Hari Keenambelas (2)

6.6K 400 28
                                    

"Lo maunya gue gimana?" tanya Nana balik.

Ditanya seperti itu, Winzy malah bungkam. Rasanya dia tidak berhak untuk meminta Nana tidak memperjuangkan Zalova. Kendati begitu, Winzy tidak siap jika harus kehilangan Nana, Winzy ingin berusaha dulu. Jika memang nantinya Nana tetap akan kembali pada Zalova di titik darah penghabisan Winzy, maka gadis itu akan merelakan Nana.

Hanya saja, bolehkah Winzy bersikap egois sekali saja?

"Jangan kejar Zalova." Winzy menatap Nana, "di sini aja sama gue," bisiknya.

"Your wish is my command princess."

Winzy agak terkejut ketika Nana tiba-tiba maju dan mencium bibirnya lembut. Pria itu hanya menempelkannya sebentar, lalu mengusap bibirnya dengan ibu jari, lantas berbisik, "can I have you tonight?"

"You will leave me after doing it right?"

Kedua alis Nana bertaut, dia melihat Winzy tidak suka seolah kalimat Winzy menyakiti Nana, "jangan negative thinking dulu bisa gak, sih?"

"Apa jaminannya lo gak akan ninggalin gue setelah lakuin itu?"

Nana melepas tangannya dari bibir Winzy, lalu menjauh, "yaudah kita tidur aja." Nana beranjak, dia baru saja akan menarik selimut dan berbaring, tapi Winzy bergerak cepat, dia stengah menindih Nana karena kedua tangan gadis itu membuat kungkungan, menahan tubuhnya sendiri. Hal tiba-tiba itu membuat Nana itu refleks terbelalak.

"Ayo lakuin," ujar Winzy pelan.

Nana terdiam sejenak, menatap Winzy dengan tatapan lembut. Dia tahu Winzy tengah risau sekarang, "gue gak ada jaminan untuk gak ninggalin lo. Jadi, mending lo tidur sekarang Win."

Winzy memejamkan mata, dia sekali lagi menatap Nana, "seenggaknya gue bisa ninggalin rasa bersalah di hati lo. Gue percaya lo gak sebrengsek itu."

"Lo bahkan belum kenal gue sepenuhnya Win."

"Na, just do it," geram Winzy mulai kesal.

"Gak mau Win. Gue gak-,"

Winzy tidak membiarkan Nana menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu maju, mencium Nana dan bergerak untuk membelai kedua belah bibir Nana membuatnya menggeram tertahan karena gerakkan kaku gadis itu.

Jelas Winzy tidak polos, tapi Nana tahu betul ini pertama kali bagi Winzy. Bahkan, mungkin saja ciuman ini adalah yang pertama untuk gadis itu perkara gerakkannya saja sekaku ini. Nana tidak mengerti kenapa Winzy memaksanya hingga begini, padahal yang akan dirugikan adalah Winzy. Apalagi, Nana sendiri belum bisa memastikan perasaannya sendiri.

Sedangkan Winzy sendiri bukan tanpa alasan memaksa Nana melakukannya. Awalnya Winzy memang merasa tidak ingin memberikan apa yang Nana mau. Winzy takut ditinggalkan, dan gadis itu tak akan sanggup rasanya jika Nana meninggalkannya setelah apa yang mereka berdua lakukan. Hanya saja, muncul secercah harapan yang naif, tapi menurut Winzy patut dicoba. Gadis itu akan membuat Nana merasa bersalah, hingga mungkin saja ada secuil harapan baginya untuk mempertahankan Nana di sisinya.

Bodoh? Memang, tapi apa yang kalian harapkan dari seseorang yang sudah jatuh cinta sedalam itu?

Pagutan bibir itu masih sepihak. Nana masih belum membalas, dan Winzy sudah hampir menyerah. Saat Winzy melepas pagutannya, Nana menatap bibir gadis itu, tangannya bergerak mengusap kedua bilah bibir Winzy dengan ibu jari.

"Pertanyaan yang terakhir, lo yakin Win?"

Winzy mengangguk tanpa berpikir lama. Seolah mendapat lampu hijau, Nana bergerak cepat membalikkan posisi mereka hingga Winzy ada di bawahnya. Pria itu stengah menindih Winzy dan mengurung tubuh kecil gadis itu dengan kedua tangannya. Setelah puas menatapi wajah cantik Winzy, Nana mencium dahi Winzy, terus turun ke hidung, bergeser ke pipi, kemudian menciumnya lembut membuat semburat kemerahan muncul begitu saja.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang