BAB 72: TAK ADA PERUBAHAN RENCANA

181 15 0
                                    

"Hei Reza, Apa yang sedang kau pikirkan sampai kau serius sekali begitu?"

Reza kepikiran tentang obrolannya di boat bersama dengan kakeknya yang membuatnya sejenak tidak fokus pada David.

"Bagaimana tebakanku? Jadi benar itu caramu untuk meluluhkan kakekmu demi menerima Rania dalam keluarga kalian?"

"Tidak adakah pertanyaan lain yang bisa kau berikan padaku?"  

"Eish, tak ada lah. Jawab dulu pertanyaanku yang tadi itu. Benar tidak?"

"Kau memaksa bosmu untuk bicara sesuatu yang tidak penting?"

"Tak peduli aku, jawab dulu saja yang tadi itu."

Cuma kalau mereka sedang berdua begini, David tahu Reza tidak akan serius padanya. Karena itulah dia berusaha untuk membuat Reza mau jujur padanya.

"Dan kakekmu benar. Cincin pernikahan dari nenekmu dengan kakekmu kan sudah diserahkan pada ayahmu dan diserahkan pada ibumu. Lalu mendiang ibumu pasti menyimpan cincin nikah itu kan? Kau pasti yang menyimpannya. Kenapa kau belum memberikan itu pada Rania? Apa benar yang kau bilang kalau kau menunggu resepsi dan restu dari kakekmu sesuai yang tadi kau katakan itu?"

Cuma meski David belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang pertama dia sudah mencecar Reza lagi dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.

"Kau tahu kita sedang bekerja. Tak perlulah banyak bicara!”

"Ini bukan waktunya jam kerja. Ini sudah malam hari dan kenapa aku harus bekerja malam hari?"

"Karena bosmu di pagi hari dia sibuk dengan kakeknya. Siang hari dia sibuk menemani anaknya dan kemudian di sore hari dia kembali sibuk dengan kakeknya dan juga makan malam. Hanya tersisa malam hari untuk menyelesaikan semua pekerjaan ini. Jadi jangan banyak bicara. Lihat pekerjaanmu!" Kembali David mencebik.

"Reza, tapi aku ingin bicara serius denganmu. Banyak yang ingin kubicarakan.”

"Kau sudah mengecek ini? Aku yakin sekali pelakunya pasti di antara mereka."

Tapi sebelum David kembali fokus pada pembahasan di mana dia ingin tahu perasaan Reza pada Rania, lagi-lagi pria itu menyodorkan sesuatu yang membuat kepalanya makin pening.

"Amar Gunawan. Kau menuduh Amar Gunawan adalah otak di balik serangan yang mengenai dirimu di lift itukah?"

"Aku tidak hanya menuduhnya. Aku disini menitikberatkan pada tiga orang. Kau lihat di sini baik-baik, Dave."

Reza betul-betul mengalihkan David dari pembahasan tentang Rania dan mengarahkannya pada hal yang sedang dipikirkan Reza.

"Giyan Rahardja, Dicky, ini Dicky temen kakaknya Rania si Abian maksudnya? Dan Amar Gunawan, mantan tunangan Rania kan? Kenapa kau bisa menuduh mereka bertiga?"

David kembali mempertanyakan alasan Reza mencurigai tiga orang itu.

"Itu kan lift perusahaanmu bukankah seharusnya yang kau curigai pertama adalah Michael? Oke, Dicky bisa jadi, tapi dia clear, kecelakaan lift sabotase orang luar, kau sudah lihat potongan besi bajanya kan? Dia juga sudah memenuhi panggilan di kantor polisi."

"Tapi kasus masih berlangsung. Belum tentu bukan dia kan? Bukti juga masih dikumpulkan."

"Tapi Reza, bukankah seharusnya kau menuduh Michael?"

Ya. Kenapa harus tiga nama itu? Ini yang membuat David bingung padahal saat David melihat Reza bicara dengan Michael dan mengatakan kalau dia sudah tahu siapa pelakunya yang dipikirkan oleh David jelas itu tuduhan mengarah pada Michael tapi kenapa sekarang yang muncul dari nama-nama inilah yang membuatnya tak paham.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang