"Mereka bergerak dari barat kota dan sekarang berada di arah jam sembilan markas." Lapor Doddy pada Andrew yang baru saja membunuh korban barunya.
"Sialan! Mereka bergerak terlalu cepat dari dugaan ku!" Ucap Andrew. Dia meraih senjatanya dan mengisi ulang peluru.
"Mereka bekerja sama dengan kepolisian," lanjut Doddy.
"Hah? Jadi mereka membuka identitasnya sendiri? Basmi mereka semua kecuali Chesa itu, aku yang akan membunuhnya." Ucap Andrew.
"Bagaimana dengan William itu, maksud ku suami Ella?" Tanya Doddy ragu.
"Aku yang akan mengurusnya juga!" Jawab Andrew dan pergi meninggalkan mereka.
Andrew membanting pintu dengan keras dan menghampiri Ella yang terkejut.
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan!" Panik Ella saat Andrew menarik tangannya dan mengikatnya kencang.
"Tidak ada penguluran waktu lagi. Ini akan menjadi akhir dari Chesa!" Ucap Andrew dingin dan langsung menutup mulut Ella.
Dia membawanya ke lantai tertinggi dan ruangan terluas di gedung itu, ruangan yang biasa digunakan sebagai tempat penyiksaan para musuh dan pekerjanya yang berkhianat.
"Mari kita tunggu sebentar, siapa yang akan sampai keruangan ini. Mereka atau mayatnya!" Ucap Andrew mengikat Ella ke kursi.
Ella menggeleng berulangkali dengan air mata yang tidak berhenti mengalir deras.
Dalam lima menit, Doddy berlari menghampiri mereka dan menunjukkan sesuatu lewat ponselnya. Hampir setengah dari pengawalnya berkhianat dan malah menyerang kembali.
Ella yang melihatnya menatap tidak percaya pertarungan itu. Para hantu itu memasuki tubuh bawahan Andrew. Hantu yang merasuki manusia akan mendapatkan hukuman, dan Ella benar-benar tidak percaya hantu-hantu itu membantunya.
"Para penghianat ini!" Ucap Andrew penuh kemarahan.
Ella masih setia melihat layar itu.
Dalam sepersekian detik, mereka ambruk dan para hantu itu melebur. Ella melihat Daffin yang muncul bersamaan dengan yang lainya.
Andrew mencekal dagu Ella penuh kebencian.
"Dendam ini tidak akan berakhir sampai dunia hancur. Dan sekarang aku sudah tidak peduli lagi padamu yang mencoba menipuku dengan keadaan mu!" Ucapnya penuh marah.
"Aku akan membunuhmu!" Ucapnya dan mencekik leher Ella dengan kencang.
"Ella!" Teriak Daffin panik.
"Kamu tiba lebih cepat, William." Ujar Andrew melepaskan tangannya. Dia berdiri dibelakang Ella dan menyodorkan senjatanya ke kepala Ella.
"Lepaskan Ella! Lepaskan dia!" Panik Daffin.
"Masalah mu denganku sialan, lepaskan adikku!" Marah Evans yang baru tiba. Pria itu menyodorkan senjatanya pada Andrew yang tersenyum miring.
"Selamat datang Evans Aku sangat menunggu mu! Letakkan senjatamu atau adikmu yang malang ini akan mati!"
Evans meletakkan senjatanya dan Doddy langsung mengambilnya. Dia mengarahkan pistol itu pada Evans dan Daffin bergantian.
"Berlutut lah dan aku akan melepaskan ad.."
Andrew tertawa karena Evans langsung berlutut tanpa berpikir.
"Kenapa aku tidak melakukan ini lebih awal? Lihatlah betapa rendahnya Chesa ini!" Hina Andrew penuh kemenangan melihat Evans yang berlutut dengan iris penuh kemarahan.
"Lepaskan Ella! Bunuh saja aku." Ujar Evans.
"Tentu saja. Tentu saja, tidak!" Ucap Andrew.
"Aku akan membunuh Ella didepan matamu, karena ini adalah rencana ku sejak awal. Melihatmu menderita!" Lanjutnya.
"Ingin mengucapkan perpisahan, sayang?" Ujar Andrew membuka penutup mulut Ella.
"Lepaskan mereka." Lirih Ella membuat Andrew tertawa.
"Bukan ini yang Viona mau, bukan ini yang ingin dia lihat darimu!" Ucap Ella membuat Andrew marah.
"Jangan menyebut nama istri ku, kamu bukan siapa-siapa dan kamu tidak tahu apa-apa!"
"Lepaskan istriku, dasar sialan! Jangan menyentuhnya!" Ucap Daffin memperingati. Dia mengarahkan senjatanya dan berjalan lambat menghampiri mereka.
"Satu langkah lagi, maka istri dan anak mu akan mati." Ancam Andrew.
Daffin menatap Evans yang mengangguk perlahan dan kembali maju.
"Aku serius dengan ucapan ku, William! Jangan mendekat!" Ucap Andrew menyodorkan senjatanya ke kepala Ella.
Suara tembakan berdentum keras bersamaan dengan jeritan kesakitan.
Daffin berlari menghampiri Ella yang terkejut dan memeluk istrinya yang gemetaran.
"Ups! Sorry!" Ucap Ghio santai dan menatap Andrew yang kesakitan karena lengannya yang tertembak.
"Apa yang kamu lakukan?" Marah Rehan berlari menghampiri Andrew.
"Inilah mengapa aku tidak suka kepolisian ikut campur, aku jadi tidak bisa membunuhnya!" Kesal Ghio.
Sementara itu Ella masih menangis ketakutan dalam pelukan hangat Daffin.
"Maaf sayang. Maafkan aku, Ella ku. Cintaku! Semua ini salahku, aku seharusnya tidak meninggalkan mu." Ucap Daffin mengelus wajah Ella dan menyeka airmatanya.
"Lihat aku!" Ujar Daffin meraih dagu Ella agar tetap menatapnya dan bukan perutnya yang terluka.
"Aku baik-baik saja." Ucap Daffin lembut.
"Kamu terluka, Daffin. Biarkan aku memeriksanya!" Panik Ella sesegukan.
"Aku baik-baik saja. Ini hanya luka ringan. Mari pulang dan kembali ke rumah. Aku berjanji hal ini tidak akan terulang lagi."
Daffin membawa Ella keluar dari gedung itu.
Sirene polisi dan ambulan mendekat dan Ella masih menatap kosong gedung itu.
"Kita pulang, sayang." Ujar Daffin.
"Kak Evans?" Gumam Ella.
"Mereka akan mengurus semuanya." Ucap Daffin dan berlutut di depan Ella.
Dia memegang kedua tangan Ella dan menunduk dengan air mata yang mulai mengalir.
"Maaf, Ella! Maaf karena aku bukan suami yang baik untukmu, aku tidak bisa menjagamu dan anak kita." Ucap Daffin memeluk Ella dan mengelus perut Ella.
"Kamu adalah pria terbaik yang aku miliki Daffin. Kamu adalah orang yang paling ku cintai, dan ini bukan salahmu." Balas Ella.
^^
Eittsss, Ezeng apa kabar nih?
Hope you happy and peace 🧡🧡Okey, sebenarnya aku uda capek banget ngurus pekerjaan aku yang gak tau kapan siapnya. Tapi aku enjoy banget ketika istirahat dan mulai menyapa kalian lewat karya ku.
“AMBIVALEN”
Ini adalah karyaku yang harus kalian baca setelah “Close Your Eyes” ini.
“AMBIVALEN” mengisahkan tentang seorang pria yang bernama Elvis Bardalle Wijaya yang terobsesi pada seorang gadis.
Dia membenci Laura Norin, merasa kesal dan selalu marah terhadap tindakan yang gadis itu lakukan. Kebenciannya bertumbuh semakin dalam bersamaan dengan obsesinya untuk menjadikan Laura menjadi miliknya seorang.
Memaksa dan mengekangnya membuat Laura yang tidak tahu tentang dirinya sendiri semakin tersiksa. Dirinya tidak punya kesempatan untuk kembali pada sang kekasih yang berkhianat karena tidak ada ruang untuk pergi dari Elvis.
Elvis selalu bersembunyi dibalik kata benci. Dia benar-benar membenci Laura, dan semua yang ingin merebut Laura darinya.
Silahkan dibaca🖤🖤🖤🙉🙈
AMBIVALEN BY TANIASSIHYHOPE YOU LIKE IT
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Your Eyes
Horror(tahap revisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman. Ella Chesa adalah wanita yang mampu melihat mereka yang tak kasat mata, hidupnya yang selalu saja p...