45

7.5K 458 0
                                    

Adrian menahan tawanya. Niat hati ingin mengantarkan pesanan Ella, sekarang dia malah melihat wajah Daffin yang ditempeli stiker.

"Duduklah, Adrian." ucap Ella membuat Adrian langsung duduk. Dia juga langsung memberikan pesanan Ella itu.

"Kenapa ini disebut permen jahe?" tanya Ella seraya menunjukkan permen jahe yang terletak di meja. Itu adalah sisa permen tang pria itu berikan padanya.

"Karena rasa jahe." jawab Adrian.

"Jadi kenapa ini disebut biskuit ibu hamil?" tanya Ella lagi seraya menunjuk biskuit dengan bungkus merah muda yang pria itu berikan barusan.

"Karena itu biskuit untuk ibu hamil." jawab Adrian lagi.

"Oh! Kupikir otakmu tidak mengerti." ucap Ella mengangguk-angguk.

Daffin tertawa kecil melihat tingkah Ella dan Adrian yang hanya bisa menggeleng pasrah itu.

"Bisa kupas untuk ku?" tanya Ella. Dia menyodorkan kembali buah mangganya pada Adrian.

Adrian mengangguk. "Jika aku boleh mengelus perut mu." katanya seraya tersenyum miring pada Daffin yang langsung memasang wajah sangar.

Ella mengangguk.

"Sayang..." panggil Daffin manja karena tidak setuju.

Adrian mengelus perut Ella sekilas tanpa peduli dengan Daffin yang kesal. "Tumbuhlah menjadi pria yang baik seperti mommy mu. Jangan mewarisi sifat daddy kamu, oke?" ucapnya.

Adrian tersenyum menang pada Daffin yang menatapnya tajam itu. Kapan lagi dia bisa membuat Daffin kesal tanpa dimarahi langsung?

Adrian pun mulai mengupas kulit mangga itu, dia membersihkannya dan memberikannya pada Ella.

"Terimakasih, Adrian. Semoga kamu  segera mendapatkan istri yang tidak merepotkan seperti ku." kata Ella lalu memakan potongan buah itu.

"Kenapa berbicara seperti itu? Kamu tidak merepotkan sama sekali, sayang." ucap Daffin memeluk istrinya.

"Tapi ekspresi mu?" Ella menatap suaminya.

"Aku kesal karena Adrian mengelus perut mu, aku kesal padanya bukan padamu, sayang." ujar Daffin lembut.

"Ohh." Ella mengangguk mengerti.

"Nick, Tom, dan Jonas akan datang nanti malam. Apa kami ke rumah mu saja?" tanya Adrian pada Daffin.

Pria itu mengangguk.

"Yey!" Ella membuat mereka terkejut.

"Gado-gado ku." ujarnya dan pria-pria itu mengerti saat mendengar ketukan pintu itu semakin kuat.

Asisten Daffin datang bersama Fina.

"Mama!" Ella menatap mertuanya yang datang.

"Hay, sayang!" balas Fina tak kalah semangat, dia duduk di sebelah Ella setelah Adrian bergeser.

"Mama bawa ayam bakar, masih panas. Tapi ini semua saja belum habis." ucap Fina seraya mengelus perut Ella.

"Kan ada Daffin sama Adrian, ma." kekeh Ella.

"Ella hanya mencicip saja ma. Setelah itu dia memberikannya pada ku." ujar Daffin pada mamanya sambil menggeleng pelan.

"Mm!" Ella mengangguk membenarkannya.

"Tapi perut Daffin masih kotak-kotak ma, kenapa bisa begitu?" kata Ella.

"Kamu mau aku buncit, sayang?" ucap Daffin seraya menatap istrinya.

"Maksud kamu aku buncit?!" ujar Ella kesal pada sumianya.

Mereka saling menatap takut-takut jika Ella murka. Wanita itu pernah memarahi mereka perkara sandal berbulu nya yang hilang, dan mendiami mereka semua. Bukan hanya Daffin dan teman-temannya, tapi semua keluarganya dan orang-orang di rumah sakit.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang