BAB 20: WOULD YOU BE MY UNIVERSE

1.9K 42 0
                                    

"Rania! Aish, kau berlari cepat sekali, sih! Mau ke mana?"

Sesaat sebelumnya ketika Rania baru saja keluar dari ruang pertemuan, Amar menariknya dan mendekapnya erat-erat.

"Amar lepaskan dulu! Aku mau menjemput Marsha!"

"Hey, Marsha lagi tidur. Kondisimu sedang tidak stabil seperti ini dan apa yang bisa kau perbuat nanti padanya? Ayolah Rania, jangan begini! Ayo ikut aku dulu, tenangkan dirimu." seru Amar sambil menghapus air mata Rania.

Benar juga yang dikatakan oleh Amar. Rania hampir tidak bisa mengendalikan dirinya. Apa yang akan terjadi kalau dia membawa Marsha keluar dan ayah biologisnya melihat?

Bukankah pria yang dihindari oleh Rania masih ada di dalam acara pesta tadi?

"Amar, maaf. Aku tidak bisa mengendalikan diriku dan aku sudah merusak pesta orang tuamu. Mereka pasti sangat membenciku."

"Kau terlalu overthinking." Amar yang sedang berjalan ke arah taman belakang kini merangkul wanita di sisinya semakin erat.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Orang tuaku tidak seperti itu dan kau tidak tahu bagaimana mereka berpikir tentangmu. Mereka sangat menyayangimu dan Marsha!"

"Tapi kedua orang tuaku pasti akan membuat mereka membenciku!"

"Ssst, Rania, Rania!" Amar jadi gemas sendiri dia melirik wanita di sampingnya dan mengecup dahi Rania.

"Orang tuaku tidak seperti itu. Sudah jangan terlalu dipikirkan. Kau mau duduk? kita santai dulu di sini gimana?"

Rania sendiri tak tahu apa yang dia inginkan. Hotel itu adalah tempat yang tidak ingin didatangi olehnya tapi sekarang dia bersama dengan Amar dan Rania juga tidak berani membawa putrinya keluar dari hotel sebelum orang-orang dalam ruangan pesta bubar.

"Ayo!"

Makanya dia setuju dengan saran Amar.

"Sayangnya polusi Jakarta sangat buruk ditambah lagi lampu-lampu malam di sini membuat kita tidak bisa melihat bintang-bintang di langit ya!"

Amar tahu ini bukan pembahasan yang ingin dibahas oleh Rania. Tapi mereka berada di taman dan saat mendongak ke atas langitnya kelabu. Makanya dia komentar.

"Kalau kau ingin lihat bintang bukan di sini tempatnya Amar."

"Hmm, nanti aku ke tempat bisa melihat bintang setelah aku menikah denganmu." Amar menarik tangan Rania mendekat padanya sehingga kini ada di pangkuannya.

"Aku ingin mengajak Marsha dan istriku camping! Kita cari tempat di mana bisa lihat bintang!"

"Makasih ya Mar, udah bilang kayak gitu."

"Eh, aku nggak cuman menghibur loh Rania," tegas Amar. "Aku ni serius! Aku ingin tiap weekend tuh ada aja yang kita lakuin barengan sama Marsha. Ya jalan-jalan, terus juga belajar, terus ngapain lagi ya ..."

"Apa?"

Karena Amar tidak melanjutkan ucapannya justru melirik Rania penuh makna wanita itu terlihat bingung.

"Bulan madu lah! Ngapain lagi emang kalau suami istri keluar, jalan-jalan, kalau nggak bulan madu?"

"Ish, Amar!" wajah Rania tampak bersemu di saat Amar sedikit menggodanya.

"Nah gitu dong! Aku suka kalau liat kamu tersenyum. Jadi manis! So sweet liatnya!"

"Mar, jangan panggil aku sweet!"

Rania memang menghindari kata-kata itu. Sesuatu yang menyakitkannya karena sebuah kenangan masa lalu.

Ini membuat wajahnya terlihat kaku lagi.

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang