55

7.1K 379 6
                                    

"Dimana bosmu?" Tanya Ella pada Doddy yang baru datang. Sejak pagi hingga sore ini, pria itu baru memunculkan diri.

"Coklat panas mu sudah dingin!" Ucap pria yang Ella suruh tadi. Dia memberikan pesanannya dan langsung pergi karena tidak mau berurusan dengan Ella lagi.

"Tapi aku mau yang panas," gumam Ella menatap minuman yang dia pegang.

"Aku akan memanaskannya untuk mu," ucap Doddy namun Ella langsung menggeleng.

"Aku akan memanaskannya sendiri." Tolak Ella dan berjalan menuju dapur. Beberapa bawahan Andrew langsung mengawasi tawanan mereka itu.

Ella meringis saat tangannya menyentuh panci yang panas. Dia mulai terisak karena merindukan Daffin dan keluarganya.

"Bukan aku, sumpah!" Ucap Doddy takut pada Andrew yang baru datang. Pria itu langsung menghampiri Ella dan membawanya menjauh dari dapur.

"Kenapa kamu tidak meminta mereka saja yang melakukannya?" Tanya Andrew.

"Sudah ku tawarkan!" Jawab Doddy.

Ella menatap tangannya yang memerah dengan mata berkaca-kaca. Dia menangis tanpa terisak.

"Itu hanya luka ringan, kenapa kamu menangis?" Tanya Andrew.

"Aku merindukan Daffin! Aku ingin melihatnya," Isak Ella.

"Daffin? Suamimu itu mungkin akan bunuh diri karena tidak akan pernah menemukan mu!" Ucap Andrew.

"Tidak! Tidak! Dia tidak akan bunuh diri dan aku akan bebas. Kak Evans akan segera menjemput ku jika memang yang kamu katakan itu benar!" Sanggah Ella panik.

"Baiklah sayang, sekarang jangan membuat keributan lagi." Ujar Andrew meraih tangan Ella. Dia meniup tangan wanita itu kemudian mengolesinya dengan krim.

"Ada apa?" Tanya Andrew membalas tatapan Ella.

"Sebenarnya apa mau mu?" Tanya Ella balik.

"Menghancurkan kehidupan Evans dan Chesa yang terakhir." Jawab Andrew dengan segera.

"Kenapa tidak langsung membunuhku saja? Kenapa kamu malah membunuh banyak orang yang tidak bersalah itu?"

"Aku memang akan membunuhmu setelah bayimu sudah lahir. Dan tentang korban-korban ku, kamu tidak perlu tahu. Anggap saja itu adalah obat penenang ku, darah dan jeritan mereka membuatku puas." Ujar Andrew dengan tatapan buasnya.

"Aku sudah membayangkan bagaimana si brengsek itu akan berlutut di hadapan ku. Dia harus merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang paling berharga di hidupku!" Lanjut Andrew.

Dia bingung sendiri dengan tatapan Ella, sungguh dia tidak tahu apa maksudnya. Wanita itu terlihat tenang, namun ada kalanya dia panik dan ketakutan, kemudian matanya akan dipenuhi rasa empati dan penuh belas kasih.

"Jadi itu rencanamu. Baiklah, sebaiknya aku menulis surat perpisahan untuk Daffin. Suami tampanku itu pasti akan kewalahan merawat bayi kami." Ujar Ella santai. Dia berdiri meraih pulpen dan kertas yang berada di meja seberang, kemudian kembali sambil mengelus-elus perutnya.

"Jika kamu tidak menepati janjimu menjadikanku sebagai korban terakhir, hantuku dan yang lain akan mencekik mu sampai mati." Ujar Ella dan kembali duduk di samping pria yang kini melongo itu.

"Dia melakukannya dengan baik. Tapi apa benar keputusannya akan berhasil?" Tanya salah satu hantu di sudut itu.

"Aku tidak tahu, yang pasti dia sedang tidak berpura-pura." Balas yang lainnya.

"Apa kamu punya bolpoin lain, Kai? Ini habis tinta!" Tanya Ella.

"Ada!" Jawab Kai dan melemparkan bolpoinnya. Tatapan marah Andrew yang menangkap bolpoin tepat di depan wajah Ella itu membuatnya hanya bisa menelan ludah kemudian menggeleng.

"Terimakasih," gumam Ella dan mencondongkan tubuhnya kedepan kemudian kembali tegak menjaga perutnya agar nyaman.

"Kamu tidak perlu menulisnya! Akan ku sampaikan langsung pada William itu!" Ujar Andrew dingin.

"Bagaimana aku bisa mempercayai mu? Dasar pembunuh!" Ucap Ella dan kini meletakkan kertas itu di pahanya.

Untuk suamiku, Daffin. Pria yang berhasil membuat ku merasakan indahnya mencintai dan dicintai.

Ella mengerutkan keningnya dan berpikir serius setelah menuliskan itu.

"Apa menurutmu aku terlalu egois? Jika diingat-ingat kisah cinta kami adalah sesuatu yang tidak terduga. Aku tidak tahu seberapa terpukulnya dia jika aku sudah tidak ada lagi." Ujar Ella.

"Kisah cinta yang tidak terduga?" Tanya Kai penasaran.

Ella mengangguk.

"Aku sangat kesal padanya karena dia sangat dingin dan arogan, kemudian Daffin berubah menjadi pria termanis yang pernah aku temui di hidupku. Aku sangat mencintainya. Akan ku ceritakan kapan-kapan jika Daffin memberi izin." Ujar Ella kemudian mengerutkan keningnya kembali. Dia menahan tawanya karena perkataannya, dia lupa sekilas jika dia sedang membuat surat perpisahan pada sang suami.

"Ceritakan saja!" Ujar Kai.

"Tidak, tidak! Kamu perlu menemukan cinta mu sendiri." Tolak Ella.

"Sudah? Aku tidak ingin berlama-lama dengan drama mu ini karena tamuku sudah bergerak." Ujar Andrew melirik ponselnya. Dia bisa tahu pergerakan Evans dari laporan seseorang dari sana.

Hihihii..

5 beruntun buat kamu

Btw Ezeng ku semua, author lagi dilema buat akhir novel ini. Sembari menunggu, silahkan baca “AMBIVALEN”

Tapi tolong diperhatikan warningnya (deskripsi) sebelum membacanya ya💓💓 not for kids

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang