19

9.4K 577 2
                                    

"Bagaimana keadaan kakek?" tanya Ella ramah pada Crish. Libur ini mereka diminta untuk menghabiskan waktu di kediaman William.

"Kakek baik-baik saja, nak. Duduklah." ujar Crish dan mereka pun ikut duduk.

"Rumah kita terlalu sepi, kan Daffin?" ucap Crish. Besar harapan mereka agar Daffin dan Ella segera mempunyai anak. Fajumi tidak bisa memiliki keturunan dan dia ditinggalkan suaminya yang tidak bertanggung jawab. Jadi pewaris William hanyalah Daffin seorang.

"Aku dan Ella akan berusaha lebih keras, kek." jawab Daffin sambil merangkul pinggang Ella.

Ella menatapnya bingung dan panik secara bersamaan.

Setelah mengobrol panjang, sore pun tiba dan mereka memanggang daging di taman samping.

Ella mengulum senyum menatap keluarga yang tidak lengkap namun sangat harmonis itu. Salahkah jika dia mulai egois dan ingin menjadi bagian dari mereka? Perhatian Daffin perlahan-lahan membuat Ella menaruh hati padanya. Pernikahan yang sudah delapan bulan itu belum tahu bagaimana ujungnya kelak.

"Ella sayang, mau nyicip ini?" tanya Fajumi dan Ella mengangguk. Dia menerima suapan dari wanita itu dan mengangguk.

"Ini enak," gumam Ella seraya bertepuk tangan.

"Benarkah? Aku menambah beberapa rempah-rempah yang baik untuk program hamil." ujar Fajumi membuat Ella terbelalak. Ella mengulum senyum kemudian mengangguk.

"Sayang, mau?" tanya Daffin.

Ella mengangguk dan memakan potongan daging yang Daffin berikan itu. "Kalian sangat hebat urusan masak memasak. Padahal aku tidak bisa apapun," gumam Ella.

"Tidak apa-apa, di rumah kan banyak pelayan, sayang. Mama gak mau kalau Ella turun ke dapur buat masak, bahaya!" ujar Fina lembut.

"Masak mana bahaya, ma." kekeh Ella.

"Bahaya, sayang. Biarin Daffin yang masak kalau Ella bosan dimasakin mereka, oke?" ujar Fina dan Ella pun mengangguk sambil tersenyum.

Malam pun tiba.

Ella yang baru keluar dari kamar mandi langsung membaringkan tubuhnya di kasur.  Daffin yang duduk diujung kasur menatapnya sekilas dan kembali fokus ke tabletnya.

"Keluarga mu sangat baik, aku tidak tega membuat mereka kecewa." gumam Ella.

"Kecewa? Kamu berencana membuat mereka kecewa?" tanya Daffin.

Ella menoleh dan membalas tatapan Daffin. "Apa maksudnya? Jelas-jelas jika kami akan berpisah, kan?" Batin Ella.

"Ini sudah larut. Tidurlah," ucap Ella seraya langsung berbalik membelakangi pria itu.

Daffin pun mematikan tabletnya dan ikut berbaring.

"Mereka berharap agar kamu punya keturunan, apa kamu tidak berencana untuk menikahi wanita yang kamu cintai?" tanya Ella pelan.

Daffin bergeser dan menarik Ella ke pelukannya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ella panik.

"Jujur aku sering memelukmu di malam hari, mungkin hampir tiap malam." ucap Daffin membuat Ella benar-benar terkejut.

"Wah! Berani sekali kamu me ..."

"Diam atau aku akan mengisi rahimmu malam ini juga!" ucap Daffin langsung membungkam mulut Ella.

"Dasar pria brengsek." umpat Ella setelah diamnya beberapa saat.

"Brengsek? Kamu istriku dan itu sah, aku bisa melakukan itu padamu." balas Daffin santai.

"Tapi kita sudah sepakat untuk tidak saling menyen..."

"Diam, sayang. Ini sudah larut." Daffin menyela dengan segera.

Daffin memutar tubuh Ella perlahan dan menatap Ella dalam-dalam. Wanita itu hanya terdiam dan menatap kosong langit-langit.

"Apa kamu tidak bisa tidur?" tanya Daffin.

"Tidak! Bagaimana jika kamu melakukan sesuatu padaku?" tanya Ella balik dan menatap pria itu tajam.

"Tidurlah, sayang. Percayalah padaku." ucap Daffin lembut kemudian mencium kening Ella.

"Kamu bahkan mencium ku!" Cicit Ella.

Ella langsung mendapatkan ciuman singkat di bibirnya. "Untuk setiap bantahan aku akan mencium mu, tidak peduli jika ada banyak orang yang melihat." ujar Daffin.

"Maaf. Terkadang aku kesal mendengar mulutmu yang selalu membantah. Jangan takut, aku tidak akan melakukan hal buruk padamu." ujar Daffin dan mengeratkan pelukannya.

"Selamat malam, sayang." ucap Daffin sambil memejamkan matanya.

"Pria ini sudah gila. Akan ku anggap sikapmu yang seperti ini adalah izin untuk mencintai mu!" Batin Ella.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang