14

9.1K 565 0
                                    

Hari ke tujuh di desa Niskalawi dan Ella jatuh sakit. Sekujur tubuhnya lemas dan dia tidak bisa ikut bersama teman-temannya pergi sosialisasi di sekolah desa itu.

Dirinya hanya bisa duduk lemas di penginapan mereka bersama Vero yang menemaninya dan juga pemilik penginapan.

"Apa masih demam?" tanya Vero dan Ella menggeleng. Dia mengambil kopi Ella dan menukarnya dengan teh hangat.

"Itu mungkin karena perubahan suhu." tebak pemilik penginapan itu.

"Benar, pak. Di sini sangat dingin dan segar, aku langsung demam dan pilek deh." kekeh Ella.

Atensi mereka teralihkan. "Ada apa?" Mereka bingung saat mendengar suara ramai di luar yang semakin mendekat.

Mereka pun keluar dan menemui warga yang datang menghampiri.

"Kami mendengar dokter Ella sakit, jadi kami datang." ucap salah satu dari mereka.

Ella mengerutkan keningnya. "Aku baik-baik saja, bu. Sungguh," ucap Ella.

"Aku melihat mu menarik sampah di parit ketika hujan deras kemarin, itu yang membuat kamu sakit kan, nak?" Salah atu dari mereka mendekat dan memegang tangan Ella.

"Kamu juga membantu kami mencari putriku yang hilang semalam. Aku tidak sempat berterimakasih, bagaimana bisa kamu menemukannya di tengah hutan yang gelap?" Salah satu wanita lainnya menghampiri dan memeluk Ella.

Mereka menatap Ella yang hanya cengir kuda dan kemudian menyeka hidungnya yang berair. Tidak mungkin Ella mengatakan jika hantu ayahnya yang membantu dirinya mencari anak hilang itu, kan?

Setelah mencari anak itu, hujan turun deras dan dia melihat aliran selokan yang tersumbat. Tanpa berpikir panjang dia langsung menarik semua sampah itu dengan tangan kosong.

"Kami membawa obat herbal yang bisa mengobati demam. Kami tahu kalian dokter, tapi cobalah ini," ucap salah satu mereka. Satu-persatu memberikan jamu dan minuman herbal lainnya.

"Terimakasih, bu. Aku jadi merepotkan kalian." Ella tersenyum canggung.

Wanita-wanita itu memberikan banyak barang pada Ella. Mulai dari jamu tradisional, buah-buahan, dan makanan. Meski dia menolak, mereka memberinya secara paksa.

--o0o--

Seminggu sudah berlalu.

Di hari kedelapan in, tim RS-W mengadakan acara perpisahan sederhana sebelum berangkat siang nanti.

Ella punya kesan tersendiri di desa ini, meski masih banyak hal yang ingin dia telusuri lebih jauh. Dia bisa merasakan hawa yang bertentangan diantara makhluk-makhluk yang ada disana, bisa ia simpulkan bahwa makhluk disana ada yang baik dan tidak baik, dan yang lemah juga kuat.

Dia mendengarkan pidato terimakasih yang disampaikan oleh kepala desa Niskalawi walaupun fokusnya sering terganggu dengan para hantu yang bergentayangan.

Pandangan Ella tertuju pada sosok yang tiba-tiba bersembunyi di balik pohon. Makhluk yang samar-samar itu langsung menghilang begitu saja di balik pohon besar itu.

Ella menyembunyikan kemampuan melihat hantunya dengan baik dari para hantu itu, lantas mengapa makhluk itu bersembunyi seperti itu? Bahkan dirinya saat mencari anak hilang itu di hutan, para hantu nampak mengawasi, namun tidak satupun yang mendekati seolah ada yang mereka takuti.

"Kak Ella?" panggil Arumi menarik jubah Ella dengan pelan.

"Iya, Arumi?" Ella berjongkok dan mengelus rambutnya yang selalu berantakan. Sepertinya Arumi akan tumbuh besar seperti dirinya kelak, banyak kesamaan diantara mereka berdua.

"Apa kakak akan pulang?" tanyanya.

"Iya, sayang. Arumi sedih ya, kakak pulang?" tanya Ella balik dan anak itu mengangguk seraya memanyunkan bibirnya.

"Katanya Arumi mau jadi dokter, kan? Nanti kakak tunggu kabar baiknya." ucap Ella sembari memberikan stetoskop miliknya pada gadis itu.

Arumi tersenyum bahagia dan menerimanya.

"Habis bantuin kakek sama nenek, jangan lupa belajar dan istirahat. Oke?" Ella mengelus lembut pucuk kepala anak itu.

Arumi mengangguk semangat dan menautkan jari kelingkingnya sebagai tanda janji mereka.

Ella memeluknya hangat dan membiarkan anak itu kembali bermain bersama teman-temannya.

Acara perpisahan itu pun selesai. Sebagaimana mereka menyambut, mereka melepaskan tim medis itu juga dengan hangat. Tidak sedikit yang kesal dengan  kedatangan mereka yang seolah-olah mendidik dan mengubah cara berpikir, namun tentunya akan lebih banyak yang menyukai mereka karena kehangatan tim RS-W dan semua bantuan tulusnya.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang