07

11.2K 658 1
                                    

Ella memeluk tubuhnya sendiri saat angin malam di pantai mulai menusuk sampai ke tulangnya.

"Ini sangat dingin." gumamnya. Dia  berjalan sendiri ke penginapan mereka.

Mereka sudah dua minggu di sana untuk honeymoon, dan keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Ella sering merasa bosan, jadi dia selalu saja berjalan-jalan di bibir pantai atau pergi berkelana untuk sekedar mencari makanan di luar.

"Aku pulang," ucapnya setiba di penginapan. Wanita itu langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Penginapan mereka memang dihias layaknya untuk sepasang pengantin baru, namun keduanya menikah tanpa cinta.

Beberapa saat kemudian Ella keluar dengan balutan handuknya. Daffin akan pulang larut karena pria itu tengah mengurus sesuatu, jadi dia bisa santai seperti biasanya. Pria itu memang menepati janji untuk tidak saling menyentuh. Tapi tidak akan ada yang tahu kedepannya.

Ella mengganti pakaiannya dan langsung berbaring di sofa sembari memainkan ponselnya.

"Aku pulang," ucap Daffin yang baru tiba membuat Ella langsung bangun.

"Mm... aku ingin keluar, apa bisa?" tanya Ella langsung.

"Kemana? Sama siapa?" tanya Daffin balik. Dia pun segera duduk di depan istrinya.

"Sendiri, aku ingin mengurus sesuatu." jawab Ella sekenanya. Ella keluar tanpa izin kemarin dan pria itu memarahinya habis-habisan.

Daffin menggeleng. "Ini sudah malam, Ella. Pergilah besok." tolaknya.

"Tapi tempatnya buka di malam hari, aku akan pergi." kesal Ella menggerutu. Mengingat pernjanjian mereka, tidak seharusnya pria itu melarangnya seperti ini.

"Kalau begitu aku akan mengantarmu."

Ella menggeleng dengan segera. "Tidak! Kita sudah berjanji untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain."

"Tapi kamu istriku, Ella! Bagaimana jika di luar sana ada yang ingin melakukan hal buruk padamu? Bisa-bisa mama dan yang lainnya membunuh ku." tolak Daffin tegas.

"Aku bisa bela diri, tenanglah." Wanita keras kepala itu langsung memakai jaketnya dan melenggang pergi.

Daffin berdecak kesal. Dia menatap istrinya sambil menghela nafasnya. Ella adalah satu-satunya orang yang berani menentangnya.

Sementara itu, sejurus kemudian Ella sudah tiba di tujuannya. Langkah Ella terhenti di sebuah toko cidera mata kuno. Bangunan itu memberi hawa mistis baginya. Dia ingin mencari sesuatu yang mungkin berhubungan dengan kemampuannya. Meski dia sudah terbiasa dengan keadaannya, masih banyak makhluk yang mencoba mengganggunya dan mencelakainya.

Dia memasuki toko yang seolah-olah ingin menariknya lebih dalam itu.

"Selamat datang," ujar wanita tua si pemilik toko menyambut.

Ella membalas sapaannya dengan senyuman. Dia langsung berjalan melihat-lihat seisi ruangan itu. Barang-barang antik, hiasan khas pantai, dan buku-buku tua.

"Hawanya mistis, tapi tidak ada makhluk di sini." gumamnya. Dia memperhatikan buku-buku yang di susun rapi itu sambil mengeja tiap judulnya.

Dia melanjutkan langkahnya pada meja yang memamerkan barang-barang indah itu, kumpulan benda usang namun dirawat dengan baik. Ada pula yang nampak berkarat, dan mungkin sudah tidak bisa lagi digunakan.

Ella menyentuh kompas yang ada disana, lalu meraih kalung dengan liontin perak.

"Benda-benda ini sangat keren!" gumamnya. Ella kemudian menyentuh timbangan kecil seraya memperhatikan jenis barang itu.

"Ada yang bisa saya bantu? Kamu mencari sesuatu, nak?" Wanita tua itu menghampiri Ella.

Ella menoleh lalu tersenyum manis. "Maaf, bu. Jika melihat-lihat dulu boleh, kan?" balas Ella ramah.

"Tentu, silahkan." Wanita itu mengiyakan. Dia nampak memperhatikan Ella begitu serius.

"Sepertinya kamu sudah menikah, aku suka kedua cincinmu." ujar wanita tua itu ramah.

"Benar, bu. Aku sudah menikah." jawab Ella. Wanita itu tersenyum dan mengangguk mendengarnya, dan kemudian meninggalkan Ella sendiri.

Ella menatap wanita tua itu berlalu sampai menghilang dari pandangannya. Dia pun kembali mengamati rak buku, dan mengambil beberapa buku di sana. Dia membawanya ke kursi dan membacanya dengan santai. Dia merasa nyaman karena keadaan toko itu sepi, hanya ada dia dan dua pengunjung lainnya.

Ikatan dan hubungan pasangan, membuat seseorang aman dari gangguan makhluk namun ini tidak selamanya menjamin keamanan mereka. Makhluk-makhluk mempunyai kemampuan yang berbeda, sama halnya dengan aura manusia, ada manusia yang mudah dikendalikan dan ada manusia yang bisa mengancam para makhluk walaupun hanya dengan kehadirannya.

Ella menggerutu kesal karena halaman selanjutnya sudah robek. Bekas robekan dengan noda kuning dan lembar yang mulai berjamur itu, menandakan kerusakan buku itu sudah sejak lama.

Dia meraih ponselnya dan melihat pesan Daffin yang menyuruhnya pulang. Pria itu meminta lokasi Ella karena dia akan menjemputnya langsung.

Ella memutuskan untuk pulang. Dia mengambil hiasan dari kerang dan menghampiri wanita itu di kasir. Sebenarnya dia tidak ingin membeli apapun, namun dia merasa tidak enak hati karena sudah menghabiskan waktu selama dua jam disana.

"Tidak apa-apa, bu." ujar Ella ramah menolak kembalian itu.

Wanita pemilik toko itu tersenyum. "Terimakasih, kamu sangat baik. Ini untukmu, semua pelanggan kami selalu mendapatkan ini." ucap wanita itu memberikan gelang hitam padanya.

Ella mengangguk ramah dan menerimanya kemudian keluar dari toko itu.

Dia disambut Daffin dengan wajah dinginnya. "Apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini? Ini sudah sangat larut, Ella!"

"Kenapa kamu peduli?" cetus Ella dan langsung masuk ke mobil.

"Wanita ini!" Daffin menghela nafasnya dan menggeleng. Ella benar-benar menguji kesabarannya.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang