Daffin menatap istrinya yang melamun di balkon. Usia kehamilan Ella yang sudah sembilan bulan membuat wanita itu sedikit lebih pendiam dari biasanya.
“Aku pulang,” ucap Daffin. Dia menghampiri Ella dan mencium keningnya.
“Daddy pulang, jagoan kecilku.” Daffin mengelus perut Ella dan menciumnya.
“Kenapa kamu melamun? Apa yang kamu pikirkan, sayang?"
Ella tersenyum dan memeluk suaminya manja.
“Aku memikirkan semangkuk besar ramen. Dengan telur dan kuah yang kental. Aku mau itu.” ujar Ella.
“Tentu saja. Aku akan memesannya.” Daffin setuju dengan permintaannya. Dia pun langsung memesannya dan membawa istrinya ke dapur.
Setelah pesanan Ella datang, wanita itu memakannya dengan lahap.
Daffin menerima suapan istrinya walau dia sebenarnya tidak ingin memakannya. Ella benar-benar sangat sensitif dan sering menangis.
Ledakan besar menghancurkan kota. Teriakan dan isak memenuhi malam yang hancur itu. Sekelompok membumihanguskan tempat mereka.
Sebuah cahaya berdiri diatas puing-puing bangunan yang hancur itu. Semakin lama semakin terang dan cahayanya menyebar membutakan.
Ella meringis kesakitan karena bayangan di kepalanya itu. Dia merasakan sakit yang luar biasa di kepala dan perutnya.
“Ella? Kamu baik-baik saja, sayang?” Daffin panik. Dia langsung membawa istrinya yang pingsan ke rumah sakit.
[Di rumah sakit]
Daffin menatap khawatir istrinya yang terbaring. Wanita itu bangun sebentar dan kemudian tidur.
Dokter Maya mengatakan bahwa keadaannya baik-baik saja. Itu menurut medis, mereka tidak tahu apapun karena Ella sendirilah yang merasakan sakit itu.
Daffin benar-benar khawatir. Dia tahu sikap dan sifat istrinya, itu yang membuatnya merasa takut karena Ella lebih pendiam dari biasanya.
“Daffin, bagaimana keadaan Ella?" Tanya Evans yang baru datang.
“Dokter Maya bilang Ella baik-baik saja.” Jawab Daffin.
“Begitu, dia akan baik-baik saja. Kudengar dia sering melamun dan lebih pendiam. Apa yang terjadi?”
“Tidak ada. Itu yang membuatku khawatir, ka.” Jawab Daffin menghela nafasnya.
“Sebenarnya aku tidak ingin menambah kekhawatiran mu, tapi kita perlu waspada. Andrew kabur dari penjara.” ucap Evans.
“Apa?" Daffin terbelalak.
“Tangannya tertembak, tapi dia bisa membunuh dua polisi sekaligus. Bajingan itu sudah gila.” Evans menghampiri Ella dan duduk disampingnya. Dia mengelus kepala adiknya dan terkejut dengan tubuhnya yang mendingin.
“Apa yang terjadi? Kenapa Ella sangat dingin?"
Daffin dan Evans panik. Mereka langsung memanggil dokter Maya untuk menanganinya.
Setelah diperiksa, dokter Maya mengatakan jika Ella baik-baik saja dan tidak ada yang salah. Sadarlah Daffin dan Evans jika itu semua berhubungan dengan kemampuan wanita itu.
Hari berganti.
Di pagi hari yang dingin itu, hujan membasahi permukaan bumi. Manusia melaksanakan aktivitas biasanya meski awan masih menangis.
Ella mulai bangun.
“Daffin? Aku lapar.” Ucap Ella.
“Ella? Kamu baik-baik saja sayang? Aku takut, aku sangat takut.” Daffin memeluk istrinya dan menangis.
“Hahaha! Kamu sangat lucu, sayang. Kenapa kamu menangis? Aku baik-baik saja. Aku lapar.” Ucap Ella manja.
“Mm, itu karena kamu tertidur satu hari ini.”
“Satu hari? Artinya aku melewati mimpi pajang.” Gumam Ella.
“Aku lapar.” ucapnya memanyunkan bibirnya.
“Baiklah istriku. Apa yang ingin kamu makan?”
“Ayam bakar buatan mama.” jawab Ella berbisik.
Daffin tersenyum. Dia merasa istrinya sudah kembali bersemangat.
Daffin langsung mencium bibir Ella dengan lembut. Dia memeluknya sangat erat.
“Kamu tahu? Aku bermimpi panjang tapi aku hanya mengingat sesuatu." Ujar Ella.
“Mm, apa itu? Sembari mama dan yang lainnya datang, aku akan mendengar mu.”
“Sebuah kebakaran, aku tidak terlalu tahu. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang kuat dan menakutkan. Saat itu aku terperangkap dan seorang pria menolong ku.” Ella mulai bercerita.
“Seorang pria?”
“Ya, dia sangat tampan. Senyumannya sangat manis dan dia...” Ella tidak melanjutkan perkataannya karena wajah suaminya yang muram.
“Bukan aku yang menolong mu? Siapa pria itu, Ella?” Tanya Daffin kesal namun dengan nada yang lembut.
“Kamu cemburu?" Ella tertawa terbahak-bahak.
“Mm, aku cemburu.” Daffin membaringkan kepalanya di paha Ella dan menciumi perutnya.
“Katakan pada mommy jika aku cemburu, Elvin.” Adu Daffin pada bayi mereka.
Ella tertawa lagi. Dia mengelus kepala Daffin dengan lembut.
“Dia dingin, tapi aku merasa sangat nyaman. Dia mirip sekali dengan mu. Wajahmu, bibirmu, hidung, badan tegap mu, dia sangat mirip dengan mu.” Lanjut Ella.
“Benarkah?”
“Ya, sangat mirip. Tapi fokus ku pada tanda di lehernya, ada sesuatu yang membuatku merasa aneh. Titik dan koma, mirip tato.” Jawab Ella.
“Siapa yang lebih tampan? Aku atau dia?” Tanya Daffin menatap istrinya dengan serius.
“Ya, ini sulit. Kalian sangat mirip. Tapi karena kamu menggemaskan seperti bayi, aku memilih mu.” Kekeh Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Your Eyes
Horror(akan direvisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman. Ella Chesa adalah wanita yang mampu melihat mereka yang tak kasat mata, hidupnya yang selalu saja...