GD 47

83.6K 3.4K 355
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen ya 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa Vote dan Komen ya 😁

Jangan lupa follow akunku ya.

Selamat Membaca 🤓

.

.

.

.

.

Plak

Itu adalah suara tamparan dari Hasan untuk Fatim.

"Apa-apaan kamu Fatim! Kamu memfitnah Ning Alma? Kenapa kamu melakukan ini Fatim? Gara-gara Gus Alfa? Otak kamu dimana hah? Kamu tau kan dosa fitnah itu seperti apa? Bahkan fitnah lebih kejam dari pada membunuh, karena Fitnah membuat seseorang hidup dalam kesengsaraan. Abi ngga habis fikir sama kamu Fatim, Abi ngga punya putri seperti kamu!! Kamu sudah bikin malu keluarga, bagaimana Abi berhadapan dengan kyai Fariz dan Gus Akbar Fatim!" Ucap Hasan emosi.

Plak

"Abi udah Abi" ucap Maya menghentikan Hasan agar Hasan tidak menampar anaknya lagi.

"Kamu harus meminta maaf dengan Ning Alma dan keluarganya. Abi akan mengurung kamu di rumah nanti, Abi tidak akan mengeluarkanmu sebelum kamu benar-benar bertobat dan berubah. Hapus cinta kamu untuk Gus Alfa. Gus Alfa tidak akan berpoligami denganmu, dia tidak sudi menikah dengan perempuan seperti kamu Fatim" ucap Hasan keluar dari kamar Fatim. Dia ingin menenangkan diri, sedangkan Fatim hanya bisa menangis.

"Fatim, Umi kecewa sama kamu, kamu harus sadar Fatim, Gus Alfa bukan jodoh kamu, sejak lamaran kamu dia tolak" ucap Maya.

"Pantas saja Gus Alfa begitu marah dengan kamu, kamu sudah memfitnah istrinya. Apa kamu ngga memikirkan bagaimana perasaan Ning Alma? Coba kalau kamu diposisinya? Apa kamu bisa sekuat Ning Alma? Apa kamu bisa sesabar dan sebaik Ning Alma dalam menghadapi perempuan seperti kamu ini? Kalau Umi jadi Ning Alma, Umi udah menampar kamu berkali-kali, hati perempuan mana yang tidak sakit suaminya diminta untuk poligami dengan wanita lain. Umi gagal mendidik kamu Fatim" ucap Maya menangis dan meninggalkan Fatim sendirian di kamar rumah sakit.

__________

Di Kantor Polisi

"Mas Alfa" teriak Alma dan berlari untuk memeluk Gus Alfa.

"Sayang jangan lari-lari" peringat Gus Alfa pada istrinya itu. Namun Alma hanya bisa tersenyum kikuk dibalik cadarnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Gus Dosenku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang