16

9.6K 600 2
                                    

Suara ketukan dari luar membuat Ella terbangun. Dia melihat Daffin yang sudah selesai mandi dan tengah mengangkat bahunya ikut bingung.

"Ella, Daffin! Mama udah masak. Makan dulu, sayang." panggil Fina dari luar.

"Iya, ma." sahut Daffin.

Daffin meletakkan handuknya di kursi dan menoleh pada Ella yang menguap. "Mandi dan turun dengan cepat," ucap Daffin.

"Tunggu! Kamu jangan keluar sendiri, tunggu aku." Ella langsung melompat turun dari kasur. Dengan buru-buru wanita itu memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap.

Sekitar tiga puluh menit dia mendapati Daffin yang sudah rapi tengah menunggunya.

"Aku tidak mau di cap sebagai menantu yang buruk. Masa suami bangun lebih awal dari istri?" ujar Ella sembari memoles wajahnya dengan day cream dan memakai liptint.

"Kenapa kamu harus berpura-pura menjadi orang lain? Mama sudah tahu kamu itu wanita pemalas." ucap Daffin dengan santainya.

Ella memutar bola matanya malas. "Cepatlah!"  Dia menggerutu kesal.

"Tunggu sebentar." Daffin menghampiri istrinya dan menyisihkan rambut Ella ke belakang.

"Apa kamu ingin melakukannya lagi? Tidak boleh!" ucap Ella menahan tangan Daffin.

Daffin menatap netra yang panik itu. "Kamu ingin semua ini berjalan dengan baik, bukan? Jangan melawan!"

Daffin mencium tekuk leher Ella dan mengisapnya dengan lembut.

Suara erangan Ella yang ditahan membuat Daffin harus menahan hasratnya juga. Dia menggigit gemas leher Ella dan menatap wanita itu.

"Ayo, sayang." ucapnya membawa Ella turun.

"Selamat pagi! Apa yang kalian lakukan selama itu? Mama harus menjaga makanannya tetap hangat, deh." ucap Fina menyambut mereka.

"Ella mandinya lama, ma." jawab Daffin sembari menarik kursi Ella agar mereka duduk berdekatan.

Ella hanya bisa terbelalak dan menatap Daffin keheranan.

"Jangan dilihatin terus Daffin-nya. Makan, sayang." ucap Fina membuat Ella langsung membuang pandangannya.

"Apa tidurmu nyenyak sayang?" tanya Fina pada menantunya.

Ella menoleh dan mengangguk mantap. Tidurnya memang terasa nyaman dan nyenyak seolah-olah di peluk oleh boneka beruang lembut dan hangat.

"Temani mama ke suatu tempat, yah? Hari ini kan libur." Fina menatap menantunya kemudian menoleh pada putranya. "Pernikahan kalian sudah empat bulan, Ella-nya sudah bisa mama pinjam untuk jalan-jalan, kan?" tanya Fina menggoda mereka.

Fina memang sangat sering berkunjung ke rumah mereka akhir-akhir ini. Dengan terpaksa kedua orang itu harus tidur di atas kasur yang sama, dan melakukan drama pagi.

"Mau, ya sayang?" pinta Fina pada Ella.

"Kemana, ma?" tanya Daffin.

"Belanja ke mall, sekalian temani mama arisan, bisa kan Ella sayang?" Ucap Fina dan akhirnya Ella mengangguk.

"Jangan pulang malam, ya ma." ujar Daffin.

"Tenang. Mama akan jaga istri kamu yang jago berantam ini." kekeh Fina merasa senang. Sebenarnya dia tidak ingin mengganggu waktu bersama mereka, namun dirinya pun sangat ingin menghabiskan waktu bersama menantunya. Dia tidak punya putri, dan  dia akan memanjakan menantunya untuk semua keinginannya memiliki putri sedari dulu.

Ella menatap ibu dan anak itu sambil menggeleng. Dia dijaga dari apa? Hantu saja bahkan takut padanya.

..

Ella dan Fina memasuki pusat perbelanjaan besar di tengah kota itu.

Fina mengajaknya ke toko pakaian dan membelikan Ella banyak sekali pakaian. Ella sudah menolak, namun wanita itu terlalu pemaksa. Entah kemana Ella akan menumpuknya nanti.

"Ma, udah ya? Ella lapar." ujar Ella pada wanita yang sibuk memilih sepatu itu. Dia langsung menyuruh pegawai yang disana membungkus tanpa dicoba karena sudah tahu ukuran sepatu Ella. Kedua pengawal yang mengikuti mereka terlihat kewalahan dengan belanjaan itu.

"Kamu mau makan apa, sayang?" tanya Fina.

"Terserah ma, aku ngikut aja." jawab Ella.

Mereka pun memutuskan untuk makan di restoran Perancis. Keduanya duduk dan mengobrol santai sembari menunggu pesanan mereka.

"Mm? Ella Chesa?" Seorang pria menghampiri mereka.

"Alex, sudah lama tidak melihatmu." balas Ella mengenali teman lamanya itu. Dia menerima jabatan tangan pria itu dan memeluknya karena rindu.

Perhatian keduanya berfokus pada Fina yang tiba-tiba batuk.

"Perkenalkan, aku Fina ibu mertua Ella, jadi tolong jangan menggenggam tangan menantuku lama-lama." ucap Fina terdengar dingin.

"Kamu sudah menikah, Ella?" tanya Alex terkejut. Dia mengerutkan keningnya.

Ella hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tidak mengundang  ku? Maksudku tidak memberitahu ku sama sekali?" tanya Alex seolah tidak terima.

"Maaf," gumam Ella.

Alex tersenyum getir lalu mengangguk-angguk. "Aku sedikit kecewa tapi tidak apa-apa. Jadi bagaimana kabarmu dan keluarga kecilmu?"

"Aku baik, seperti biasanya masalah-masalah masih takut padaku. Usia pernikahan kami sudah memasuki bulan kelima dan semua baik-baik saja." jawab Ella.

"Nomormu sudah ganti? Aku ingin mengabari mu juga jika nanti aku akan menikah." ucap pria itu seolah-olah menyampaikan kekecewaannya pada Ella.

"Maaf."  Ella tersenyum dan memberikan nomor ponselnya yang baru.

"Permisi, bu. Semoga hari kalian menyenangkan.  Sampai jumpa, Ella!" ucap Alex dan melengkang pergi.

Fina menatap menantunya yang duduk kembali. "Teman kamu banyak ya, Ella?" ucap Fina.

"Tidak, ma. Dulu Ella bahkan tidak punya teman, hanya sedikit yang mau berteman sama Ella dan Alex salah satunya." balas Ella menjawab.

"Tidak apa-apa, sayang. Tapi kamu tidak perlu berteman dengan pria lagi, kan udah ada Daffin. Dia tipekal pria yang cemburuan mirip papanya."

Ella terkekeh dan mengangguk menanggapinya.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang