(akan direvisi)
Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman.
Ella Chesa adalah wanita yang mampu melihat mereka yang tak kasat mata, hidupnya yang selalu saja...
"Ella!" teriakan Fina membuat Ella menghentikan makan malamnya.
"Kenapa teriak, ma?" kata Daffin.
Fina tidak peduli dengan perkataan anaknya. "Selamat, sayang. Mama bahagia sekali," ucap Fina berlari meninggalkan Fajumi yang mengiringi langkah Crish.
Fina langsung memeluk Ella dengan bahagia. "Hello, baby William. Ini granny Fina." ucap wanita itu seraya mengelus perut menantunya.
"Geli, ma." kekeh Ella.
Fina mengelus wajah Ella dan mencium kening menantunya. "Terimakasih, sayang." ucap Fina.
"Lanjutkan makannya. Kami punya sesuatu untuk kalian." ujar wanita itu dan memutuskan untuk duduk di sofa.
"Kamu memberitahu mereka?" tanya Ella pada suaminya.
Daffin menggeleng. "Mereka tahu sendiri. Mungkin Maya yang memberitahu tadi." jawab Daffin mencium pucuk kepala Ella.
Mereka pun menyelesaikan makannya dan menghampiri keluarganya yang menunggu dari tadi.
"Apa aku bisa mengelus perut mu?" tanya Fajumi gemas dan Ella mengangguk.
"Ini granny Fajumi. Tumbuh yang sehat ya, baby William." ucap Fajumi lembut.
"Terimakasih, Ella. Kamu benar-benar memberikan kebahagiaan bagi keluarga kita." ujar Crish tersenyum bahagia.
Ella tersenyum dan mengangguk.
"Sudah, tante? Ella tidak nyaman." ucap Daffin terdengar cemburu.
"Sudah! Sudah!" kekeh Fajumi mengangkat kedua tangannya dari perut datar itu.
Daffin melingkarkan tangannya di pinggang Ella dan mengelus lembut perut Ella.
"Kami punya banyak hadiah buat Ella. Awalnya aku dan kakak ingin membelikan peralatan bayi, tapi kita belum tahu baby William perempuan atau laki-laki." ucap Fina.
Ella menggeleng saat beberapa pekerja Crish datang membawa banyak barang. "Tidak perlu repot begitu." ujar Ella.
"Siapa yang bilang repot? Itu bahkan belum seberapa." kekeh Fina.
Mereka pun mengobrol bahagia. Suara tawa ditengah obrolan mereka menggambarkan betapa bahagianya keluarga itu.
Malam pun kian larut.
Daffin mengiring istrinya menaiki anak tangga dengan perlahan.
"Aku bisa sendiri, Daffin." ucap Ella namun Daffin malah menggendongnya.
Daffin membawa istrinya menuju kamar. Setibanya di sana, dia membaringkan Ella dengan perlahan dan ikut berbaring di sampingnya.
"Baby William, jangan buat mommy lelah, ya sayang," ujarnya sembari mengelus perut istrinya.
Ella tertawa kecil.
"Terimakasih, Ella. Aku menyayangimu." ucap Daffin mencium bibir Ella dengan lembut.
Ella menatap Daffin berkaca-kaca. "Aku mau stroberi, daddy." ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Yes, butterfly. Everything for you." ucap Daffin. Dia mencium kening istrinya dan tersenyum.
Daffin turun ke dapur untuk mengambil stroberi. Dia mencucinya bersih dan mengeringkannya.
"Apa ada yang bisa kami bantu, tuan?" tanya bi Tia.
"Jaga agar semua makanan tetap segar dan sehat. Rumah harus bersih, jangan biarkan Ella menyentuh dapur dan benda-benda berbahaya!" Perintah Daffin dan langsung meninggalkan mereka.
Daffin memasuki kamar dan menghampiri Ella yang sedang memainkan ponselnya.
"Terimakasih, Daffin." ucap Ella segera menerima buah itu. Dia langsung memakannya dengan lahap.
Daffin mencium bibir Ella dan menyeka bibirnya yang basah karena stroberi itu.
"Ini sangat manis. Kamu mau?" kata Ella.
Daffin menggeleng. "Aku sudah mencobanya, makan saja." tolak Daffin dan tidur di paha Ella. Dia menciumi perut Ella dan mengelusnya.
Ella menatap Daffin dan tersenyum. "Makan, ya?" pinta Ella menyuap Daffin.
Daffin pun langsung memakannya. Dia tidak mau istrinya itu sedih. Walaupun dia seorang dokter, dia masih butuh banyak belajar untuk mengerti dan merawat istrinya yang hamil. Mengingat Ella adalah wanita keras kepala, mungkin dia harus lebih banyak bersabar kedepannya.
--o0o--
Daffin terbangun karena pergerakan tiba-tiba dari Ella pagi ini.
Ella berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.
"Sayang? Kamu baik-baik saja?" Daffin dengan buru-buru memijat punggung dan leher istrinya.
Dia membersihkan wajah Ella dan memberikan air untuk berkumur. "Maaf membuatmu harus melewati semua ini." ucap Daffin memeluk erat tubuh wanita itu. Dia benar-benar tidak tega melihat istrinya seperti itu.
Dia melepaskan pelukannya dan menatap Ella yang tidak merespon. "Kenapa, hm?"
"Aku lapar," gumam Ella.
"Kamu ingin makan apa, sayang?" tanya Daffin.
"Terserah. Apa saja asal kamu yang memasaknya." jawab Ella cengingisan.
"Oke! Anything else, love?" tanya Daffin.
"Mana morning kiss ku?" kata Ella menunjukkan senyumannya yang manis.
Daffin terkekeh. Dia mencium kening Ella, mencium pipinya, dan mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.
"Di sini boleh?" tanya Daffin menunjuk leher dan dada Ella.
Anggukan setuju Ella membuat Daffin langsung mengecup leher Ella. Dia mengisapnya sampai meninggalkan bekas merah, dan ciumannya pun turun ke dada wanita itu.
"Sudah. Baby William pasti sudah lapar." ucap Daffin. Dia pun mencium perut Ella.
Dia mengangkat tubuh Ella dan membawanya turun ke dapur.
°°°°
Hay Ezeng!!! Terimakasih sudah mampir <3
Oh ya, author udah up UNSAID nihh Langsung cekidot yaaa heheh^^^
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.