BAB 24: PELUKAN MENGUNDANG AMARAH

1.7K 50 0
                                    

"Baik Tuan Clarke, saya akan lakukan apa yang Anda perintahkan!"

Takut, karena Rania sudah bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Reza pada keluarga Amar, dia tak berani lagi menolak.

"Sayangnya aku sudah tidak minat! Aku sudah memberi perintah pada David!"

"Tuan Clarke, apa masalahnya sampai Anda harus berbuat tidak profesional seperti ini? Urusan saya dengan Anda dan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan keluarga Gunawan!"

Rania jelas tidak akan mengizinkan Reza untuk mengacak-ngacak perekonomian keluarga calon suaminya.

Rania mencoba membujuk dan menjernihkan masalahnya.

"Tidak profesional, jadi kau menuduhku begitu?"

"Maaf saya tidak berani! Saya yang tidak profesional."

Rania menunduk karena dia tak tahu apa yang harus dilakukan. Rania tak mau mengundang kemarahan Reza.

"Saya mohon maaf untuk semua yang saya katakan tadi. Tolong jangan libatkan keluarga Gunawan karena kesalahan saya. Mulai sekarang, saya akan lakukan pekerjaan sesuai dengan perintah Anda dan tidak akan pernah lagi bernegosiasi dengan Anda."

Rania tahu Reza tidak profesional. Tapi Rania tidak tahu apa yang membuat Reza ingin menyusahkan hidupnya.

Di sini Rania tidak merasa bersalah dari hubungan mereka dulu. Yang meninggalkannya adalah Reza. Lalu kenapa sekarang dia dipaksa melakukan sesuatu yang bukan tanggung jawabnya?

Yang penting keluarga Amar tidak kenapa-napa dulu lah! Fokus ke kerjaanmu Rania.

Saat ini, Rania sedang mendampingi Reza di luar rapat bersama Sumber Harta Group (SHG), sebuah perusahaan besar yang menguasai transportasi darat. SHG memiliki banyak sekali bus model-model terbaru dan sekarang mereka ingin mengembangkan perusahaan mereka dengan moda transportasi lain yaitu penyediaan helikopter dan merambah ke dunia transportasi udara. Di sinilah mereka mengajak Shining Star Group (SSG) untuk bekerja sama.

Rania sudah membaca agenda hari ini. Dia mempersiapkan dirinya dan sampai rapat itu selesai tidak ada masalah. Rania sangat profesional.

Namun sayangnya di akhir rapat sesuatu yang tak diduga olehnya terjadi.

"Terima kasih untuk kepercayaannya pada kami, Pak Reza!"

"Semoga kita bisa terus bekerja sama, Pak Dicky!"

Mereka berdua sudah bersalaman dan seharusnya ini sebagai tanda perpisahan tapi sayangnya Dicky tidak berpikir begitu.

"Maaf Pak Reza. Saya rasa saya mengenali sekretaris Anda!"

Dicky sudah menatap Rania yang mencoba mengingat-ngingat tentang orang di hadapannya yang tidak Rania ingat.

"Kamu Rania adiknya Abian Francisco Raharja, kan?"

"Oh, Bang Abi, Anda mengenalnya?"

Ragu tapi Rania yang memang merindukan nama itu dia tersenyum dan kembali bertanya.

Sudah lama sekali dia tidak mendengar nama itu. Nama seseorang yang juga dirindukan olehnya.

"Iya! Waktu itu aku pernah main ke rumahmu tapi mungkin kamu lupa saat itu Abian masih SMP pertama kali aku datang dan aku teman dekatnya. Kalau tidak salah kamu masih kecil sekali dulu. Masih lima tahunan. Aku sempat membantu Abian mengasuhmu dulu. Kamu suka banget kan main masak-masakan?"

"Hehehe!" Rania mengangguk malu. "Terima kasih masih mengenali saya." Senyum Rania terlihat lepas saat Reza sedikit meliriknya tadi.

"Ya jelas aku masih mengenalimu! Terakhir kali aku bertemu denganmu itu kalau tidak salah kau sudah SMA. Masih baru masuk SMA dan saat itu aku mengantarkan Abian tapi aku tidak turun dari mobil. Waktu itu Abian di gerbang sekolahmu. Ehm, maaf, bukan aku bermaksud untuk mengingatkan momen yang menyedihkan untukmu Rania."

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang