"Kalau begitu kami pulang, ya? Ella jaga kesehatan mu baik-baik, sayang." ujar Fina dan mereka pamit pergi. Kepulangan Ella dan Daffin hari ini disambut bahagia oleh mereka. Crish, Fajumi, dan Fina benar-benar menunggu mereka.Ella dan Daffin pun mengantarkan mereka keluar. Keduanya melambai sampai akhirnya mobil hitam itu tidak kelihatan lagi.
Sepasang suami istri itu akhirnya masuk kembali.
"Ahhh! Aku sangat lelah." keluh Ella menaiki anak tangga dengan malas.
Daffin mengerutkan keningnya. "Kamu kelelahan? Kamu bahkan tidak melakukan apapun selain tidur dan makan." ujar Daffin mempercepat langkahnya mendahului Ella.
Ella menahan tangannya sendiri yang ingin memukul dan membanting pria itu ke lantai sambil komat-kamit karena kesal.
Sesampainya dia di kamar, dia menatap sosok aneh yang mengawasi mereka dari halaman lewat pintu balkon yang terbuka. Dia tidak bisa melihat dengan jelas sosok yang samar-samar itu.
"Ella?"
"Ella?"
"Hm, iya?" jawab Ella saat pria itu menyentuh bahunya.
"Ada apa?" tanya Daffin.
Ella menoleh ke luar dan melihat sosok yang langsung sirna itu. Lalu dia kembali menatap suaminya. Apa hawa Daffin yang membuat tempat ini aman?
Daffin membalas tatapan istrinya yang sulit untuk dimengerti itu. "Apa ada sesuatu yang membuat mu merasa tidak nyaman? Katakan."
"Kamu melakukan peran sebagai suami dengan baik." balas Ella merasa lucu.
Daffin menatap kesal Ella. Seharusnya dia memang tidak perlu khawatir pada wanita tak kenal takut itu. "Tapi aku serius, Ella. Kamu istriku, jadi aku harus menjagamu dengan baik."
Ella mengangguk. "Baik, terimakasih suamiku." kekeh Ella dan langsung masuk ke kamar mandi. Dia menahan tawanya, Daffin terlihat aneh setelah mengatakan hal tadi dengan ekspresi serius.
Beberapa saat kemudian Ella sudah menyelesaikan mandinya. Saat hendak keluar, dengan buru-buru dia masuk kembalu ketika mendapati Daffin yang masih di sana.
"Aku ingin ganti baju, keluar!" ucap Ella malu-malu dibalik pintu. Dia begitu panik mendapati suaminya yang ternyata masih di sana.
"Pelan kan suaramu, Ella. para pelayan itu sudah kembali." balas Daffin. Dia pun pergi ke luar.
Ella mengintip. Setelah yakin Daffin sudah pergi, dia buru-buru mengambil pakaiannya dan masuk kembali ke kamar mandi.
Setelah mengganti pakaiannya, Ella keluar dan langsung duduk santai di sofa.
"Ada apa?" tanya Ella saat Daffin masuk dan langsung duduk di sebelahnya.
"Kepala pelayan itu akan selalu melapor. Mereka akan curiga jika kita tidur terpisah." jawab Daffin.
"Woo! Tidak! Kita sudah setuju untuk tidak saling menyentuh!" Ella menggeleng berulangkali kali sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Pelankan suaramu, Ella! Aku akan tidur di sofa." ucap Daffin akhirnya.
"Tidak! Bagaimana jika kamu tidak bisa menahan godaan terhadap tubuhku yang indah?" Ella nampak tidak percaya pada pria yang berstatus suami sahnya itu.
"Tubuh indah?" Daffin tersenyum miring.
"Kenapa? Tubuhku indah!" ucap Ella membalas dengan tatapan nyalang.
"Baiklah, mari anggap tubuhmu indah. Aku tidak akan menyentuhmu, aku akan menepatinya." ujar Daffin.
"Tuan, nyonya. Makan malam sudah siap." ucap seorang pelayan dari luar setelah mengetuk pintu.
"Ingat, Ella, kita harus melakukan ini dengan baik." ujar Daffin. Dia menarik Ella dengan melingkarkan tangannya di pinggangnya, dan membawa wanita itu makan malam.
--o0o--
Hana melihat sahabatnya duduk sendiri di kantin. Dia pun menghampirinya. "Selamat datang pengantin baru. Apa saja yang sudah kamu lakukan?" tanyanya menggoda Ella yang sedang makan siang di kantin.
Ella menoleh sekilas. "Makan dan minum, tapi aku masih lapar." jawab Ella santai.
"Bukan itu maksud ku. Ayolah, nyonya William!" godanya lagi. Hana melipat tangannya dan menatap Ella penasaran.
"Sudahlah, Han. Kamu bisa menikah dan merasakannya sendiri. Jangan bertanya padaku tentang apapun." kesal Ella. Dia dan Daffin sudah berjanji akan menjaga rahasia ini rapat-rapat.
"Ahk! Padahal aku ..."
"Otakmu kotor, kebanyakan nonton porno!" Ella menyela dengan segera.
"Sex education, Ella!" Kesal Hana tidak terima.
"Terserah, Han. Aku mengantuk dan ingin kopi lagi." ujar Ella dan pergi memesan kopi.
Tak lama kemudian, Adrian datang bersama Daffin. "Dimana Ella?" tanya Adrian saat mereka sudah duduk.
"Mesan kopi." jawab Hana singkat seraya menunjuk Ella yang sedang membayar kopinya.
Ella pun kembali dengan es kopinya, dia langsung menyeruputnya bahkan sebelum duduk.
"Mengkonsumsi kafein secara berlebihan tidak baik untuk kesehatan, apalagi untuk program hamil." ujar Adrian membuat Ella tersedak.
"Wah! Aku tahu apa yang tubuhku butuhkan, Adrian!" kesal Ella saat batuknya reda.
Daffin menatap istrinya dan menjauhkan kopi itu. "Kurangi saja." ucapnya terdengar dingin.
"Kopiku!" Kesal Ella dan menatap marah suaminya.
"Kurangi minum kopinya, ya sayang." ucap Daffin lembut dan menatap manik yang langsung terbelalak itu.
Daffin menggerakkan bola matanya dengan maksud agar Ella mengikuti arah pandangannya.
Ella pun menoleh dan mendapati Fajumi sang direktur utama tengah menatap mereka dari jauh.
"Kami masih manusia dan bumi masih milik bersama, tolong jangan bermesraan ketika jam kerja." ujar Adrian menatap kedekatan mereka.
"Ini bukan jam kerja." sanggah Hana dengan polosnya.
Daffin menggeser tubuh Ella agar lebih dekat dengannya dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping itu.
Ella hanya bisa menahan kekesalannya saat ini. Mungkin dia akan memukul suaminya saat Fajumi sudah tidak melihat ke arah mereka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Your Eyes
Horror(akan direvisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman. Ella Chesa adalah wanita yang mampu melihat mereka yang tak kasat mata, hidupnya yang selalu saja...