BAB 21: MEMAKSA

1.7K 41 0
                                    

"Amar, orang tuamu sangat baik sekali padaku. Karena kupikir mereka pasti akan marah masalah kejadian di ruangan pesta tadi. Tapi ternyata mereka sangat mensupportku. aku sampai gak enak sendiri."

"Hmm!"

"Hey, kenapa menanggapi malas-malasan begitu?"

"Pertanyaanku saja dari tadi tidak dijawab! Memang aku harus gimana lagi?" Amar mencebik.

"Padahal pertanyaanku sangat mudah! Apa yang kau rasakan dari kecupanku?"

Rania, dari tadi memang tidak menjawab apa yang dia rasa di dalam hatinya saat Amar mengecupnya.

Mereka tadi cukup lama di taman itu, tapi setiap kali Amar kembali pada pertanyaannya, Rania selalu mengalihkan pada pembicaraan lain sampai waktu sudah semakin larut dan dia yakin orang-orang di pesta anniversary orang tua Amar sudah bubar.

Saat itulah Rania meminta Amar untuk mengantarkannya ke Marsha. Rania mau membawanya pulang. Amar tidak bisa memaksa Rania menjawabnya karena di sana juga ada adiknya dan ada kedua orang tua Amar. Jadi memang tidak ada kesempatan untuk Amar bertanya lagi pada Rania.

Sampai saat ini di dalam mobil, Amar masih bersungut kesal meski tidak betul-betul kesal karena dia hanya ingin Rania menjawab rasa itu saja.

"Kau ingin tahu jawabannya?"

Saat ini mereka sudah memasuki parkiran basement dan Amar juga sedang memarkirkan mobilnya di parkiran saat Rania bertanya.

Cukup lama dia mempermainkan perasaan Amar sampai akhirnya melontarkan pertanyaan itu.

"Ya iyalah! Jawab sekarang Rania, please!"

Dan saat mobil sudah dimatikan, Amar menatap Rania dengan penuh harap.

"Saat aku sudah menikah denganmu maka baru kujawab!"

"Rania ayolah! Tega sekali kau tidak mau menjawabnya sekarang!"

Amar hanya ingin tahu perasaan Rania makanya dia kembali memohon mohon pada wanita itu untuk menjawabnya. Tapi Rania tetaplah seorang wanita yang sedikit keras kepala. Dia tidak mau mengabulkan permintaan amar dan bahkan membiarkan Amar terus saja berbisik dan menggodanya di lift. Ini berlangsung sampai mereka sudah di unit apartemen Rania, tetap saja Ibu Marsha tak mau menjawabnya.

"Sudah malam Amar! Waktunya kau pulang!"

"Aku kan sudah bertunangan denganmu jadi aku tidak akan pulang! Aku akan menginap di sini, Rania!"

Amar bicara sambil menghempaskan tubuhnya di sofa tak mau pergi meninggalkan Rania yang kini gemas sangat, tapi Rania selalu punya ide untuk membuat Amar melakukan apa yang diinginkannya.

"Aku akan membuka cincin ini dan itu artinya pertunangan kita sudah selesai kalau kau tetap memaksa untuk tidur di sana!"

"Hey, Rania!"

"Tidak bisa Amar! Sebelum pernikahan kita resmi tidak boleh kau tidur di sini dan tidak ada hubungan lebih dari yang biasanya! Cepat keluar atau kulepaskan cincin ini dalam hitungan ketiga!"

"Haish, calon istriku galak sekali!"

Amar malas-malasan bangun dari sofa dan terpaksa berjalan ke arah pintu di mana Rania sudah membukakan pintu apartemennya.

"Mencium bibirku juga tidak boleh! Tetap di dahiku Kalau kau mau menciumku!"

"Aish! Pelit sekali!"

"Dan karena kau sudah mengatakan aku ini pelit, maka hukuman malam ini, kau tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mengecup dahiku! Sana keluar!"

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang