38

8K 492 4
                                    

Ella menyelesaikan mandinya dan menatap sekitar kamar. Wanita itu tidak menemukan suaminya di sana.

Dia pun mengeringkan rambutnya dan bercermin sejenak. "Dimana dia?" gumam Ella.

Wanita itu memutuskan untuk mencari Daffin ke ruangan kerja pria itu.

"Daffin?" panggil Ella sembari mengetuk pintu. Ella membuka pintu saat suaminya menyahut dari dalam.

"Apa?" Daffin menatap lekat wanita yang selalu mengenakan piyama terbuka itu di malam hari.

"Tidak, aku hanya ingin tahu kamu sedang apa," jawab Ella menghampirinya. Dia duduk di meja pria itu dan menatap laporan yang ada di laptopnya.

Pria itu menghela nafasnya. "Apa kamu sengaja memakai itu agar aku menyentuh mu?" tanya Daffin.

"Apa? Aku selalu mengenakan pakaian seperti ini di malam hari, jaga saja nafsumu baik-baik." ujar Ella menyanggah.

"But i can't." ucap Daffin langsung menarik Ella ke pangkuannya.

"Can i kiss you?" tanya Daffin.

"Tidak." tolak Ella dengan segera.

Daffin langsung mencium bibir Ella dengan lembut dan rakus tanpa persetujuan wanita itu.

"Mmphhh... hentikan... Daffin!" Ella mengerang saat Daffin mulai menciumi lehernya dan tangan pria itu meremas payudaranya.

"Aku memang mencintai mu, tapi kamu tidak boleh menyentuh ku lebih dari ini!" ucapnya dengan nafas yang tersengal.

"Kamu mencintai ku?" Senyuman kemenangan terukir di ujung bibir Daffin.

Ella langsung menggeleng cepat, dia menyanggah pernyataannya sendiri.

"Bagus. Jadi tidak ada alasan lagi untuk melepaskan mu. Aku akan membuatmu milikku yang seutuhnya malam ini, sayang." ujar Daffin. Dia menggendong tubuh istrinya.

Dia membawa Ella ke kamar dan meletakkan wanita itu dengan perlahan ke kasur.

Daffin mencium bibir Ella dengan rakus. Menuruni hingga ke leher wanita yang langsung menahan erangan itu.

"Aku menginginkanmu," bisik Daffin dan menggigit telinga istrinya dengan sensual.

Malam yang dingin itu menjadi saksi penyatuan mereka. Daffin benar-benar membuat Ella menjadi miliknya seutuhnya.

Pagi pun tiba.

Daffin menatap Ella yang mulai mengerjapkan matanya.

"Morning, my butterfly." sapanya saat mata mereka bertemu.

Ella meringis kesakitan.

"Maaf. Harusnya aku lebih lembut, tapi kamu membuatku tidak tahan." ujar Daffin meraih wajah istrinya.

"Kamu menyebalkan, Daffin!" kesal Ella yang merasa sekujur tubuhnya sakit.

"Kenapa? Padahal kita akan lebih sering bercinta setelah ini." ucap Daffin tersenyum nakal menggoda wanita itu.

"Awas saja jika kamu menyentuhku lagi, aku akan membunuhmu!" balas Ella menutup wajahnya yang semakin memanas mengingat kejadian itu.

Daffin meraih tubuh Ella dan memeluknya. "Kasurnya ada noda, kita mandi dulu baru aku akan membersihkannya." ucap Daffin lembut.

"Aku akan membersihkannya sendiri. Sekarang lepaskan aku!" ujar Ella seraya menutup tubuhnya rapat-rapat dengan selimut.

"Aku sudah melihat semuanya, apa yang sedang kamu sembunyikan?" tanya Daffin.

"Ahhk! Kamu sangat menyebalkan!" kesal Ella menggerutu.

Dia berjalan hati-hati dengan selimut yang menutup rapat tubuhnya ke kamar mandi.

Ella menatap tubuhnya di depan cermin. "Sialan!" umpatnya pelan, dia langsung menutup wajahnya menahan malu. Seluruh tubuhnya sudah ditandai Daffin dan dia benar-benar menerima dan menikmatinya.

Setelah membersihkan dan menenangkan diri, Ella menghirup udara lega dan kemudian melangkahkan kakinya ke luar kamar mandi.

Dia mengerutkan keningnya saat mendapati sprei kasur mereka sudah di ganti.

"Sudah ku bersihkan. Apa masih sakit?" tanya Daffin. Dia langsung memeluk tubuh istrinya.

"Kamu sangat wangi," pria itu mengendus Ella dan menciumi tekuk leher istrinya.

"D-daffin!"

"Yes, butterfly?"

"Mmm, tidak." gumam Ella menelan salivanya.

Daffin memutar tubuh Ella dan tersenyum. Dia mencium dengan lembut bibir Ella dan kembali menatapnya dalam.

"Kita sarapan ya," ujar pria itu mengajak istrinya turun untuk sarapan.

--o0o--

Daffin selalu saja menempel dengan Ella. Dia tidak mau jauh-jauh dari istrinya itu.

"Daffin, hentikan! Aku ingin ke kamar mandi." ucap Ella.

"Jangan lama-lama." balas Daffin dan mencium kening Ella. Dia benar-benar tidak mau jauh dari istrinya.

"Dokter Daffin, ketua yayasan ingin anda mendatanginya." ucap sekretaris Crish menghampiri mereka.

"Baiklah, aku akan datang." balas Daffin dingin.

Dia menoleh pada Ella. "Sayang, aku pergi dulu." ucap Daffin lembut dan mencium pucuk kepala Ella.

Ella mengehela nafasnya dan tersenyum saat suaminya sudah pergi. "Daffin benar-benar membuat ku gila." gumamnya.

Sementara itu Daffin langsung mengobrol serius dengan Crish di ruangan pria tua itu.

"Apa aku bisa membawa Ella bersamaku? Aku tidak mau meninggalkannya selama itu." tanya Daffin.

Crish tersenyum.

"Baiklah. Kalian bisa mengatur cuti dan sekalian berlibur di sana." kata Crish setuju. Sebenarnya dia pun tidak ingin membiarkan suami istri itu jauh.

"Terimakasih, kakek."

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang