20

9.3K 568 1
                                    

Ella mulai bangun dari tidurnya. Saat membuka mata, dia mendapati suaminya yang masih tertidur sembari memeluknya.

"Selamat pagi, Daffin." gumam Ella pelan dan mengelus wajah Daffin. Dia ingin bergerak namun Daffin mengencangkan pelukannya dan semakin mendekapnya erat, mungkin dia merasa terganggu karena pergerakan itu.

Ella menatap pria yang masih tertidur pulas itu. "Bagaimana caranya aku bangun?" gumamnya. Dengan perlahan-lahan dia melepaskan diri namun lagi-lagi Daffin langsung memeluknya erat.

Ella menyerah dan memilih menatap suaminya yang terlelap saja. Dia mengelus wajahnya dan mendaratkan ciuman singkat di bibir Daffin dengan berani. Rasanya tetap sama, jantungnya berdetak tak karuan.

"Terimakasih untuk morning kiss-nya, sayang," ucap Daffin tanpa membuka matanya.

Ella terbelalak. "Kamu sudah bangun? Kalau begitu lepaskan!" ujarnya menahan malu. Sungguh dia merasa malu karena sudah ketahuan mencium Daffin.

"Aku sudah bangun sejak tadi. Ternyata membiarkan mu bangun lebih dulu adalah pilihan yang tepat." ucap Daffin, dia menatap wajah Ella yang bersemu merah itu.

"Lepaskan, Daffin!"

"Tidak. Aku ingin memelukmu erat-erat dan tidak akan melepaskan mu. Biarkan seperti ini sampai aku puas." ucap Daffin menolak.

"Kamu salah, Daffin! Jangan membuatku berharap lebih, ingat tujuan awal kita apa?" Ella menatap serius suaminya.

Daffin membalas tatapan itu. "Menjadikan mu istriku."

"Hah?"

"Sttt! Mama tadi datang dan memintaku untuk tidak membangunkan mu. Aku iri dia lebih memperdulikan mu dari pada anak kandungnya." Daffin menggeser kepalanya ke ceruk leher wanita itu.

"Maaf sudah merebut mama mu, Daffin. Tolong lepaskan! Mau ditaruh di mana muka ku jam segini baru bangun?" ucap Ella. Dia merasa tak karuan dengan posisi itu.

"Aku masih ingin memeluk mu, Ella. Boleh ya?" Daffin beralih menatap istrinya.

"Tidak!" tolak Ella namun Daffin jauh lebih kuat darinya.

Ella menyerah dan menatap tajam Daffin penuh marah.

"Daffin, Ella?" panggil Fina lembut dari luar.

"Iya. ma. Kita udah bangun." sahut Daffin.

"Turun yah, kita sarapan." ucap Fina dan kemudian turun ke dapur.

Sore telah tiba. Keluarga William merasa berat hati mengantar pulang Ella dan Daffin.

"Sering-sering pulang, ya. Jangan sibuk berdua terus." ucap Fina seraya memeluk Ella dengan erat.

"Iya, ma." gumam Ella tersenyum manis.

"Kamu juga harus mengkonsumsi makanan sehat, jangan terlalu lelah dan kurangi mengkonsumsi kafein secara berlebihan." tambah Fajumi pada menantu mereka itu.

"Aku akan menjaga Ella dengan baik. Bisa kami pulang sekarang? Kami harus singgah di rumah sakit juga." ujar Daffin menunggu dengan tak sabar. Sejak tadi kedua wanita itu masih menasehati dan memeluk istrinya.

"Daffin, jaga Ella dengan baik. Ku dengar ada pria yang mengajaknya mengobrol saat berbelanja dengan Fina. Dia memang istrimu, tapi kamu tidak bisa mengubah perasaan orang-orang padanya." ujar Crish pada cucunya dengan serius.

"Tidak, kakek. Dia teman lamaku, sungguh." jawab Ella menyanggah.

"Kami percaya padamu, sayang. Taapi tidak dengan mereka." Fina ikut menanggapi.

Ella menggeleng pelan. Kenapa mereka semua terdengar cemburu?

"Hati-hati, sayang. Kabari mama jika sudah sampai di rumah." ujar Fina melambai.

Mereka berdua pun masuk ke mobil.

"Apa kamu sudah membaca data pasiennya?" tanya Daffin dingin saat mobil mereka mulai melaju.

Ella menatapnya sekilas. Dia bergidik ngeri jika Daffin sudah di mode serius, hawanya semakin mencekam.

"Sudah. Aku juga sudah membagikannya pada dokter Bram dan Vino." jawab Ella. Dokter bedah jantung di rumah sakit W memang hanya mereka berempat. Mereka akan melaksanakan operasi besar lusa depan.

Daffin diam dan Ella pun ikut diam. Dia memilih membuang pandang dan menatap kota yang selalu sibuk itu.

"Berhenti!" teriak Ella.

Daffin langsung menginjak rem dan menatap Ella. "Ada apa?" tanyanya panik.

Ella langsung membuka pintu dan berlari menghampiri kerumunan di sebuah halte bus.

"Aku dokter!" teriaknya membuat kerumunan itu membukakan jalan.

Dia langsung melakukan pertolongan pertama pada seorang kakek yang mengalami serangan jantung di sana.

Daffin menghampiri dan langsung membantu Ella. "Panggil ambulan, Ella." ucapnya.

Ella langsung memanggil ambulan dan memintai kejelasan orang-orang di sana.

Daffin mencoba bertanya pada kakek tua yang sudah sadar itu namun tiba-tiba kakek itu langsung hilang kesadaran diri. Daffin bisa menjamin jika pria itu sudah baik-baik saja setelah pertolongan itu.

Suara ambulan yang semakin dekat membuat Daffin tenang. Dia mencoba mencari keberadaan Ella diantara kerumunan itu.

Sementara itu, Ella menatap seorang pria dengan pakaian serba hitam yang bertampang curiga.

Pria dengan masker itu tidak sengaja melakukan kontak mata dengan Ella dan dia langsung buru-buru pergi.

Telinga Ella berdenging keras dan dia langsung mengikutinya.

Fokusnya tertuju pada pria itu dan tidak memperhatikan jalan ketika menyebrang.

Suara klakson mobil membuatnya terdiam tak mampu bergerak karena kaku. Jika mobil itu tidak berhenti tepat waktu, maka dia akan tertabrak.

Dia menghempaskan tubuhnya yang melemas ke jalan. Dia memang dikenal dengan wanita tanpa rasa takut, tapi dia takut jika dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Apa yang kamu lakukan, hah?! Apa kamu tahu itu berbahaya?!" bentak Daffin penuh amarah.

Ella hanya berani menatap jalanan aspal dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Kenapa dia bisa se-ceroboh ini? Sudah tiga kali dia hampir mati karena kecelakaan lalulintas, dan barusan dia nyaris tertabrak lagi. Dia benar-benar kehilangan fokusnya karena pria misterius itu.

"Kamu baik-baik saja, nona?" tanya supir truk itu panik.

Daffin menghela nafasnya dan langsung memeluk Ella dengan erat. "Jangan melakukan hal berbahaya, Ella. ku mohon! Kamu bisa membuat ku gila." gumam Daffin mencoba menenangkan istrinya.




°°°°
Hay Ezeng, my lovely readers!

Terimakasih sudah mampir, jangan lupa vote dan komen sayang sayang ku🧡🧡

Eits, tapi kalian juga wajib baca karya ku yang ini: "AMBIVALEN"

Ini adalah kisah Elvis Bardalle Wijaya. Pria yang silang selimpat dalam mengendalikan emosinya, yang sulit membedakan perasaannya, dan kerap bersembunyi pada kata benci.

Dia membenci dan mencintai gadis yang selalu membuatnya bingung pada apa sebenarnya yang dia rasakan. Gadis bernama Laura Norin yang dia tarik secara paksa dalam kehidupannya, dan menjadi miliknya seorang. Dia memberikan cinta berbahayanya pada Laura Norin yang masih menunggu kekasihnya yang berkhianat.

Pada ingat baby El ini siapa kan?

Right! Dia anak Algar Wijaya dan Naya Willona. Yang kata daddynya lebih baik pakai pengaman aja!!

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang