44

7.3K 472 2
                                    

Enam bulan telah berlalu.

Ella mengelus perutnya yang mulai membesar dan berjalan santai menuju IGD. Daffin terpaksa membiarkannya keluar karena wanita keras kepala itu bersikeras, dia pun setuju dan membatasi kegiatan Ella. Bahkan pengawasan untuk istrinya itu diperketat dari segala penjuru.

"Halo bumil!" sapa Vero padanya.

"Hai, dok. Apa ada yang bisa ku bantu?" kata Ella ramah.

Vero tersenyum. "Tentu saja. Duduklah di sana dan tunggu kami menyelesaikan kesibukan ini." ujarnya.

"Oke. Aku disini jika kalian membutuhkan ku."  Ella setuju dan memutuskan untuk duduk di kursi.

Ella mengelus-elus perutnya seraya menatap kesibukan itu.

"Adrian!" sapanya saat pria itu lewat.

"Ada apa?" tanya Adrian ramah. Kemarin dia tidak mendengar panggilan Ella dan wanita itu menangis sesenggukan. Daffin langsung memarahinya habis-habisan.

"Apa yang kamu makan?" tanya Ella penasaran.

"Permen jahe, mau?" ujar pria itu dan dokter hamil di depannya mengangguk semangat.

Adrian duduk di sampingnya dan memberikan Ella beberapa permen jahe.

"Bisa buka kan untuk ku?" kata Ella.

Adrian mengangguk dan memenuhi permintaannya.

"Kenapa namanya permen jahe?" tanya Ella seraya fokus menatap tangan Adrian yang membuka bungkus permennya.

"Karena permen ini rasa jahe." jawab Adrian. Dia memberikan permen itu.

"Ini pedas." gumam Ella setelah menyesap permennya.

Adrian menggeleng. "Karena itu permen jahe, Ella. Rasanya jelas seperti jahe." ujar pria itu.

"Tidak ada rasa mangga?" tanya Ella mengintip kantong kemeja Adrian.

Adrian menggeleng pasrah. "Tidak ada, nyonya William. Apa kamu mau? Biar ku belikan saja." ucap Adrian membuat Ella mengangguk dan tersenyum.

"Aku mau permen mangga beserta mangganya sekalian. Terimakasih, Adrian!" kata Ella terdengar manja.

Adrian tersenyum dan bangkit berdiri.

"Sahabatku yang malang, berbaik hati dan berlapang dada, lah!" ucap Daffin yang baru datang dan menepuk bahu Adrian.

Benar. Ella merepotkan semua orang dengan permintaannya yang semakin aneh dan dia tidak memandang bulu.

Daffin duduk disebelah Ella dan mencium kening istrinya. "Halo, sayang. Kamu tidak membuat mommy kesulitan, kan?" ucap Daffin seraya mengelus perut Ella. Daffin tersenyum bahagia saat bayi mereka merespon, dia menendang perut wanita itu.

"Mommynya jangan ditendang, dong!" kata Daffin.

"Aku ingin makan gado-gado." bisik Ella.

Daffin mengangkat kepalanya dan menatap Ella yang memasang puppy eyes itu.

"Cium aku dulu." ucap Daffin.

Ella langsung mencium pipi suaminya. Semua orang di sana hanya bisa pura-pura tidak melihat saja. Kedua orang itu selalu menayangkan adegan romantis secara langsung setiap saat. Apalagi saat Ella hamil, dia selalu bersikap manja.

"Mana gado-gado ku?" tanya Ella.

"Tunggu sebentar lagi." jawab Daffin setelah mengirimkan pesan pada asistennya.

Daffin memperbaiki jubah Ella dan menutup bagian dadanya yang terbuka itu. Tubuh ibu hamil memang indah dan Daffin kesal dengan pakaian Ella yang sedikit terbuka itu. Meski tidak terlalu terbuka, Daffin tetaplah Daffin yang posesif.

Ella langsung mendaratkan kecupan singkat di bibir Daffin yang serius merapikan pakaiannya.

Daffin tersenyum. "Kenapa sayang?"

"Sekarang aku mau kelapa muda. Boleh ya?" ujar Ella seraya memanyunkan bibirnya.

"Off course. Apapun untuk mu, butterfly."  Daffin mengelus pipi istrinya dan tersenyum manis.

"Kita tunggu di ruangan ku, ya? Di sini ribut." kata Daffin lembut dan Ella mengangguk setuju.

Setelah mereka pergi, Adrian baru datang.

"Dimana Ella?" tanyanya.

"Sudah pergi bersama dokter Daffin. Sepertinya ke ruangan beliau." ucap Farel menjawab.

Adrian mengehela nafasnya.

"Kamu masih beruntung dokter Adrian! Kemarin dokter Ella meminta ku untuk memanjat pohon rambutan yang ada di parkiran. Aku tidak tega menolak, dan Bu direktur juga menatap dari jauh." Kekeh Farel mengadu nasib.

"Kalian ingin tahu nasib ku juga?" tanya Hana menghampiri mereka.

Adrian dan Farel langsung menggeleng kasihan melihat rambut Hana yang ditempeli banyak stiker hewan. Hal yang sama terjadi juga pada Vino yang baru lewat, sepertinya pria itu tidak membersihkan rambutnya dengan baik.

"Aku akan mengantarkan ini." ucap Adrian.

"Mm! Berikan ini juga," ucap Hana seraya memberikan biskuit ibu hamil. Dia sengaja membelikan itu saat membeli makan siangnya di luar.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang