Ella membuka matanya dan entah dimana dia berada sekarang. Lorong itu panjang dan sangat gelap. Hanya ada seberkas cahaya yang menjadi tujuannya untuk berjalan.
Dia merasa tubuhnya sangat berat saat mencoba melewati lorong itu, namun akhirnya dia bisa keluar dari sana.
Ella melihat rumah sakit W yang berdiri kokoh di depannya dan tersenyum. "Akhirnya sampai juga," ucap Ella menghela nafas lega.
Seorang pria bertubuh besar melewati dirinya. Telinga Ella kembali berdenging sama seperti dulu, saat akan terjadi sesuatu padanya. Pria itu adalah pria aneh yang dia lihat pada hari kecelakaannya dulu.
Wajah pria itu tidak bisa Ella kenali lantaran masker hitam dan kacamata hitam, beserta topi dan bahkan semua yang pria kenakan itu adalah hitam.
Ella mengikuti pria aneh itu diam-diam dari belakang.
Jalan dan gang demi gang telah dilewati sampai akhirnya pria itu memasuki gedung kumuh yang pembangunannya tidak selesai berpuluh tahun.
Ella mengikuti pria itu memasuki gedung yang gelap dan berhawa dingin itu.
Wanita itu terbelalak dengan apa yang dia lihat.
Pria itu menancapkan pisau diperut seorang wanita dan mencabutnya kembali.
Darah segar mengalir sangat deras bersamaan dengan jeritan melengking-nya yang semakin hilang. Dia mengulangi hal itu bahkan saat wanita itu sudah tidak bernyawa lagi.
Ella semakin gemetar saat pria itu berbalik dan menatap Ella yang ketakutan.
"Selanjutnya giliran mu," ucapnya menghampiri Ella.
Ella berteriak histeris.
Nafasnya tergesa-gesa dan jantungnya berdetak sangat cepat.
"Mimpi itu lagi," ucapnya saat dirinya mulai bangun dari tidurnya.
Ella membuka pintu balkon dan keluar. Dia menatap langit malam dan menghela nafasnya panjang.
Angin kencang tiba-tiba melewati Ella.
Malam ini memang cukup dingin, tapi Ella bisa merasakan jika sesuatu sedang melayang didepannya.
Kabut kabut hitam itu mulai menyatu dan menjadi sosok yang menyeramkan. Bukan hanya satu, mereka ada tiga. Matanya merah menyala dengan tudung yang menutupi seluruh tubuhnya yang transparan.
Ella merasa takut tapi dia urungkan semua perasaan itu. Dia menarik kursi dan duduk di sana. Ella ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan. Apa mungkin ritual?
"Wanita itu sepertinya sedang mengawasi kita." Suara yang menyeramkan itu membuat Ella bergidik ngeri.
Mereka yang melayang-layang itu menatap ke arah Ella yang membaca buku. Lebih tepatnya pura-pura membaca buku. Ketiga makhluk itu datang dan menghampiri Ella.
Ella menutupi ketakutannya sambil bersenandung kecil dan menghentakkan-takkan kakinya.
"Dia mempunyai hawa positif. Sangat kuat! Kita tidak bisa menjadikannya sebagai mangsa kali ini," ucap salah satunya. Ketiga makhluk itu menoleh ke dalam rumah.
"Sesuatu yang sangat kuat ada di sini. Kita harus pergi," ucap yang lainnya dan langsung pergi.
Ketiga makhluk itu tidak melanjutkan kegiatannya. Mereka terbang jauh ke arah selatan.
Ella bergidik ngeri saat para makhluk itu pergi.
"Apa yang mereka maksud? Apa Daffin?" gumamnya. Daffin tidak pulang malam ini karena urusan penting.
Ella menoleh jam yang menunjukkan pukul dua dini hari. "Kak Evans benar tentang Daffin, aku selalu merasa aman bersamanya." gumam Ella.
--o0o--
Pagi pun tiba.
Ella bangun dan langsung mandi. Setelah mandi dia turun ke dapur untuk sarapan.
“Selamat pagi, nyonya.” sapa para pelayan yang sedang sibuk itu.
Ella tersenyum dan mengangguk.
"Sayang, aku pulang." ucap Daffin yang baru tiba seraya menghampiri Ella di meja makan.
Ella berbalik dan melihat Daffin yang menghampirinya. "Bukannya kamu pulang besok, Fin?" tanya Ella.
"Pekerjaan ku selesai lebih awal. Apa yang terjadi pada mu semalam? Kenapa kamu berteriak?"
Ella menaikkan sebelah alisnya. Dari mana Daffin tahu? Apa mungkin dari para pelayan atau pengawal yang terjaga?
"Kecoak," jawab Ella berbohong.
“Bagaimana cara kalian membersihkan rumah?! Kenapa ada kecoak di kamar kami?" tanya Daffin dingin pada para pelayan itu.
“Maaf, tuan,” ucap mereka bersamaan. Mereka yakin bahwa kamar tuan dan nyonyanya begitu bersih tanpa debu sekalipun.
“Jangan membentak mereka." ucap Ella tidak enak hati, pasalnya dia membuat kebohongan. "Apa kamu sudah sarapan?” tanya Ella kemudian.
“Belum. Aku ingin disuap.” ujar Daffin terdengar manja.
Ella menggeleng. “Kamu bisa makan sendiri, nanti kita terlambat.” tolaknya.
Daffin menarik kursi Ella agar lebih dekat dan membuka mulutnya. Dengan terpaksa Ella pun mengabulkan permintaan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Your Eyes
Horor(tahap revisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman. Ella Chesa adalah wanita yang mampu melihat mereka yang tak kasat mata, hidupnya yang selalu saja p...