, Untungnya, Marsha sudah habis susu dan kuenya. Dia tak berpikir macam-macam.

Kacau sudah pikiran Rania ketika orang-orang itu mendekat dan mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya bergidik.

"Apa mau kalian?"

Pekik Rania mulai semakin cemas.

"Kalian yang membuangku dan sekarang kalian memintaku untuk kembali? aku tidak sudi! Aku tahu niat kalian tidak baik padaku!"

Rania sampai tidak punya pilihan dan terpaksa harus mengutarakan kata-kata kasar itu.

"Rania, selama kau kooperatif dengan kami maka kami tidak akan berbuat buruk padamu! Kau yang memulai kekacauan duluan, Kami sudah mempersiapkan hidupmu tapi kau yang menghancurkannya! Kau mengandung anak orang yang tidak kami ketahui siapa! Wajar jika papamu menyuruhmu pergi dari rumah!"

"Dan karena aku sekarang bersama Amar kalian pikir aku akan pulang ke rumah dan mendukung semua bisnis kalian bersama keluarganya? Kalian takut kan keluarga Amar tahu bagaimana buruknya kalian padaku dan kalian tidak akan mendapatkan tender yang kalian sepakati?"

"Hahah! Rania, Rania!" seru Ganes yang kini menatap ke Arah bodyguard-nya lagi.

"Obat biusnya sudah kalian masukkan ke suntikannya?" dia memang ingin membuat Rania tak sadarkan diri sehingga lebih mudah untuk dibawa ke mobil.

"Sudah Bos!" ujar salah seorang yang memegang suntikan.

'Apa yang harus kulakukan? Mumpung dia memegang telepon itu! Oh, akan lebih mudah kalau Amar di sini!'

Sepintas Rania menyesal karena tadi malam dia menolak Amar menginap di tempatnya. Rania takut orang tuanya akan melakukan sesuatu yang buruk pada putrinya dan akan membuat hidup mereka agak sulit. Rania tidak tahu apa niatan mereka tapi Rania tahu kalau orang tuanya cukup kejam bahkan rela membuang putrinya demi nama baik.

Dan sekarang Rania memutar otak saat papanya mengangkat telepon yang mendistraksi.

Apa yang bisa Rania lakukan untuk kabur dari tempat itu dan meminta pertolongan?

"Kita pergi dari sini! Ayo!"

"A-apa? Ganes, lalu--"

"Tantri Ayo kita pergi dari sini! Dan obat bius itu simpan lagi!"

'Apa yang membuat mereka pergi?' Rania tak tahu apa yang terjadi.

"Amar? Ka-kau baru datang ke sini mau bertemu dengan putriku Rania dan putrinya?"

Dan di saat Rania belum tahu alasan orang tuanya pergi, Ganes membuka pintu. Dia melihat Amar yang baru mau mengetuk pintu, langsung menyapa, kikuk.

"Benar sekali Pak Ganes dan Bu Tantri."

"Hmm, kalau begitu bicaralah dengan Rania. Dia akan lebih bahagia bicara denganmu," lalu Ganes kembali memindai Rania.

"Kami sudah mengutarakan maaf kami padamu! Kami mohon pertimbangkanlah Rania dan pulanglah ke rumah. Berada dalam perlindungan keluarga akan lebih baik untuk pertumbuhan putrimu."

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang