BAB 18: PUTRIKU

2.6K 65 1
                                    

'Rania, tenang! Kau Dan Dia tidak punya hubungan apa-apa! Jadi tidak perlu cemas! Kenapa memangnya kalau kau bertunangan dengan Amar? Bukan urusannya!'

Rania sudah tidak berniat untuk kabur saat dia menggunakan otak warasnya. Tapi memang ada satu hal yang kini masih dicemaskannya.

'Aku tidak ingin dia tahu tentang Marsha. Dan aku harus mencoba mengalihkan pembicaraan apapun soal Marsha. Aku harus jelaskan pada Amar supaya tidak membawa-bawa Marsha dulu di acara ini!'

Rania khawatir akan putrinya. Wajah putrinya yang mirip sekali dengan ayah biologisnya ini yang membuat dirinya tak tenang saat mata anak dari Michael sempat meliriknya. Masih sama dengan pandangan pria itu di kantor, kaku dan dingin.

"Nah, Reza, Febry, kenalkan ini teman daddy, Rahma dan Bayu Gunawan. Pemilik Gunawan group departemen store. Nah di sampingnya ini, Amar anak dari Bayu dan Rahma. Lalu di sebelahnya, Rania calon istrinya Amar."

"Rania? Kurasa aku mengenalmu kan? Kau--"

"Selamat malam Tuan dan Nyonya Clarke."

"Oh, Kenapa kau menyebut putra dan menantuku se-formal itu?" Michael yang mendengarnya merasa risih karena di sini mereka dalam jamuan non formal. Makanya Michael langsung memotong sesaat setelah Rania bicara.

"Daddy, Rania ini adalah sekretaris di kantornya Reza."

"Oh, kau jadi bosnya Rania yang sering bikin kekasihku hampir sakit kepala tiap malam ya?"

"Eh, Amar!"

Rania tak menyangka kalau Amar akan menyeletuk seperti itu. Rania jadi tak enak, pias wajahnya.

"Hahaha, aku bercanda Rania! Supaya tidak terlalu kaku."

"Oh, Amar, kukira yang kau katakan itu benar. Aku hampir saja ingin bertanya pada suamiku apa yang sudah dia lakukan pada pegawainya."

"Ah, bercanda saja Febry," ucap Amar lagi sambil mengeratkan pelukannya pada Rania yang masih belum tahu harus tersenyum, tertawa atau melakukan apa dengan candaan Amar yang seratus persen benar itu.

Pikiran Rania mix out.

'Duh, Apa maksudnya dia menatapku begitu? Aku bersalahkan menjadi tunangan Amar? Dia saja sudah menikah, aku bebas dong menentukan pilihanku juga! Lagian aku tak ada hubungan dengannya kan? Kisah kami tak pernah ada, hanya sugar daddy, bukan kisah cinta abadi'

Tatapan Reza memang membuat pikiran Rania jadi ke mana-mana.

"Rania, kau tidak pernah dipersulit kan di kantormu?" untung saja Amar mendistraksinya.

"Tidak Amar, semuanya sesuai dengan desk job. Aku tidak pernah merasa dipersulit bekerja di sana. Ehm, Kenapa jadi canggung begini ya? Hehe!"

"Ah, benar yang dikatakan Rania! Kita kaku begini ngobrolnya," untung tawa garing Rania ditanggapi calon mertua perempuannya.

"Sudahlah, tak perlu bahas-bahas masalah pekerjaan di sini Amar. Oh ya, bagaimana kalau kita mulai saja acaranya sekarang sayang?"

"Hmm, aku setuju Rahma."

Ibunya Amar bisa membuat Rania sedikit bernapas lega. Setidaknya dia tidak lagi harus bicara dengan keluarga dari Reza. Apalagi pria netra pria itu menyorot padanya masih terlihat dingin dan daritadi, Reza belum bicara apapun.

Hanya Febry istri Reza yang tadi ikut dalam obrolan tapi tetap membuat hati Rania terasa panas.

'Jadi, dia mengambil gaun berwarna biru itu untuk datang ke acara ini? Padahal seharusnya aku yang duluan mengambilnya. Dan aku tidak akan pernah membiarkan dia mengambil putriku dengan cara yang sama!'

Sugar Baby Yang Tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang