02

15.8K 832 3
                                    

Ella dan yang lainnya akhirnya pulang dari panti asuhan. Di depan resepsionis, Daffin terlihat marah dengan kepulangan mereka.

Dia menatap tajam Ella yang membuang pandang tanpa peduli. Wanita keras kepala dan suka memukul itu bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.

"Selamat sore, dokter Daffin." sapa dokter-dokter itu, kecuali Ella yang membuatnya kesal.

"Kenapa kamu selalu saja membantah, Ella?" tanya Daffin terus terang tanpa memperdulikan sapaan mereka.

"Kamu kan bisa melakukannya sendiri." jawab Ella ketus.

Hana yang berdiri di samping Ella, langsung menyikut perut sahabatnya yang tidak sopan itu. "Ella, aku akan membunuhmu!" bisik Hana geram.


"Ikut aku!" Daffin menarik tangan Ella membuat semua orang-orang terkejut dengan aksinya. Pria yang tidak pernah bersosialisasi itu membuat mereka semua keheranan.

Sementara Ella sendiri, tubuh terasa melemas, kesadarannya langsung hilang saat itu juga. Dia jatuh pingsan.

..

Dalam ruang pasien. Perlahan-lahan Ella membuka matanya dan menatap sekitar.

"Aku pingsan lagi,” gumamnya. Dia  langsung duduk dan memijat pelipisnya, kemudian memakai jubahnya. Ella segera melengkang pergi dari sana tanpa peduli dengan sosok roh yang menunggunya sadar.

"Ella!" panggil Daffin dingin.

Ella menoleh ke sumber suara. Dia melangkah mundur saat pria dingin itu mendekat. "Apa?" tanya Ella.


"Apa yang sudah kamu katakan pada mamaku?" tanya Daffin datar. Dia marah namun mampu meredamnya dengan baik.

"Hah? Aku bahkan tidak bertemu dengan tante Fina satu minggu ini." Ella kebingungan dengan pertanyaan pria itu.

"Jangan katakan setuju jika dia membahas sesuatu pada mu!"

"Sesuatu yang seperti apa?" tanya Ella karena tidak mengerti maksudnya.

"Hay Ella, sayang!" Sapa Fina yang tiba-tiba datang dengan ketua yayasan, kakek Daffin.

"Mm, halo tante, selamat sore, pak Crish." sapa Ella.

"Apa kamu ada waktu malam ini?" tanya Fina seraya menampilkan senyuman ramah dan manisnya.

"Tidak." jawab Ella seraya menatap Daffin dan menoleh kembali pada wanita itu.

"Ohh. Apa kamu akan keluar dengan Daffin malam ini?" tanya Fina lagi.

"Tidak."

"Iya!"

Ella langsung menatap Daffin. Dia mengerutkan keningnya karena tidak mengerti kenapa pria itu menjawab 'iya'.

"Iya atau tidak, nih?" tanya Crish. Pria tua itu menatap Daffin dan Ella bergantian.

"Iya, aku dan Ella ada pekerjaan." jawab Daffin segera.

"Iya, iya." angguk Ella akhirnya.

"Kalau begitu kalian berdua jangan lupa istirahat yang cukup, yah." ucap Fina. Di pun pergi bersama ayahnya, meninggalkan mereka.

Daffin menghela nafas lega. Pria dingin itu langsung meninggalkan Ella sendiri.

Dulu Ella pernah mabuk dan masuk ke apartemen Daffin. Dia tertidur pulas memeluk pria yang entah bagaimana bisa dia sentuh secara tiba-tiba jika kesadarannya hilang. Kamar apartemen mereka memang bersebelahan.

Daffin mempunyai kebiasaan aneh sejak ayahnya meninggal. Dia memilih untuk tidur di apartemen miliknya alih-alih di kediaman William. Dia tidak suka tidur di rumah mereka sejak saat itu.

Kejadian Ella yang tertidur bersama Daffin itu membuat Fina semakin menyukai Ella. Sebenarnya dia sudah mengenal Ella sejak tiga tahun yang lalu. Ella menyelamatkan seorang anak dengan mengorbankan dirinya dihantam truk besar. Fina menyaksikan itu secara langsung.

"Dokter Ella, ada sesuatu untuk mu dengan nama pengirim Evans Chesa." ucap pegawai resepsionis melalui telepon.

Ella langsung berlari namun lift sudah tertutup. Dengan semangat dia menuruni anak tangga. Wanita berumur 24 tahun itu mempunyai daya tahan tubuh yang bagus. Selain jago bela diri, dia juga mempunyai kemampuan khusus yaitu matanya yang ajaib.

Kakinya terkilir saat mencoba menghindari sosok didepannya. Tubuhnya terjatuh dari tangga dan dia menoleh pada sosok yang bisa dia tembus itu menatapnya khawatir.

"Maaf, apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldian, roh yang terpisah dari tubuhnya yang sekarat selama satu tahun itu mencoba membantu Ella.

Aldian selalu saja mencoba untuk mendekati Ella dengan penuh harap agar wanita itu mau membantunya.

"Dasar hantu sialan!" kesal Ella meringis.

"Aku bukan hantu! Aku roh koma," balas Aldian ikut kesal.

"Dengar, hantu! Aku tidak bisa mengabulkan permintaan mu. Aku hanya dokter baru dan tidak punya akses VIP untuk datang memeriksa mu." Ella berusaha untuk berdiri dan kemudian menuruni anak tangga itu.

"Tolonglah bantu aku. Jika tidak ingin membantuku dengan matamu, bantu aku sebagai seorang dokter!" Pinta Aldian. Dia menggeleng kesal karena wanita itu selalu menghindarinya.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang