24

8.5K 538 2
                                    

Ella menatap Victory yang berjalan lemas menghampirinya. "Aku tidak tahu harus apa lagi, dok. Tubuhku rasanya ingin tumbang." ucap Victory.

Ella menatap sekilas hantu-hantu yang masih mengganggunya itu.

"Apa mereka membuat pria ini kehilangan energi?" batin Ella. Dia ingat bagaimana hantu-hantu itu melebur saat Daffin menghampiri mereka kemarin.

"Mm... biar ku periksa. Ikut aku," ucap Ella.

Ella memeriksa pasiennya itu dengan telaten di ruang pasien. Kondisi tubuhnya memang tidak baik, dia stress dan kelelahan.

"Kamu kelelahan. Akan kuberikan resep obat dan vitamin." ujar Ella seraya menuliskan sesuatu. Dia sadar ketiga hantu yang mengikuti pria itu mulai kesal padanya.

Victory memegang tangan Ella dan menatapnya. "Ini bukan kanker, kan?" tanyanya dengan serius. Dia benar-benar takut kehilangan nyawanya saat karirnya sedang naik.

Ella mengulum senyum dan menggeleng.

"Mm.. tunggu sebentar." ucap Ella mencari sesuatu di tasnya.

Dia berpikir sejenak dan mengeluarkan gelang hitam yang dia dapat dari toko cidera mata kuno dulu.  "Aku ingin meminjamkan mu gelang ku ini tiga hari." ujarnya.

Pria itu menatap dokter didepannya kebingungan.

"Ahh! Kamu jangan berpikir aneh-aneh. Aku tidak tahu tapi aku akan tidur nyenyak jika memakainya." ujar Ella sambil terkekeh.

"Apa benar begitu?" tanya Victory tidak yakin.

"Jangan menyentuh pria kami. Dia sukses karena melakukan ritual, dia milik kami." Salah satu hantu itu muncul tepat didepan mata Ella.

Ella benar-benar terkejut. "Ritual?" batinnya. Ella langsung membuang pandangnya dan kemudian menatap Victory.

"Apa menjadi model adalah cita-cita mu?" tanya Ella mulai ragu.

"Mm... apa aku bisa jujur pada mu, dok?"

Ella mengangguk dan tersenyum manis meyakinkan bahwa rahasia pria itu aman bersamanya.

"Aku... aku ingin ayah dan ibuku bangga. Aku sudah lulus kuliah dan belum mendapatkan pekerjaan. Aku mengikuti audisi untuk model brand ternama, dan disinilah aku sekarang." jawabnya.

Ella mengangguk dan langsung memasangkan gelang itu pada Victory.

Dia melihat sekilas dan hantu itu tidak pergi, tapi mereka kesusahan mendekati Victory. Berarti gelang itu memang memiliki penolak. Entah bagaimana, namum nenek Arumi pernah membahas jika benda yang dia dapatkan dari toko cidera mata itu terasa mampu melindungi.

"Aku akan menunggumu tiga hari ini. Hancurkan dan tinggalkan kegiatan tidak baik mu itu, mereka yang membuatmu seperti ini. Mulailah karirmu dengan usahamu sendiri dan bukan dengan cara yang kotor. Ingat, kamu harus mengembalikan gelang itu dan menyelesaikan masalahmu dalam tiga hari." ucap Ella menatap serius Victory.

Victory membisu. Dia menatap wanita di depannya dengan gugup. "B-bagaimana kamu tahu?"

Para hantu itu berteriak marah di sekitar Ella. Mereka berusaha mendekati dan menerkam wanita itu karena sudah berhasil mencuci otak milik mereka.

"Daffin, aku membutuhkan mu," gumam Ella pelan. Meski disuguhkan dengan pemandangan seram setiap saat, dia masih ketakutan untuk saat ini.

Ella meraih jemarinya berharap cincin Leihut yang dimaksud itu berfungsi. Telinganya sakit mendengar jeritan dan teriakan para hantu itu.

"Apa dokter baik-baik saja?" tanya seorang perawat yang baru datang.

"Dimana Daffin?" tanya Ella buru-buru.

"Aku melihat dokter Daffin di resepsionis. Kudengar beliau sedang menunggu tamu penting." jawab perawat itu.

"Tiga hari, dalam tiga hari!" U
ucap Ella kemudian meraih tasnya dan pergi dari sana.

Hantu-hantu itu mengikutinya membuat Ella melangkahkan kakinya dengan cepat.

Ella merasa lega saat melihat suaminya tidak jauh dari pandangannya. "Daffin!" panggilnya. Dia langsung berlari memeluk pria yang sedang mengobrol dengan tamu penting itu.

"Ada apa?" tanya Daffin.

Ella menoleh ke belakang melihat para hantu yang langsung melebur itu dan mengehela nafasnya.

"Apa mungkin dia..." Pria tua di depan mereka terlihat sedikit bingung.

Daffin mengangguk. "Ya, benar. Dia seorang dokter ahli bedah jantung, dia istriku, Ella." ucap Daffin memperkenalkan Ella pada pria paruh baya itu.

"Mm.. maaf. Aku tidak tahu jika kalian sedang..." Ella tidak menyelesaikan perkataannya saat pria di depannya mengulurkan jabatan tangan.

"Aku Vir Auriga. Senang berkenalan dengan mu, nyonya William," ucapnya.

"Senang mengenal anda juga pak." balas Ella ramah dan menerima uluran tangannya.

Vir tersenyum. "Maaf karena tidak bisa menghadiri pernikahan kalian. Akan kukirimkan sesuatu sebagai tanda permintaan maaf ku." ucap Vir merasa tidak enak hati.

"Ahh, tidak. Tidak masalah, pak. Terimakasih." Ella tersenyum dan menggeleng menolaknya.

"Mari, pak." ucap Airi mengakhiri obrolan mereka. Dia pun membawa tamu mereka itu.

Daffin menatap istrinya. "Ada apa?" tanyanya.

"Emm... maaf. Pergilah," ujar Ella tidak tahu harus menjawab bagaimana.

"Kenapa memelukku tiba-tiba? Terjadi sesuatu padamu?" tanya Daffin khawatir.

"Tidak. Itu...  Em, aku..."

Daffin mencium pucuk kepala Ella didepan umum. "Katakan padaku jika kamu membutuhkan sesuatu, paham?" Ujarnya sembari mengelus pipi wanita itu.

"Mereka menunggu mu," bisik Ella malu-malu karena orang-orang itu menatap mereka dari lift.

"Jangan melakukan hal berbahaya! Satu jam lagi datang ke ruangan ku," ucap Daffin mengelus kepala Ella dan akhirnya ikut masuk ke lift.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang