06

11.5K 663 4
                                    

Pengantin baru itu memasuki rumah besar nan mewah.

"Dimana kamar ku?" tanya Ella. Dia sudah tidak sabar untuk melepaskan gaun berat itu dan merendamkan tubuhnya yang lelah.

"Ini! Sebenarnya ini kamarku, tapi aku akan tidur di ruang kerjaku." jawab Daffin sembari menunjuk sebuah kamar.

"Kenapa tidak di kamar lain saja? Apa ruang kerjamu ada kasurnya?" tanya Ella lagi. Dia memang bukan perempuan lemah lembut, tapi dia sangat perasa. Lagipula rumah ini milik pria itu.

"Ada. Mungkin mereka akan membuat kita tinggal berdua beberapa saat, jadi biar begini dulu sampai para pelayan itu dikirim kembali." jawab Daffin dan melengkang meninggalkan Ella.

"Wahh! Seleranya bagus juga." gumam Ella setelah memasuki kamar itu. Dia memperhatikan tiap sudut ruangan luas nan mewah itu.

Ella pun memutuskan untuk mengganti pakaiannya. "Ahh! Aku tidak bisa melakukan ini sendiri!" Ella menyerah. Dia tidak bisa meraih kancing belakangnya.

"Baiklah, Ella. Kamu ternyata sudah menikah." gumamnya lagi masih tidak percaya. Pernikahannya benar-benar diluar kendali, dia tidak pernah terpikirkan untuk menikah.

Wanita itu menghela nafasnya dan keluar dari kamar mandi. Dengan malas dia duduk di sofa dan memainkan ponselnya.

Pesan selamat membludak dari teman-temannya, belum lagi berita yang langsung menyebar tentang pernikahannya dengan seorang pewaris rumah sakit William.

"Bagaimana caranya melepas ini?" ucapnya frustasi. Dia masih berusaha namun sungguh tidak tahu bagaimana cara melepaskan dress itu.

Suara ketukan pintu membuatnya buru-buru berdiri.

"Ella, aku ingin mengambil sesuatu." ucap Daffin dari luar dan kemudian membuka pintu.

"Kenapa masih memakai itu?" tanya Daffin kebingungan.

"Aku... tidak bisa meraih kancingnya." gumam Ella tidak jelas menjawabnya.

Daffin menghela nafas dan menghampiri wanita yang panik itu. Ella langsung mundur dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya saat Daffin mendekat.

Daffin langsung memutar tubuh Ella dan mencoba membuka kancing dress-nya.

"Pikiranmu sangat kotor." ujarnya. Dia berbalik mencari sesuatu di lemari sebelum pakaian Ella itu semakin melorot. Dia mengulum senyum, Ella tidak pernah terlihat sepanik itu.

Dengan malu Ella berlari menuju kamar mandi.

--o0o--

Ella turun ke dapur dan melihat Daffin yang sedang memasak pagi ini.

"Kamu bisa memasak?" tanya Ella. Dia  duduk di kursi sambil menatap punggung pria itu.

"Hmm." Daffin berdehem singkat menanggapinya.

Ella ber-oh ria sejenak. "Aku tidak bisa memasak, jangan berharap lebih." ujar Ella.

Daffin menoleh sekilas. "Aku menikahi mu bukan untuk menjadi juru masak, aku juga tidak mau diracuni."

"Apa? Baiklah, kamu sudah tahu tujuan ku." kekeh Ella.

Tidak lama setelah itu, Daffin sudah selesai memasak. Dia menatap Ella seolah menunggu respon wanita yang langsung menyantap sarapan mereka.

Ella mengangguk. "Ini terlalu enak, bagaimana jika aku tidak mau cerai nanti?" canda Ella.

Daffin hanya menghela nafas dan menggeleng.

Atensi keduanya teralihkan. Mereka saling menatap ketika mendengar suara mobil yang terparkir dari luar. Daffin langsung menarik kursi Ella agar mereka dekat.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ella panik karena terkejut.

"Sstt! Itu kakek," ujarnya Daffin. Dia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Ella, dia bisa merasakan wanita itu menegang kaku karena terkejut.

"Selamat pagi pengantin baru. Senang sekali, akhirnya kalian menikah." ujar Crish menghampiri mereka.

Ella tersenyum kikuk menyambut mereka.

"Selesaikan sarapan kalian, kami ingin membahas sesuatu." ujarnya. Pria tua itu memutuskan untuk duduk di sofa bersama kedua putrinya.

Sementara di meja makan, Daffin berbalik dan melihat keluarganya yang duduk manis sambil senyam-senyum.

Dia mengehela nafasnya dan kemudian menatap Ella. "Maaf! Mereka bisa curiga." ujarnya.

Daffin menyisihkan rambut Ella kebelakang. Dia mencium leher Ella dan mengisapnya sampai meninggalkan bekas merah disana, mengulanginya lagi, menyesap dan membuat bekas lainnya.

Dia mengangkat kepalanya dan menatap Ella yang terbelalak dengan mata berkaca-kaca tengah menggigit bibirnya sendiri.

"Sialan! Kita sudah sepakat untuk tidak saling menyentuh!" bisik Ella marah  karena tidak terima setelah perbuatan Daffin itu.

Daffin tersenyum miring, mengencangkan tangan kirinya di pinggang Ella dan melanjutkan makannya.

"Aku akan membunuhmu jika melakukan hal seperti itu lagi." kesal Ella penuh amarah dan ancaman.

Mereka pun menyelesaikan sarapan dan menghampiri keluarga William yang sedari tadi menunggu mereka.

"Kalian tidak berpikir untuk langsung bekerja hari ini kan?" tanya Fina dan mendapatkan gelengan dari keduanya.

"Mama ingin kalian honeymoon dan tiketnya sudah kami pesan, kalian pergi lusa." ucap Fina.

"Berapa hari? Kami sepakat untuk langsung kembali bekerja, kan sayang?" tanya Daffin. Dia menoleh pada istrinya dan kembali menatap keluarganya.

Ella hanya mengangguk kaku.

"Tidak, tidak! Kami mau kalian menghabiskan waktu bersama dulu." ujar Crish.

"Besok kita akan mengadakan jamuan makan malam, semuanya sudah di urus dengan baik. Kalian jangan terlambat karena tante sangat bersemangat untuk syukuran pernikahan kalian ini." ucap Fajumi. Dia kemudian menoleh pada Ella dan tersenyum. “Jangan keras kepala kali ini, oke?”

Ella hanya cengir dan mengangguk. Ya, dia memang terlalu sering membantah jika dirinya tidak suka.

Sementara Fina mulai dari tadi tersenyum gemas melihat leher Ella. Dia benar-benar tidak sabar untuk menyambut anggota baru setelah pernikahan putranya dan Ella yang selalu dia paksa menjadi menantunya itu.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang