49

6.6K 383 0
                                    

Di sebuah tempat asing, dalam gedung besar yang kumuh. Sebuah ruangan tersusun rapi dan bersih layaknya rumah, ruangan itu sangat berbeda dengan ruangan lainnya dan tampilan luar gedung yang tidak terurus di tengah hutan.

Ella mengerjapkan matanya dan menatap tempat baru itu. Dia mengelus perutnya dengan lembut guna  meredakan kepanikannya.

"Di mana aku?" Gumamnya menatap sekitar dengan hati-hati.

Matanya tertuju pada kenop pintu yang bergerak. Seseorang dengan tampilan tertutup rapat oleh pakaian hitam itu sangat dikenalinya, dialah pria dalam mimpinya.

"Halo sayang, akhirnya aku bisa melihat mu langsung!" Ucap pria itu.

"Siapa kamu? Apa mau mu?" Tanya Ella panik saat pria itu mendekat.

"Jangan bergerak atau aku akan membunuhmu dan bayi di perutmu!" Ancamnya sembari membuka topi dan maskernya.

Ella menatap takut pria yang sungguh dia tidak tahu apapun tentangnya itu mulai melepaskan kancing bajunya.

"Jangan takut begitu! Awalnya aku ingin membunuhmu segera, tapi ku urungkan karena aku ingin melihat Evans tersiksa." Ujarnya mencekal dagu Ella.

  "Apa mau mu sialan? Bagaimana kamu bisa tahu kakak ku?" Tanya Ella.

"Mereka tidak menjaga mu dengan baik. Evans tidak menepati janjinya , jadi aku harus memberi pembunuh itu pelajaran." Ucap pria itu menurunkan tangannya ke leher Ella.

"Kakakku bukan pembunuh! Sebenarnya siapa kamu?"

"Shit! Kamu sangat menggemaskan! Ternyata dia tidak mengatakan apapun padamu!" Ujar pria bernama Andrew itu.

Dia menekan leher Ella dengan kuat dan segera melepaskannya karena sesuatu yang menahannya, perasaan aneh.

"Fuck!" Umpatnya kesal.

"Baiklah! Aku mengerti, aku akan memberimu dongeng sebelum tidur!" Ucapnya sembari mengikat tangan Ella.

"Jangan! Lepaskan kumohon!" Pinta Ella panik.

"Seorang Chesa memohon?" Tawa pria itu menggelegar di seluruh ruangan itu.

"Chesa adalah pembunuh, kalian semua pembunuh!" Ucapnya dingin.

Dia mengelus wajah dan kelopak mata Ella.

"Ini adalah kutukan karena seluruh keluarga mu pembunuh!" Ucapnya menyeka air mata Ella.

"Dasar brengsek! Setelah menculik ku kamu mengatakan keluargaku pembunuh?" Teriak Ella.

"Tidak sayang! Aku tidak menculik mu, aku hanya ingin milikku kembali dengan, emm.. membunuhmu mungkin?" Ujarnya tersenyum jahat.

"Kakekmu membunuh kedua orang tua ku karena kakekku juga membunuh orang tuamu saat kamu berusia dua minggu. Kakakmu membunuh kakekku, jadi aku membunuh kakekmu juga. Seharusnya semua sudah berakhir, tapi aku kehilangan wanitaku yang sedang mengandung anakku saat aku membunuh kakekmu." Ucapnya mengelus lembut perut Ella.

"Rumit bukan?"

"Jauhkan tanganmu dari ku, pembohong!" Teriak Ella.

"Kakek kita dulunya rekan, tapi dendam itu sudah turun temurun. Dan hadirlah kamu sayang!" Ucap Andrew menarik tekuk Ella agar dia menatapnya.

"Lepaskan aku brengsek! Hentikan kebohongan mu!" Berontak Ella.

"Sttt! Tenangkan dirimu, Evans adalah mangsa utamaku."

"Jangan berani menyentuh kakakku!" Teriak Ella.

"Tenanglah sayang! Aku tidak akan membunuhnya hari ini, aku ingin membuat mereka semua mencari mu sampai gila dulu. Aku bisa membunuh yang lain terlebih dahulu, aku akan mencari mangsa lain malam ini." Ucap Andrew santai dan melepas kemejanya.

Tubuhnya dipenuhi bekas luka yang sudah mengering.

"Dan ini, suamimu yang mengobatinya." Ucapnya sambil menunjukkan bekas jahitan di dadanya.

"Aku heran kenapa kamu menjadi dokter saat keluarga Chesa adalah komplotan pembunuh." Ucapnya kembali mencekal dagu Ella.

"Keluarga ku bukan pembunuh!" Ucap Ella pelan. Tentu dia tidak akan mempercayai pria itu, tapi tidak mungkin dia menculiknya tanpa alasan.

"Kamu yang pembunuh!" Lanjutnya takut. Dia menjaga perutnya dengan tangannya yang terikat.

"Itu benar, aku memang pembunuh. Korbanku hampir 52 orang, malam ini akan menjadi 52." Ucapnya.

"Kenapa kamu bermain dengan nyawa? Apa kamu tidak memikirkan keluarga mereka?" Teriak Ella.

"Tanyakan itu pada kakak mu, Chesa!" Bentaknya.

Dia menatap Ella yang gemetaran dan mengelus perutnya panik.

"Fuck! Matilah Evans!" Umpatnya meninggalkan Ella dan mengunci pintu kamar itu.

"Jangan lukai kakak ku, ku mohon! Kamu mendengarku kan? Jangan melukainya!" Isak Ella menggedor pintu itu dengan keras.

"Kenapa dia tidak meminta dilepaskan saja? Apa dia benar-benar seorang Chesa?" Umpat Andrew dan duduk di kursi.

"Bagaimana keadaan di luar?" Tanyanya pada bawahannya.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang