05

12K 706 5
                                    

Ella menarik Daffin dengan penuh marah dan membawa pria itu ke ruangan khusus dokter bedah jantung.

"Apa kamu gila?" Ella menatap tajam pria di depannya.

"Mau bagaimana lagi? Kakek sudah sekarat, kamu seorang dokter dan kamu tahu keadaannya bagaimana." jawab Daffin santai.

"Kenapa tidak mencari wanita lain saja?" Ella semakin melotot kesal mendengar ucapan Daffin.

"Dengar, Ella Chesa ..."

"Tidak!" Ella menyela karena kesal.

"Jangan bercanda tentang pernikahan, Daffin! Aku baru mengenalmu enam bulan yang lalu dan kita saling tidak tahu satu sama lain. Pernikahan adalah untuk pasangan yang saling mencintai." jelasnya.

"Aku tidak memintamu untuk menjalin hubungan yang serius, Ella. Bantu aku agar kakek bisa melewati masa sulitnya. Apa kamu pikir aku mencintaimu? Tidak! Aku hanya ingin kamu membantu ku, kita berdua bisa saling diuntungkan."

Ella terdiam sejenak. Manusia perasa itu langsung terserang rasa iba. Menurut cerita Evans, keluarga William selalu membantu kakeknya dimasa sulit dulu.

"Ini benar-benar tidak masuk akal," gumamnya. Tapi jika dia terikat dengan janji dan hubungan dengan seseorang, maka beberapa makhluk yang mengincar dirinya tidak akan bisa mendekat lagi, seperti siluman dan yang lainnya. Terlebih hawa mencekam Daffin itu selalu membuatnya aman dari mereka.

"Jadi kita hanya akan berpura-pura?" tanya Ella kemudian. Dia menengadah menatap pria itu.

Daffin menoleh dan menatap wanita itu, wanita yang menurutnya aneh dan sering melakukan hal berbahaya. "Anggap saja begitu." jawabnya setelah hening beberapa saat.

"Kalau begitu, kita harus membuat perjanjian." Ella langsung pergi ke mejanya dan mengambil kertas.

"Aku ingin beberapa hal yang harus dipenuhi dan disepakati." ujarnya membuat Daffin menatapnya tajam.

"Tidak saling menyentuh, tidak menggangu kehidupan yang lainnya, tidak mencampuri urusan yang lain, dan mmm... sampai kapan?" ucap Ella.

"Aku tidak tahu. Mm, sampai kakek benar-benar sembuh." jawab Daffin seraya memperhatikan tulisan Ella itu.

"Apa yang ingin kamu tambahi?" tanya Ella.

"Kamu istriku, jadi kurasa kamu harus menjaga sikapmu." jawab Daffin. Dia beralih menatap Ella.

"Sikap ku? Wah, yang benar saja? Apa yang salah dari sikap ku?" tanya Ella kesal.

"Kamu menikah dengan ku berarti kamu menjadi seorang nyonya William, kan? Aku yakin kamu tahu betapa berharganya itu," jawab Daffin santai, dia membalas tatapan kesal Ella.

"Oke!" Ella setuju dan menusuk jemarinya, darahnya di tempel di atas tandatangannya.

"Giliran mu."

Hal yang sama pun dilakukan oleh Daffin.

"Hanya sampai kakek pulih." ujar Ella mengenaskan, dan akhirnya menyimpan kertas itu di tasnya.

--o0o--

Daffin menatap Ella kagum dengan balutan gaun pengantin itu. Siapa sangka wanita yang biasanya awur-awuran itu bisa seindah itu, dia sangat cantik.

"Daffin William, bersediakah anda menjadikan Ella Chesa sebagai istri mu, mencintainya dan menyayanginya sampai akhir hidup mu, dan melewati segalanya bersama-sama?"

"Saya bersedia."

Ella menatap Daffin, pria dingin itu terlihat bersungguh-sungguh dan membuatnya merasa aneh. Dia tidak bisa menyentuh Daffin tanpa cincin itu, jadi dia mempergelangkan cincin itu di kakinya yang ditutupi oleh dress panjangnya.

Pemberkatan suci pernikahan itu pun selesai. Ratusan merpati putih dilepaskan ke udara dengan angin yang berhembus lembut membuat bunga dan pohon menari-nari seolah ikut merestui mereka.

"Hanya berpura-pura, kan?" bisik Ella pelan saat Daffin mencondongkan kepalanya dan meraih pinggangnya.

Daffin mengangguk.

"Tapi kita harus membuatnya terlihat nyata." ujarnya. Daffin mencium bibir Ella sekilas. Dia menahan senyum saat wanita yang resmi menjadi istrinya itu menegang terdiam seribu bahasa. Mungkin dia akan melakukan hal itu untuk membungkam mulut Ella yang selalu protes.

"Kenapa?" godanya.

"Sialan! Kenapa kamu mencium mpphh ..." Daffin langsung membungkam mulutnya dengan menciumnya lagi.

Riuh tepuk tangan dan sorakan membuat Ella semakin malu. Sungguh dia ingin menampar Daffin, namun pria itu langsung menggandeng tangannya dan menyapa para tamu undangan itu.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang