39

8.1K 500 3
                                    

Daffin yang baru tiba langsung memeluk istrinya dari belakang. Wanita yang sedang sibuk itu terkejut.

"Minggu depan kita ke luar negeri, aku ingin mengurus pekerjaan selama satu minggu, dan kita akan berlibur di sana." ucap Daffin.

Ella berbalik. "Kenapa tiba-tiba begitu? Aku akan tinggal dan bekerja saja." tolak Ella seraya melepaskan pelukan suaminya. Dia mengemasi kotak yang dia susun tadi dan membawanya ke IGD.

Daffin mengikutinya. Dia bersandar di pintu pasien saat istrinya mulai sibuk dengan urusannya. "Tapi kakek yang mengatakannya," katanya.

"Kenapa kamu tidak menolaknya?" balas Ella segera.

Daffin melipat tangannya. "Karena aku tidak mau meninggalkan mu di sini, aku tidak mau jauh dari mu." jawab Daffin.

Ella yang membelakangi Daffin hanya bisa menahan senyumnya.

"Kalian bukan pengantin baru lagi. Kenapa selalu melakukan hal romantis setiap saat?" Tanya Adrian.

"Temanmu itu sangat menyebalkan, Adrian." adu Ella. Daffin memang bersikap manja dan tidak mau jauh dari Ella akhir-akhir ini.

"Dia menunjukkan sifat aslinya. Nikmati saja, Ella." kekeh Adrian.

Ella menggeleng dan melanjutkan pekerjaannya.

Setelah urusannya selesai, dia melihat Daffin yang masih setia menunggunya di depan pintu. Hanya urusan penting dan genting yang bisa membuat pria itu meninggalkan Ella.

Ella berjinjit dan mencium bibir Daffin sekilas. "Sekarang jangan ganggu aku. Lakukan pekerjaan mu dengan baik," ucap Ella.

Daffin tersenyum dan mengangguk.

"Iya, sayang," balasnya. Dia mendaratkan ciuman singkat di kening istrinya. Ella hanya bisa menggeleng dan menatap Daffin yang pergi.

Hana datang dan langsung menggoda sahabatnya itu. "Kalian sangat romantis. Sejak kemarin dokter Daffin selalu saja menempel pada mu. Keluarga kalian sangat harmonis." godanya.

Ella menggeleng. "Tapi dia tidak tahu waktu dan tempat." Ella menghela nafas.

"Rumah sakit ini kan milik dokter Daffin. Lagian penting baginya untuk menunjukkan bahwa kamu adalah istrinya. Kamu terlalu ramah pada semua orang, pria-pria bisa saja menaruh hati padamu dan merebut mu darinya." kekeh Hana.

Wanita itu menyipitkan matanya dan menatap sahabatnya itu. "Dan soal matamu, cepat-cepat lah jujur atau aku yang akan menceritakannya." lanjutnya.

--o0o--

Daffin menatap Ella yang memandang seluruh kota dari balkon hotel yang mereka tempati selama di sana.

"Aku pulang," ucapnya langsung memeluk Ella erat.

Ella tersenyum menyambut suaminya. "Kenapa kamu harus melakukan pekerjaan lain saat kamu sudah memiliki segalanya?" tanya Ella.

"Untuk anak-anak kita kelak." jawab Daffin seraya mengeratkan pelukannya. Daffin tidak pernah mengatakan cinta pada Ella, namun Ella yakin pria itu mencintainya juga.

Ella tersenyum dan membalas pelukan Daffin. "Kapan kita pulang? Aku mulai bosan." ucapnya.

"Kamu bosan karena aku meninggalkan mu sendiri. Sekarang, ayo nikmati waktu kita." ujar Daffin mengangkat Ella ke pangkuannya.

"Can we...?" Daffin menatap dalam manik gelap istrinya dan wanita itu mengangguk perlahan.

Liburan itu pun selesai.

Daffin menatap Ella yang terlelap di sampingnya. Mereka sedang terbang pulang.

Dia menatap tangan Ella yang menggenggamnya erat kemudian kembali meneliti wajah terlelap itu.

"Aku masih menunggumu untuk jujur, Ella." ucap pria itu. Dia merapikan rambut Ella dan meneliti wajah istrinya.

Ella menggeliat dan memeluk Daffin. "Aku takut. Jangan lukai dia." gumamnya.

Daffin menatapnya lekat. Dia memeluk erat wanita yang tengah bermimpi itu. "Jangan takut, sayang. Ada aku." ujar Daffin lembut. Dia mengelus pipi Ella sampai keningnya tidak berkerut lagi.

"Hari-hari mu pasti sangat berat," Daffin tidak berhenti mengelus wajah Ella dan mengawasi wajah istrinya.

Pesawat mendarat dengan selamat.

Daffin menggandeng tangan Ella dan membawanya keluar dari bandara.

"Ingin memakan sesuatu sebelum pulang?" tanya Daffin pada Ella yang menguap.

Ella berpikir sejenak. "Tidak ada. Aku hanya ingin secangkir kopi panas, boleh ya?" kata Ella dan Daffin pun mengangguk.

Mereka pun singgah di sebuah coffee shop.

"Tunggu di sini saja." ucap Daffin dan meninggalkan Ella di luar.

Setelah beberapa saat, Daffin kembali membawa pesanan Ella.

Dia menatap istrinya yang berbicara sendiri itu dari jauh. Dia menghela nafasnya dan menghampiri Ella.

Roh yang langsung melebur itu membuat Ella sadar jika Daffin sudah datang.

Dia berbalik. "Mm? Hanya kopiku? Tidak membeli untuk mu?" kata Ella seraya menerima kopinya .

"Ini sangat menenangkan," gumam Ella setelah menyeruput kopinya. Sudah lama dia tidak meminum kopi karena Daffin membatasinya. Suaminya itu benar-benar membatasi makanan dan minumannya, ditambah mama, tante, dan kakek yang selalu mengatur pola makannya.

"Mau?" tanya Ella pada suaminya yang hanya diam dan menatapnya.

Daffin mengangguk dan mencium bibir Ella. "Aku tidak suka kopi, tapi aku suka bibirmu. Ini enak." ucap Daffin membuat Ella langsung mematung.

Daffin mengelus bibir lembut Ella dan menatapnya. "Jangan mengobrol dengan mereka, Ella. Aku tidak suka bahkan jika mereka tidak bisa menyentuhmu."

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang