Ella menghampiri Victory yang duduk termenung di kursi taman itu. Dia tidak melihat hantu di sekitarnya, tapi dia tidak tahu jika hantu itu memang sudah pergi atau hanya bersembunyi ketakutan karena Daffin juga ikut bersamanya.
"Hai Tor! Bagaimana keadaan mu? Maaf membuatmu menunggu lama." sapa Ella menghampiri.
"Dokter Ella! Tidak apa-apa, sebenarnya satu jam bukan apa-apa karena aku memang sangat ingin menemui mu." balas Victory semangat.
Victory menoleh pada Daffin yang berdehem dan kemudian menatap Ella kembali. "Sebenarnya aku ingin berterimakasih padamu. Aku tidak tahu bagaimana hidupku kedepannya, tapi aku sudah merasa tenang kembali." ujar Victory.
Ella duduk di samping pria itu dan siap mendengarnya. Sementara Daffin berdiri berpangku tangan dan bersandar di pohon mendengarkan mereka.
"Aku minta maaf karena tidak bisa mengembalikan ini sesuai dengan perjanjian kita, ini sangat membantu." Victory mengembalikan gelang yang dipinjamkan oleh Ella.
"Apa mungkin kamu sudah .."
"Benar. Aku sudah meninggalkan kecurangan ku dan karirku hancur." Victory terdiam sejenak.
"Aku minta maaf untuk itu." gumam Ella.
"Tidak! Aku sangat berterimakasih pada mu dok, kenapa kamu begitu rendah hati? Dan... semua sudah berakhir." Victory menundukkan kepalanya penuh duka.
"Semua akan baik-baik saja." Ella menepuk pundak pria itu untuk menenangkannya.
"Ibuku meninggal kemarin." gumam Victory pelan. Suaranya bergetar penuh luka.
Ella terdiam.
"Aku melakukan kecurangan itu untuk membahagiakan ibu, dan dia sudah meninggalkan ku. Apa lagi alasan ku untuk hidup?" lirih pria itu.
"Aku turut berdukacita. Sungguh, aku minta maaf." Ella memeluk pria yang menangis itu.
"Itulah mengapa kamu tidak boleh melakukan hal curang, apalagi melakukan pesugihan." batin Ella.
Beberapa saat kemudian, tangis pria itu mulai mereda.
"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Jika kamu butuh teman cerita, kamu bisa menemui ku kapan saja. Aku akan mendengar mu." ujar Ella menepuk-nepuk punggung Victory.
Daffin membuang pandangannya. Sejak menikah dengan Ella, dia sangat tidak suka jika istrinya itu dekat dengan pria lain. Dia menganggap pernikahan itu benar-benar mengikat mereka dan Ella memanglah istrinya, meski tujuan pernikahan mereka adalah menyenangkan keluarganya, terkhusus kakeknya yang sekarat.
"Gelang ini untukmu saja." ucap Ella.
"Tidak! Aku tahu kamu lebih membutuhkannya, dok. Terimakasih untuk semuanya, dokter Ella " ujar Victory mencoba terdengar tegar.
"Akan ku balas kebaikan mu suatu saat. Berbahagialah," ucapnya dan pamit pergi.
Ella menatap punggung pria itu kemudian menundukkan kepalanya. Dia sangat sedih atas apa yang telah menimpanya.
"Nyonya William, anda benar-benar rendah hati." ucap Daffin sambil duduk di sebelah Ella.
"Kenapa kamu memberikan gelang mu? Bantuan apa yang kamu berikan padanya?" tanya Daffin pada istrinya.
Ella mengangkat kepalanya dan menatap Daffin. Dia memegang wajah Daffin dengan kedua tangannya. "Berisik!" ucap Ella dan langsung meninggalkan pria itu.
"Ella!" panggil Daffin menghampirinya.
"Apa?"
"Aku cemb..."
"Ella!" sapa Alex saat melihat sahabatnya berlalu.
"Alex!" balas Ella dan melambai.
Daffin langsung melingkarkan tangannya di pinggang Ella, dia merangkulnya dengan posesif.
"Ada apa? Lepas!" ucap Ella namun Daffin tidak mengindahkannya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Apa sedang menjenguk seseorang?" tanya Ella pada Alex.
"Aku dan tim membawa korban ke sini. Dia masih belum sadar." jawab Alex pada Ella, lalu membalas tatapan tidak suka Daffin itu.
"Benarkah?"
"Itu kasus yang aneh. Kami tidak mendapatkan petunjuk sama sekali." ujar Alex meyakinkan.
"Kalau begitu bekerja keraslah!" timpal Daffin dingin.
"Tentu!" balas Alex tersenyum miring.
"Aku tidak suka suasana seperti ini, mereka membuatku tidak nyaman." batin Ella. Tatapan tajam keduanya benar-benar tidak bersahabat.
"Ayo, sayang." ucap Daffin lembut sembari membawa Ella dari sana.
"Dah, Alex!"
"Sampai jumpa, Ella." balas Alex melambai pada Ella.
"Lepaskan, sayang!" ucap Ella menggoda pria yang kesal itu.
"Kamu terlalu bebas, Ella! Kamu tidak boleh dekat dengan pria lain, ingat bahwa kamu adalah istri Daffin William." ucap Daffin mengencangkan pelukannya.
"Dekat bagaimana?" tanya Ella.
Daffin menatap marah istrinya.
"Baiklah. Aku tidak akan dekat dengan mereka, puas? Sekarang lepaskan atau aku akan menghajar mu," ujar Ella.
"Menghajar ku? Bagaimana?" Daffin mendekatkan wajahnya pada wanita itu, dia menganggap remeh ancamannya.
Sementara Ella, dia berjinjit dan mencium bibir Daffin sekilas. "Begitu," ucapnya pada pria yang terdiam itu.
Daffin tersenyum miring. "Kamu tidak takut lagi dengan ancaman ku ternyata." ujarnya.
Daffin meraih tekuk Ella dan menyambar bibirnya, dia melumatnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Your Eyes
Terror(akan direvisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman. Ella Chesa adalah wanita yang mampu melihat mereka yang tak kasat mata, hidupnya yang selalu saja...