47

7K 421 0
                                    

Daffin menunggu Ella keluar dari kamar mandi sembari menyusun bantal-bantal agar Ella bisa tidur dengan nyaman.

Dia menghampiri Ella dan membawanya duduk dengan nyaman.

"Kamu ingin sesuatu sayang?" Tanya Daffin sembari mengelus perut Ella.

Dia menatap Ella yang sibuk membaca berita terbaru tentang kasus pembunuhan berantai itu. Dia melihat data korban yang tambah tiap minggunya dengan perasaan sedih.

"Sedang membaca apa?" Tanya Daffin melirik ponsel Ella.

"Kamu tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja. Kasus itu akan selesai dengan cepat." Ujar Daffin.

"Kasihan keluarga mereka." Lirih Ella mulai terisak.

"Jangan menangis sayang!" Ujar Daffin panik.

Ella sesegukan membalas pelukan suaminya dan tidak berhenti menangis.

"Jangan menangis Ella, baby kita ikut sedih nanti." Ujarnya lembut.

Ella pun melepaskan pelukannya dan mengelus perutnya.

"Maaf sayang, mommy jahat ya? Mommy minta maaf." Ucap Ella.

"Aku mencintaimu Ella, aku sangat mencintaimu mu!" Ujar Daffin menyeka air mata Ella.

"Sekarang kamu istirahat ya!" Ucap Daffin.

"Bagaimana jika mimpi itu datang lagi?" Tanya Ella takut.

"Aku akan selalu ada di samping mu, aku tidak akan meninggalkan mu sedetik pun." Jawab Daffin lembut mencoba menenangkan Ella.

"Kamu janji?" Gumam Ella.

"Aku janji sayang." Jawab Daffin mengajak Ella untuk berbaring.

"Bagaimana jika baby William kita beri nama Elvin?" Tanya Daffin mengelus lembut wajah Ella dan kemudian perut Ella.

"Elvin William?" Tanya Ella dan bayi mereka langsung merespon.

"Kamu menyukainya sayang?" Tanya Daffin mencium perut Ella.

"Elvin Diego William. Jagoan daddy dan mommy, kamu harus tumbuh sehat dan kuat." Ucap Daffin.

"Elvin Diego William, aku menyukainya." Gumam Ella mengelus kepala Daffin.

"Sekarang tidurlah sayang. Aku disini setiap saat." Ucap Daffin mengecup bibir Ella singkat dan memeluknya hati-hati.

Ella terbangun dari tidurnya.

Dia melihat ke samping dan tidak menemukan Daffin di sana.

Suara ketukan dari balkon membuatnya bangun dan menghampirinya.

Langkahnya terhenti saat ketukan itu terdengar semakin kuat dan keras. Dia mundur karena asap-asap hitam yang berupaya membuka pintu itu.

Dengan ketakutan dia mundur. Dia mengelus perutnya semakin panik saat pintu itu terbuka dengan paksa.

"Kamu tidak menepati janjimu!" Suara horor menggelegar bersamaan dengan para hantu yang menghampirinya.

"Janji apa? Apa mau kalian? Jangan mengganggu ku!" Ucap Ella panik.

Kakinya tidak bisa bergerak lagi sampai angin mendorong tubuhnya ke kasur. Dia menjaga perutnya dengan panik.

"Kamu melihatnya dan kamu membiarkannya!" Ucap mereka marah dan menyerbu Ella.

Ella terbangun dan memegangi perutnya.

"Kenapa sayang? Kamu baik-baik saja?" Tanya Daffin yang terjaga menemani Ella.

"Kamu mimpi buruk lagi?" Tanya Daffin menenangkan Ella yang panik itu.

"Aku takut, Daffin!" Tangis Ella.

"Semua akan baik-baik saja, aku janji." Ujar Daffin memeluk erat tubuh Ella.

Daffin mencium kening Ella dan mencium bibirnya.

"Maaf untuk semuanya Ella, kamu pasti merasa tidak aman." Ucap Daffin mengelus pipi Ella.

"Aku tidak mau tidur lagi." Ella menggeleng berulang kali.

"Mm! Kemari sayang!" Daffin membawa Ella bersandar padanya dan dia mengelus lembut perut Ella.

"Pergi jauh mimpi buruk, jangan datang lagi! Tega sekali kamu membuat istriku terjaga." Ujar Daffin lembut.

"Wajah mereka sama. Mereka pasti membutuhkan bantuan ku." Batin Ella. Dia sadar jika mimpinya barusan berhubungan dengan kasus pembunuhan berantai itu.

Daffin mengelus wajah Ella kemudian mengelus perutnya.

"Kamu membuatku panik juga, sungguh!" Batin Daffin.

"Aku mau burger dan cheese cake." Ucap Ella pelan.

"Off course butterfly. Ada yang lain?" Tanya Daffin lembut.

Ella menggeleng.

"Kalau begitu tunggu sebentar." Ujar Daffin namun Ella menahannya.

"Jangan pergi." Pinta Ella manja dan Daffin tertawa kecil.

"Iya sayang." Ujarnya gemas dan memeluk erat istrinya itu.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang