29

8.3K 514 1
                                    

"Aku harus meminta tanda tangan kepala desa untuk menyetujui program kita kemarin. Semoga saja pengajuan kita diterima agar desa Niskalawi menjadi maju," ucap Vero.

Ella yang mendengarnya langsung menghampiri  mereka. "Bisa aku ikut? Atau aku saja yang ke Niskalawi." ujar Ella penuh antusias.

"Kamu pasti menyukai desa itu." timpal Farel.

"Ya, aku menyukainya! Sebenarnya aku ada urusan juga, makanya aku ingin ikut. Boleh ya, dokter Vero?" ujar Ella dengan puppy eyes -nya.

"Aku akan pergi dengan Farel." tolak wanita paruh baya itu.

"Si Farel tidak usah ikut," balas Ella masih berusaha.

"Kenapa aku tidak ikut?" potong Farel menggeleng. Dia tidak terima karena dia sendiri pun menyukai desa yang sangat asri itu.

"Sebenarnya apa yang membuatmu ingin sekali ke sana?" tanya Vero.

"Sesuatu yang penting. Bisa ya, bisa?" Ella bergelayut manja padanya.

"Tentu saja bisa, Ella. Tapi aku tidak mau kehilangan pekerjaan ku karena membawamu ikut bersama kami walau satu hari," ucap Vero.

"Itu artinya aku bisa ikut, kan? Aku akan izin pada Daffin dan kakek. Terimakasih, dokter Vero. Aku menyayangimu!" ucap Ella bersemangat. Dia pun berlari meninggalkan mereka.

"Dia terlalu bersemangat," gumam Vero menggeleng. Dia melihat Ella yang melompat kegirangan itu.

"Aku mendengar dia selalu pergi ke satu rumah untuk menemui anak yang bernama Arumi selama kita di sana. Jika banyak yang menyukai Ella, ada juga yang tidak menyukainya." ucap Farel.

"Apa maksud mu?" tanya Vero tidak mengerti.

"Aku tidak sengaja melihat sepasang kekasih yang mengumpat pada Ella karena dia membantu mereka mencari anak hilang itu. Sepasang kekasih itu sangat aneh, mereka selalu menutup diri dan muncul jika Ella ikut bersama kita. Tapi kurasa itu hanya pemikiran ku saja."

Sementara itu Ella berlari dan menghampiri Daffin. Ternyata suaminya sedang sibuk di ruangannya bersama tiga orang pria yang tidak Ella kenali dan ada Adrian juga.

Mereka semua menoleh bersamaan saat Ella masuk tanpa permisi.

"Ada apa?" tanya Daffin pada Ella yang ngos-ngosan.

"Kamu sedang sibuk? Maaf menganggu kalian, silahkan dilanjut," ucap Ella hendak menarik pintu kembali.

"Nyonya William, anda tidak perlu segan begitu. Kami teman-teman Daffin." ucap salahsatunya.

"Tidak mengingat kami? Kami hadir di pernikahan kalian." timpal yang lain.

Ella tersenyum kikuk dan mengangguk.

"Kenapa, sayang?" tanya Daffin lagi.

Ella menoleh dan melambaikan tangannya agar Daffin mendekat padanya. Daffin pun berdiri dan menghampiri Ella.

"Aku ingin ikut bersama dokter Vero dan Farel ke Niskalawi, mereka akan ..."

"Tidak boleh!" Daffin yang mengerti kemana arah pembicaraan istrinya langsung menolak dengan segera.

"Kenapa? Aku akan pergi! Sebenarnya aku tidak perlu izinmu, setidaknya aku memberitahu saja. Aku akan tetap pergi," ujar Ella.

"Kamu tidak boleh pergi, Ella." ucap Daffin lembut kemudian memeluk istrinya.

"Aku akan tetap pergi. Lepaskan!" bisik Ella kesal.

"Tidak boleh, sayang. Itu tempat yang jauh dan aku tidak bisa jauh-jauh darimu." ujar Daffin.

Ella terbelalak "Hah?"

"Kamu tidak boleh pergi!" ucap Daffin.

"Aku akan tetap pergi sore ini. Jangan melarang ku!" balas Ella bersikeras dengan keinginannya.

"Kamu tidak boleh pergi atau aku ..."

Ella berjinjit dan langsung mencium Daffin. "Mencium ku? Aku tidak takut!" sela Ella. Dia akan senang hati mencium Daffin.

"Kamu sangat berani. Tapi aku serius, kamu tidak boleh pergi ke sana." ucap Daffin sambil tersenyum miring.

"Aku akan pergi, sayang. Urus saja urusanmu." balas Ella santai dan meninggalkan Daffin yang menggeleng.

"Dia pikir aku akan takut dengan ancamannya? Aku bahkan bisa menciumnya setiap saat." gumam Ella dan langsung memasuki lift.

Ella berjalan santai menghampiri Vero yang sedang makan siang.

"Daffin mengizinkan ku," ujarnya tersenyum manis.

"Benarkah? Kamu pasti berbohong!" ucap Vero tidak percaya.

"Sungguh!" balas Ella cepat.

"Baiklah. Kita akan langsung pulang juga." Vero mengangguk membuat Ella merasa senang.

Sore pun tiba.

Ella yang baru datang melihat Daffin mengobrol bersama Vero dan Farel.

"Kita berangkat sekarang." ucap Vero.

"Ayo, sayang." Daffin meraih tangan Ella dan menggandengnya.

"Ada apa ini?" tanya Ella melotot.

"Aku akan ikut. Tidak akan kubiarkan kamu pergi tanpa ku, atau kakek akan marah. Aku juga sudah mengurus semuanya." jawab Daffin.

"Hanya satu hari. Kamu di sini saja," ucap Ella tidak setuju.

Daffin menundukkan tubuhnya dan menatap Ella lekat. "Apa yang membuatmu begitu keras kepala?" ucapnya seraya menyelidik wajah istrinya.

"Mereka sudah menunggu. Ayo, butterfly." Daffin menggandeng tangan Ella dan mengajaknya ke bus.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang