50

6.9K 403 2
                                    

  Daffin mengusap wajahnya frustasi.

"Ella akan baik-baik saja, tenanglah!" Ucap Nick.

"Dia pasti ketakutan di luar sana! Dia menghilang dan kita tidak menemukan jejak sama sekali!" Marahnya menarik kerah baju Nick.

"Dia akan baik-baik saja, Daffin!" Ucap Tom dan Daffin pun melepaskan cengkeramannya.

"Seharusnya aku yakin dia adikmu saat dia menyebut Chesa!" Ucap Ghio memasuki ruangan Daffin dengan santainya.

Tom mengarahkan pistolnya ke pria itu.

"Turunkan, dia di pihak kita." Ucap Evans.

"Hey Daffin! Kita memang rival, tapi kakak iparmu adalah rekanku. Kalian akan membutuhkan bantuanku kali ini." Ujar Ghio santai dan duduk bersama formasi pria-pria gagah itu.

"Aku yakin pelakunya adalah Romdinne itu. Sudah lama aku ingin membunuhnya, tapi aku belum punya alasan." Ucap Ghio serius.

"Aku tidak tahu markasnya di mana." Lanjutnya.

"Hah! Itu berarti keberadaan mu memang tidak berguna!" Decak Tom.

"Baiklah tuan Louise! Apa anda punya arah? Tidak kan?" Hina Ghio.

"Diamlah Ghio!" Ucap Evans fokus dengan ponselnya.

Ella menghilang sejak empat jam yang lalu. Sore menjelang malam itu membuat semua orang geger, namun dengan sigap Evans mengatasinya agar tidak banyak musuh yang tahu tentang dirinya yang sebenarnya mempunyai seorang adik. Dia tidak mau ada musuh lain yang menggunakan kesempatan itu.

"Maaf Ella!" Gumam Daffin frustasi. Dia menyalahkan dirinya untuk semua yang terjadi saat itu.

"Gambar itu! Ka Evans!" Ucap Daffin.

"Aku mengerti Daffin! Aku sedang meminta bantuan Alex." Balas Evans.

"Kepala kepolisian itu? Jangan membawa polisi dalam kasus ini, Evans!" Ucap Ghio dan mereka yang disana setuju.

"Kepolisian akan diuntungkan kali ini, dia akan menjaga rahasia kita." Ujar Evans.

"Bagaimana?" Tanya Nick.

"Kasus pembunuhan berantai itu ulahnya!" Jawab Daffin.

"Gotca! Kecurigaan ku benar! Biarkan aku yang menembak kepalanya, aku ingin sekali membunuh pria tanpa jejak itu." Ucap Ghio tersenyum miring.

"Tapi dari mana kalian tahu?" Selidik Nick.

  Mereka menatap Daffin dan Evans secara bersamaan namun mereka tidak menanggapi.

"Aku sudah memerintahkan mereka untuk menyisir kota." Ucap Jonas yang datang bersama Adrian.

Mereka langsung bergerak setelah mendapatkan pesan setuju dari kepolisian.

🖤🖤🖤

"Hey Chesa! Bersyukurlah karena aku tidak jadi membunuh hari ini, ku urungkan niatku karena aku ingin mengajakmu mengobrol sampai pagi." Ujar Andrew menghampiri Ella yang ketakutan. Andrew mendengar pergerakan musuhnya, jadi dia akan menjaga Ella agar mereka tidak bisa menemukannya.

"Lepaskan aku, kumohon!" Lirih Ella.

"Tidak sayang! Jangan menangis, kamu mengingat kan ku pada istriku yang selalu merengek meminta paha ayam. Apa kamu ingin bernasib sama dengannya?" Ucap Andrew.

"Setiap penjuru tempat ini di isi cctv, dan tidak ada akses untuk keluar kecuali pintu utama. Dan ya, disana banyak pengawal. Satu-satunya jalan keluar adalah jendela besar itu, tapi kamu tidak akan melompat ke bawah kan?" Lanjutnya.

"Makanlah ini!" Ucapnya menyodorkan Ella makanan.

"Aku tidak mau!" Teriak Ella.

"Akan ku buat apapun agar kakakmu menderita, Ella Chesa! Tapi ku ingatkan bahwa bayi mu tidak ada masalahnya dengan ku meski dia adalah keturunan William, salah satu saingan kakek ku. Makan ini untuk bayimu!" Ucapnya dan meletakkan makanan itu di atas kasur lalu duduk di sofa.

"Jangan menangis!" Bentaknya.

"Aku ingin pulang, lepaskan aku tolong!" Pinta Ella.

"Aku tidak akan melepaskan mu! Ini adalah waktu untuk balas dendam pada kalian. Biar ku nyatakan satu hal." Andrew berdiri dari duduknya dan menghampiri Ella.

Dia melepaskan ikatan kencang di tangan Ella itu.

"Aku akan membunuhmu dan bayimu jika tujuan utamaku yang sebenarnya tidak terpenuhi." Ucapnya dingin.

Pria itu langsung menahan Ella saat Ella mencoba pergi.

"Jika kamu memberontak aku akan benar-benar membunuh mu!" Ancamnya tidak berbelas kasihan.

Ella benar-benar ketakutan, dia tidak tahu harus apa selain menuruti permintaan psikopat itu.

"Ampuni bayiku yang tidak bersalah dan kesalahan keluarga ku. Kamu bisa membunuhku setelah aku melahirkan anak ku dengan selamat. Kumohon!" Lirihnya.

Andrew menatap Ella tidak percaya kemudian memasang seringainya.

"Luar biasa! Ku pikir aku tidak akan menemukan orang seperti mu lagi di dunia ini, tapi maaf bukan itu tujuanku menculik mu!" Ujarnya.

Ella meringis dan mengelus perutnya, bayinya menendang. Dia tahu bahwa dia telah menemukan celah, pembunuh itu terlihat khawatir.

Ella duduk pelan-pelan di kasur dan mengelus perutnya lagi.

"Ada apa? Apa sudah waktunya?" Tanya Andrew dingin.

Ella menggeleng.

"Aku ingin pizza dan burger, juga kola dan cheese cake." Jawab Ella.

Andrew menautkan alisnya dan berdecak.

"Ini di tengah hutan, tidak ada yang seperti itu!" Ujarnya.

"Tapi aku mau memakan itu sekarang juga!" Teriak Ella.

"Diamlah Chesa! Bersyukurlah karena aku sedang tidak mood membunuh!" Ucap Andrew dan melengkang pergi.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang