Hari Keempatpuluh (3)

2.2K 213 26
                                    

Winzy benar-benar merindukan suasana malam kota Jakarta. Sudah satu bulan menghabiskan waktu di New York, dan tidak pernah lagi hunting street food, membuatnya merindukan suasana ini. Biasanya Winzy akan pergi dengan Ana atau Sam. Paling sering dengan Sam. Gadis itu akan berkeliling di jalanan Jakarta mengendarai motor. Meski Samuel sebenarnya punya mobil, tapi pria itu sering mengajaknya dengan motor saja. Katanya, jika pergi jajan begini, enak pakai roda dua karena parkirnya tidak sesulit mobil. Winzy, sih tidak keberatan. Toh dua kendaraan itu selama masih bisa berjalan, tak akan merusak harinya juga.

Divisi Finance juga sering sehabis kerja pergi jajan begini. Mereka baru akan pulang di jam sembilan atau sepuluh malam. Jika besoknya weekend, parahnya mereka biasa mampir ke klub malam terdekat, dan baru kembali di jam satu atau dua pagi. Itupun, Winzy biasanya tidak mabuk karena harus menyetir mobil, mengantarkan teman-teman kantornya ini selamat hingga tiba di rumah.

Malam ini, pun sama. Winzy berjalan-jalan untuk mencari lauk makan malam. Bedanya, tidak ada celotehan Lio, ataupun ucapan mengundang emosi dari Samuel, tapi sekarang tangan kanannya digenggam erat untuk diayun-ayunkan pelan sembari berjalan. Winzy menoleh ke samping. Memperhatikan wajah Nana dari sisi ini merupakan hobi barunya sekarang. Ke mana saja Winzy saat baru sadar side profile Nana tidak kalah dengan idol Korea?

Winzy juga terkadang tidak menyangka. Atasannya yang jadi idola satu kantor, dielu-elukan oleh karyawati, justru sekarang malah tengah menggenggam tangannya, dan dengan semangat mengajaknya untuk hunting menu makan malam di salah satu kawasan yang banyak Street Food-nya.

"Mau makan apa?" tanya Nana sesaat setelah dia berhenti sejenak, "kamu capek yang?" lanjutnya. Matanya melihat Winzy, tangan kanannya dilepas sejenak dari genggaman, lalu beralih pada dahi Winzy yang tertutup sedikit rambut, merapikannya.

Winzy menggelengkan kepala, "gak capek. Aku mau sate padang, deh Yang."

Setelah rambut gadisnya terlihat rapih, Nana kembali menggenggam tangan Winzy, "aku liat tadi, agak ujung tapi, gapapa?" tanyanya memastikan.

"Gapapa. Lagian apaan banget, sih. Aku ga setua itu ya sampe baru jalan bentar aja capek!" Keluh Winzy seraya mengerucutkan bibirnya lucu.

Nana tertawa, mengusak rambut gadis itu yang sejatinya sudah dia rapihkan tadi.

"Ya, kan takutnya. Kamu mau sate padang aja? Yang lain?" Nana menarik pelan Winzy untuk berjalan.

"Pengen baso goreng, telur gulung, cilung, sama tadi aku liat juga ada crepes sama es krim Matcha! Mau semua boleh?" Winzy bertanya antusias.

"Bakal habis emang?"

"Kamu dong yang habisin. Kalo kamu gamau beliin yaudah gapapa, aku punya u-,"

"Yang jawab gamau siapa?" tanya Nana memotong ucapan gadis itu. Dia cium pipi Winzy terlampau gemas, "aku beliin semua."

Winzy tertawa saja. Tidak peduli keduanya sedang ada di tempat umum, jika sudah berhubungan dengan Nana, dunia terasa hanya milik berdua.

"Gausah dibayar, kan?" tanya Winzy pelan.

Nana mendelik tidak suka, "kapan, sih aku minta ganti kamu?"

Winzy mengalihkan pandangan, sambil berjalan menatap amang tukang bakso yang baru saja mereka lewati, dia bergumam pelan, "kirain mau aku bayar nanti malem."

Kendati suaranya tidak jelas dan terlampau tersamarkan dengan ocehan orang-orang di sekitar, Nana jelas tetap mendengar. Pria itu berjalan cepat dan berdiri di depan Winzy, membuat gadis itu menghadapnya.

"Beneran?"

"Boong!" Winzy tertawa, lalu berlari meninggalkan Nana yang mengejarnya. Meski sambil mengomel memperingati Winzy agar tidak jatuh, pria itu nyatanya tersenyum lebar.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang